Pagi dikediaman rayyan, semua tengah sibuk menyiapkan diri masing-masing, Ditha yang sedang mandi, mba ningsih yang sedang manyiapkan sarapan, pak mamat yang sedang menyiram tanaman, dan rayyan yang baru saja bangun sedang menuruni tangga sambil membawa baskom berisi air bekas kompresan sang sahabat semalam.
"mas rayyan baru bangun to, buruan mandi mas, nanti telat kan harus nganterin mas zain juga"-ujar mba ningsih saat menyadari ada rayyan yang sedang meletakkan baskom berisi air kompresan zain semalam.
"iya mba, ini juga mau langsung mandi"-jawab rayyan
"mas zain nya gimana mas?, masih panas ndak badan nya?"-tanya mba ningsih
"ga tau mba, ga rayyan cek tadi, nanti deh mba aja yg bangunin sekalian cek masih panas engga"-jawab rayyan
"yaudahh, nanti mba cek kalau udah selesai masak, mandi dulu sana"-ujar mba ningsih yang diangguki oleh rayyan
Tak berselang lama Ditha pun tiba, anak itu sudah rapi dengan seragam sekolah nya yang kini sedang mengerjakan PR di meja makan
"mba ditha ini lo kebiasaan to, ngerjain PR pagi-pagi"-ujar mba ningsih saat mendapati remaja yang sudah ia rawat sejak kecil itu tengah mengerjakan PR
"Semalem lupa mba, keasikan main PS sama pak mamat hehe"-ujar Ditha
"yaudah cepet diselesaikan PR nya, mba ningsih mau ke kamar mas rayyan dulu"-ujar mba ningsih
"bang rayyan belum bangun?"-tanya Ditha
"sudah mba, mba ningsih cuma mau cek keadaan mas zain aja to"-ujar mba ningsih yang membuat ditha bingung
"hah? Bang zain? Emang ada bang zain ya?"- tanya Ditha lagi
"iya mba, mba ditha udah tidur kayak nya pas mas zain datang"- jelas mba ningsih
"kok tumben sih dateng nya malem"-ujar ditha
"ndak tau mba, semalem juga mas rayyan bangunin saya, mas zain nya sakit to jadi mas rayyan bangunin mba"- jelas mba ningsih yang membuat Ditha seketika menghentikan aksi nya
"yaudah biar Ditha aja deh mba, mba siapin sarapan"- ujar Ditha
"Yawess, ini sekalian bawain teh nya mba"-ujar mba ningsih yang di angguki oleh ditha
.
.
.
.
.
.
.
.
.Sementara itu zain sudah terbangun sejak 10 menit yang lalu, anak itu masih terlihat pucat meski tak sepucat tadi malam. Tangan anak itu ia gunakan untuk memijit pangkal hidung nya, hingga tiba tiba pintu kamar rayyan terbuka memperlihatkan sosok ditha yang membawa nampan berisi teh hangat.
"Lah jam segini dah rapi aja lu"-tanya zain, yang tak ditanggapi oleh ditha, anak itu malah sibuk menempelkan telapak tangan nya di kening zain
"bang lo masih panas njir, lo pusing ga?"-tanya ditha yang dijawab deheman oleh zain
"yaudah nih minum teh nya, lagian lu sakit kok maen si, emang dirumah lo gada orang?"- tanya ditha sambil menyerahkan teh ke zain
"ya gue ga tau, sebelum kesini kan gue gapapa"-jawab zain asal sambil meminum teh hangat nya
"eh curut lu dah disini aja"- ujar rayyan saat keluar dari kamar mandi, anak itu baru saja menyelesaikan aktivitas pagi nya
"curut-curut, kalo gue curut berarti lo apa? Tikus got?"-jawab ditha kesal
"enak aja, ganteng gini dibilang tikus got"- ucap rayyan tak mau kalah
Skip
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zain
Teen FictionGibran Zain Haidar Gue Zain terlahir tanpa kehadiran sosok ayah, meski begitu ada banyak orang yang menyayangi gue, ibu adalah matahari yang selalu siap menyinari hari hari gue, om gue adalah teman terbaik gue, kakek adalah pengganti ayah gue dan ne...