Warning!
Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh atau kejadian dalam cerita itu semua murni karangan author! Sekali lagi mohon maaf untuk typo penulisan yang bejibunan🌼 selamat membaca^ω^Malam itu terlihat sepasang ibu dan anak tengah menikmati waktu malam mereka di cafe yang biasa mereka kunjungi. Mereka sama-sama memesan secangkir kopi, padahal sang ibu bersikeras melarang anak nya meminum minuman pahit itu, namun anak itu juga bersikeras menolak perintah sang ibu.
"nak, sebenernya ibu bawa kamu kesini kita mau ketemu ayah zain"- ujar ibu tiba-tiba yang seketika membuat remaja 16 tahun itu menoleh kearah sang ibu
"apa? Ayah ? Ibu serius?"- ujar remaja berdimple tipis itu
"iya nak, kita tunggu aja ya, mungkin sebentar lagi ayah zain datang"- remaja itu mengangguk penuh antusias, bahkan remaja berdimple tipis itu tak henti-henti nya tersenyum memperlihatkan dimple nya yang tak terlalu dalam.
Namun, sudah lama mereka menunggu tapi sosok yang mereka tunggu tak kunjung datang, padahal caffe sudah hampir tutup
Zain remaja 16 tahun itu gusar, hati nya sudah menggebu-gebu ingin bertemu sang ayah, namun sosok yang sejak tadi ia nanti tak kunjung menampakkan batang hidung nya sama sekali.
"bu, ayah jadi dateng ga sih??"- wanita itu sama bingung nya dengan remaja di hadapan nya itu, namun tak ingin membuat sang putra kecewa wanita itu terus berusaha meyakinkan bahwa sang ayah sebentar lagi datang.
"maaf bu, 5 menit lagi kami akan tutup" ujar salah satu pegawai cafe tersebut
Mendengar itu membuat remaja berdimple tipis itu menghembuskan nafas kasar, sudah tak ada lagi senyum yang harus diperlihatkan, kecewa itu adalah hal yang menggambarkan remaja 16 tahun itu saat ini.
Dan kini mereka berjalan menusuri trotoar, mereka memang sengaja datang ke caffe menggunakan kendaraan umum.
"nak, maafin ibu ya, mungkin malam ini bukan rezeki zain untuk ketemu ayah"- ujar sang ibu sambil merangkul pundak sang putra yang kini jauh lebih tinggi dari wanita itu.
"iya bu, mungkin memang Zain ga pernah bisa ketemu ayah"- ujar remaja itu, sambil menatap sang ibu dengan senyum yang memperlihatkan dimple tipis nya.
"hey, anak ibu ga boleh psimis gitu dong nak, ayo tetep semangat"- ujar wanita berhijab syar'i itu, yang membuat remaja berdimple tipis itu menoleh sembari tersenyum penuh arti.
Mereka berjalan beriringan menuju sebuah halte bus terdekat, bukan untuk menunggu bus, melainkan menunggu taksi online yang sang ibu pesan, sepanjang jalan wanita berhijab itu tak pernah melepas genggaman tangan nya seolah enggan kehilangan sosok manis disebelahnya. Remaja itu pun juga tak memprotes sang ibu untuk melepas genggaman nya, hingga mereka kini hendak menyebrang jalanan yang tak terlalu ramai itu, genggaman wanita itu makin erat menggenggam tangan sang putra.
Hingga kilat cahaya begitu cepat mengarah kearah keduanya, reflek membuat remaja berdimple tipis itu mendorong tubuh sang ibu, saat remaja 16 tahun itu hendak berlari menyusul sang ibu tubuhnya sudah dihempas terlebih dahulu oleh sedan hitam dihadapan nya.
"ZAIN!"- Teriak wanita paruh baya itu beserta dengan air mata nya yang mengalir, tak kuasa melihat tubuh sang putra yang terpelanting jauh didepan mata nya langsung, dengan sisa tenaga wanita itu berjalan terseok mendekat kearah tubuh sang putra yang terkulai tak berdaya, berlumuran darah dari ujung kepala hingga ujung kaki nya, wanita itu histeris, sungguh tak kuasa melihat berlian nya semengenaskan ini.
"ibu"- panggil lirih remaja dihadapan nya itu
"NAK!"- Teriak wanita itu histeris, mata nya terbuka seiring guncangan halus yang mengguncang tubuh nya.
Wanita itu bernapas lega, kala bukan lagi pemandangan mengenaskan sang putra, wanita itu sedang berusaha mengatur napas nya.
"ibu, jangan bikin Zain takut, nih munum dulu"- ujar remaja 16 tahun itu sambil menyodorkan segelas air putih untuk sang ibu, namun bukan nya menerima segelas air putih itu, wanita berhijab itu justru memeluk tubuh sang putra erat
"eh eh eh, kenapa si bu? Ini air nya diminum dulu"- ujar zain sambil membalas pelukan sang ibu
"nak, janji sama ibu ya tetep baik-baik aja"- gumam wanita itu, yang membuat zain menautkan alis nya
"pasti mimpi yang engga-engga lagi ni, ibu ni kalau lagi kecapean pasti gitu, tapi masih aja cape-cape"- ujar zain sambil melepas pelukan sang ibu
"kamu baru pulang?"- tanya sang ibu yang di angguki oleh zain
"iya bu, terus lihat ada mobil ibu langsung kesini deh, terus nhelihat ibu dah tidur jadi zain tungguin aja, terus ibu malah ngerancau ga jelas yaudah zain bangunin"- jelas remaja 16 tahun itu
"maen kemana aja sih nak jam seginj baru pulang?"- tanya wanita itu yang membuat zain kikuk
"maen kerumah Rayyan kok bu, biasa bu anak lanang maen game"- ujar zain berbohong, pasalnya anak itu tak menginjakan kaki sama sekali dirumah Rayyan
"kalian ini kalau ketemu pasti lupa waktu, udah makan belum kamu?"- tanya sang ibu yang di angguki oleh Zain
"sholat nya udah?"- kali ini remaja 16 tahun itu menggeleng sebagai jawaban, anak itu lantas segera berlari keluar kamar sang ibu demi menghindari cubitan anarkis sang ibu
"Ampun bu, ini otw mau ambil wudhu kok"- teriak zain kala melihaf lirikan tajam sang ibu, wanita itu tersenyum simpul kala melihat tingkah sang putra
"jalan liat liat dong! Heran gua maen tabrak tabrak aja lu kayak bocah!"- ujar Khafi saat pemuda itu hampir terjengkang karna tertabrak tubuh Zain
"mata lo jalan, gua lari om!"- balas bocah itu
"sopan dikit napa si, ga usah pake mata matain gue lo"- ujar khafi yang membuat Zain terkikik
"halah sok sok an lu, biasanya gua katain kutil kudanil juga lu b aja"- ujar Zain sambil tertawa lepas
"sumpah lo gua cariin sapu beneran!"- ujar khafi sambil menelisik mencari keberadaan sapu
"anjir, kok betulan BU KHAFI BU MUKULIN ZAIN PAKE PENGGORENGAN!"- Teriak Remaja itu yang membuat wanita berhijab itu keluar kamar
"DASAR BOCAH TENGIK, GUA BELOM APA APAIN UDAH NGADU!"- Ujar Khafi yang membuat zain menjukurkan lidah nya kearah Khafi
"Khafi Zain, udah malem jangan pada teriak-teriak! Apa sih yang diributin, Zain cepetan sholat! Atau mau ibu yang mukulin kamh pake panci?"- ujar wanita itu yang membuat Zain bergidik ngeri
"engga bu engga, ini otw ambil wudhu"- ujar anak itu sambil berlari kearah kamar nya
"Mampos kagak lu, kurang ajar sih sama gua"- ujar Khafi
"Fi, kamu udah sholat belum?"- tanya sang kakak kala pemuda itu hendak melangkahkan kaki nya menuju kamar
"ehehe, belum mba, tapi ini otw mau ambil wudhu kok"- gumam Khafi sambil meringis memperlihagkan deretan gigi nya
Wanita itu hanya menggeleng menghadapi kelakuan anak dan adik nya tersebut, keduanya sama-sama jahil satu sama lain.
Tbc
Assalamu'alaikum teman-teman
Hai hai selamat pagi yuhuu✨
Lama tak jumpa dengan zain ya wkwk, maapkan saiya teman teman chapter ini ga terlalu panjang hehe^.^
Nantikan kelanjutan nya yaaa jangan lupa vote and cimment!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Zain
Teen FictionGibran Zain Haidar Gue Zain terlahir tanpa kehadiran sosok ayah, meski begitu ada banyak orang yang menyayangi gue, ibu adalah matahari yang selalu siap menyinari hari hari gue, om gue adalah teman terbaik gue, kakek adalah pengganti ayah gue dan ne...