7.3

3K 266 4
                                    

"Lo makan sama mandi dulu, New. Nanti jam 7, kita cari Tay lagi," ucap Kit saat menurunkan sahabatnya di depan rumah.

Mendengar perintah Kit, New hanya menganggukan kepala. Sungguh ia sedang tidak mood untuk berdebat saat ini.

Gun yang berada di balik kemudi, menatap New khawatir. "Mobil lo gue bawa. Awas jangan sampe lo nyari Tay tanpa kita," ucap Gun, memperingati.

"Udah sana, pergi kalian. Bawel banget," usir New. Jika tidak seperti itu, sudah dipastikan ketiga temannya tidak akan pergi dari depan rumahnya.

"Kak New, kalau ada apa-apa, langsung kabarin kita yah," ucap Win yang dibalas anggukan ringan oleh sang kakak kelas.

Seperginya ketiga temannya, New diam termenung di tempatnya. Usahanya sepanjang sore tadi belum juga membuahkan hasil. Ia sudah menghampiri tempat yang biasa dikunjungi oleh yang lebih tua, tapi ia tidak menemukan Tay sama sekali.

Dengan langkah mengontai, New memasukki bangunan berwarna putih tersebut. Rasanya energinya habis begitu saja. Meskipun begitu, ia harus bersiap-siap untuk mencari Tay. Mungkin saja ia akan menemukan Tay nanti.

"Newwie!"

Suara tersebut bergema di ruangan berwarna putih tersebut. Dengan refleks, laki-laki berkulit putih tersebut menoleh ke asal suara dan menemukan sosok yang sangat amat dikenalnya sedang berdiri di sana dengan senyum lebar tersampir di wajah tampannya.

"Abang," panggil New, terkejut. "Abang kapan pulang?"

Melihat reaksi yang lebih muda, senyum Tong semakin lebar. "Udah dari semalem, dek," jawab yang lebih tua sambil menghampiri New.

Dahi New merenyit heran. "Kok Newwie gak tau, Bang?" tanya New heran. Seingatnya ia tidak melihat abangnya semalam.

Tong mengacak-acak rambut adiknya gemas. "Gimana bisa tau, kalau semalem tidur cepet. Masa abang dateng jam 7 aja, udah ditinggal tidur,"

"Ah," ucap New setelah menyadari yang dikatakan abangnya benar. Semalam ia tidur cepat karena lelah menangisi Tay yang tidak kunjung memberikan kabar padanya.

Bicara soal Tay, New tiba-tiba baru ingat tujuannya pulang ke rumah. Ia harus segera bersiap-siap. "Abang, New mau ke kamar dulu," ucap New. "Nanti adek mau pergi sama Gun, Kit sama Win."

"Kok abangnya pulang, malah langsung ditinggal sih dek?" rajuk Tong. "Kamu nggak kangen sama abang?"

Bohong rasanya jika New mengatakan ia tidak rindu. Karena orangtuanya sering ada urusan ke luar kota, New sering ditinggal di rumah sendiri. Beruntung, ada Tong yang selalu menemaninya. Meskipun selisih enam tahun, hubungan mereka sangatlah dekat. Bagi New, Tong merupakan abang yang sangat ia sayangi. Begitupun sebaliknya.

Namun, kesibukan keduanya membuat mereka tidak bisa bertemu sesering dulu. Saat new menginjak kelas 1 SMA, Tong sudah harus disibukkan dengan dengan skripsi dan magang. Saat yang lebih muda masuk ke bangku kuliah, sang kakak sudah sibuk bolak-balik ke luar kota untuk mengurus pekerjaan. Beruntung, New memiliki Tay yang saat itu setia menemaninya.

"Kangen," ucap New, jujur. "Tapi aku bener-bener harus pergi sekarang. Ada urusan penting."

Tong yang mendengar jawaban New hanya mengacak rambut adiknya gemas, yang tentunya mendapat protes dari yang lebih muda. Adiknya sudah besar sekarang. Padahal dulu saat ia pulang, New akan tinggal di rumah, menolak ajakan teman-temannya dan lebih memilih untuk melepas rindu dengan sang kakak. "Yaudah sana gih," ucap Tong.

"New ke kamar dulu yah, Bang," ucap New sambil merapihkan rambutnya.

Dengan cepat, New segera membersihkan badannya dan bersiap untuk mencari Tay. Meski masih ada waktu sejam lagi sampai waktu janjian tiba, pria berkulit putih itu tidak ingin membuang waktunya begitu saja. Semakin cepat ia bersiap, semakin cepat ia mencari Tay, dan itu berarti semakin cepat pula ia dapat bertemu pria itu.

