WARNING!
Cerita ini hanya Fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan latar tempat itu semua tidak disengaja, karena ini murni dari kepala wkwk! Happy readding gais✨Suasana sore itu begitu kaku menyapa pertemuan antara anak dan ayah yang sedang menikmati makanan masing-masing, mereka nampak serius menikmati menu yang dipesan keduanya.
Tak ada sepetah kata pun yang menghiasi pertemuan dua laki laki itu, entah karna belum terbiasa atau memang mereka menyukai suasanan demikian.
Hingga salah satu dari mereka memecah keheningan
"gimana sekolah kamu ? "- suara itu terdengar normal menyapa pendengaran Zain, anak itu lantas menatap lawan bicara nya dan segera menjawab.
"sejauh ini normal sih yah, cuma agak keteteran ngejar materi karna beberapa hari ga masuk"- jawab Zain
"kamu tu laki-laki nak, harus kuat apapun yang terjadi, sekarang ada ayah kamu boleh cerita semua masalah mu sama ayah"- gilang berucap sembari mengusap pundak putra nya
"iya yah, Zain pasti lakuin"- balas Zain singkat
"sekitar 2 minggu yang lalu mungkin jadi hari terberat buat mu, kehilangan ibu emang bikin siapa aja jadi bener bener down nak, ayah tau ayah dulu ninggalin kamu sama ibu mu gitu aja, bahkan tau tumbuh kembang mu aja ayah ga tau, memang terdengar kurang pantas kalau ayah bilang ayah mau kamu ikut tinggal sama ayah, mau bagaimana pun kamu butuh orang tua yang bisa ngurusin kamu setiap saat, ayah tau Khafi bisa jagain kamu atau kakek nenek mu bakal jenguk kamu 2 minggu sekali ayah tau, tapi mereka juga punya kesibukan masing masing nak, Khafi masih kuliah yang pasti juga sibuk banget, kakek nenek kamu udah tua nak, masa ya kamu tega biarin mereka bolak balik gitu ?"- bujuk Gilang panjang lebar
" Zain tau yah udah banyak ngerepotin Khafi selama ini, tapi zain ga bisa janji yah soal tinggal sama ayah"- anak itu menjelaskan
"ayah tau mungkin kakek nenek mu begitu karna ga percaya sama ayah, karna kesalahan yang dulu ayah buat, nak ikuti kata hati mu, kamu mau ga tinggal sama ayah semua tergantung kamu"- ujar Gilang meyakinkan
Mendengar penuturan Gilang remaja 16 tahun itu kian bingung haru berbuat apa, di satu sisi tinggal bersama sang ayah adalah impian nya sejak kecil. Bagaimanapun anak itu juga ingin merasakan didikan seorang ayah namun dilain sisi ada pihak yang tak memperbolehkan anak itu tinggal dengan sang Ayah.
"nanti Zain omongin lagi sama kakek nenek ya yah, semoga dikasih izin"- ujar Zain yang dijawab anggukan oleh Gilang
Tak terasa malam tiba, Zain dan Gilang telah kembali kerumah mereka masing-masing 1 jam yang lalu. Obrolan mereka tadi sore cukup asik bahkan mereka tertawa bersama disela sela pembicaraan.
Raut wajah nya terlihat bahagia bahkan moment itu telah berlalu 1 jam yang lalu membuat Khafi ikut senang melihat nya, pria 22 tahun itu tersenyum kala melihat Zain tak murung seperti biasanya.
"kanapa lu ? Kaga kaya biasanya, abis nembak cewe apa gimana tong?"- tanya Khafi sembari membuka bungkusan Nasi goreng milik nya
"sok tau lu, engga lah !" - jawab Zain
KAMU SEDANG MEMBACA
Zain
Teen FictionGibran Zain Haidar Gue Zain terlahir tanpa kehadiran sosok ayah, meski begitu ada banyak orang yang menyayangi gue, ibu adalah matahari yang selalu siap menyinari hari hari gue, om gue adalah teman terbaik gue, kakek adalah pengganti ayah gue dan ne...