Setelah beberapa menit, New keluar dari kamar mandi dengan badan yang lebih segar. Kakinya melangkah menuju lemari pakaian dan mengambil asal baju disana sebelum memakainya cepat. Masih ada 40 menit lagi, pikir New saat melihat jam.

Sambil menunggu jemputan tiba, New kembali menghampiri lemari untuk mengambil tas yang akan ia gunakan. Rencananya setelah mengambil tas, laki-laki itu akan makan bersama abangnya sebelum pergi nanti. Bagaimanapun juga, ia tidak tega langsung meninggalkan abangnya begitu saja. Apalagi ia sudah tidak bertemu sosok itu dua bulan terakhir.

Belum sempat mengambil tas yang akan ia gunakan, matanya terhenti pada tote bag berwarna putih dengan gambar kucing di bagian depan. Dengan cepat, tangannya meraih tas tersebut dan memeriksa isinya. Buku kuliah, tempat pensil, dan barang-barang lain miliknya terdapat di dalamnya. Meski begitu, rasa heran malah menghampirinya.

New ingat betul tas tersebut merupakan tas yang dibawanya saat menghadiri wisuda Tay, tapi seingatnya ia meninggalkan tote bag tersebut di kamar Tay karena ia buru-buru pergi saat laki-laki itu menolaknya. Melihat tas itu disini menjadi tanda tanya besar bagi New. Apa Gun yang membawanya masuk saat bertemu dengan Tay? Tidak. Ia tidak melihat tas ini kemarin atau kemarinnya lagi.

"Dek, sebelum pergi, makan dulu yah sama abang?" pinta Tong, satu pemikiran dengan yang lebih muda. "Abang udah nyiapin makanannya di bawah."

Tidak kunjung mendapat respon dari yang lebih muda, Tong menghampiri New yang tampak membeku, menatap tas di hadapannya. "Kenapa, dek?" tanyanya, membuyarkan lamunan New.

Seakan tertarik kembali ke dunia nyata, New menoleh ke asal suara. "Gapapa, Bang," jawab New sambil menampilkan senyum canggung di wajahnya. "Cuma bingung aja kok tasnya bisa disini."

Tong ikut mengalihkan pandangannya pada tas yang ada di hadapan sang adik. "Oh itu," ucap yang lebih tua dan langsung menarik perhatian New. "Semalem pas abang pulang, abang ketemu Tay di depan."

Mata New membesar seketika. Tatapan penasaran dan ingin tahu terlihat jelas di matanya.

"Karena dia Cuma diem aja, abang samperin deh tuh si Tay, nanya mau ngapain di depan rumah," jelas abang. "Setelah basa-basi bentar, dia bilang mau nganterin tas kamu."

"Terus bang? Dia gak bilang apa-apa lagi?" tanya New, mencoba mengorek informasi lebih jauh.

Laki-laki yang lebih tua terdiam, mencoba mengingat kejadian semalam. "Kayaknya gak ngomong apa-apa lagi deh. Tapi dia rada aneh gitu, abang nawarin dia buat masuk dan nganterin tasnya langsung ke kamu, tapi dia malah pamit pergi. Udah malem, katanya. Padahal kalau main kan, dia suka gak kenal waktu. Terus karena kamu udah tidur, abang taro aja di lemari kamu," lanjut Tong. "Udah lama juga yah abang gak ketemu Tay. Nanti kalau ada waktu suruh Tay kesini yah dek,"

Mendengar penjelasan dari Tong, membuat perasaan New tidak karuan. Fakta bahwa Tay ke rumahnya semalam terus terngiang-ngiang di pikirannya.

Masih belum peka dengan keadaan saat ini, Tong melangkahkan kakinya pergi. "Kalau udah siap, langsung turun ke bawah yah, dek." Ucap yang lebih tua sebelum meninggalkan New.

Kaki New mendadak lemas. Sungguh, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Rasa bersalah tiba-tiba muncul tanpa dipaksa. Kenapa ia harus tidur cepat semalam? Kenapa ia tidak menyadari kehadiran Tay? Pemikiran-pemikiran seperti itu mulai mencul memenuhi kepalanya. Dalam hitungan detik, tubuh New ambruk begitu saja, membuat tas yang digenggamnya sedari tadi jatuh dengan isi yang berserakan. 

Stupid Te - Taynew SNS AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang