Waktu telah menunjukkan pukul 16.30, Zain kini telah tiba dirumah peninggalan mendiang sang ibu. Anak itu lantas segera memasuki rumah bernuansa American style itu dengan sedikit tergesa.
Setibanya di kamar dengan singel bed miliknya, Zain segera menyambar handuk dan mulai membersihkan diri guna bersiap untuk menunaikan ibadah sholat asar.
Selesai menunaikan kewajiban nya, dengan kaos putih dan sarung yang masih ia kenakan, Zain lantas menuju dapur untuk mengisi perutnya. Namun sungguh miris nasib anak itu, ternyata makanan yang di order Khafi semalam sudah tak layak makan, membuat remaja 16 tahun itu membuang nafas kasar.
"nasib nasib, dahlah goreng naget aja gue"- gumam Zain sembari mengambil bungkusan nugget dari kulkas.
"ini gue goreng nya pake wajan yang mana anj*r?"- ujar anak itu bingung
"ini aja dah, baru kayaknya"- monolog Zain sembari mengambil wajan dari rak gantungan.
Zain kini mulai menggoreng nugget yang telah ia ambil dari dalam kulkas, anak itu nampak kebingungan saat hendak memasukkan nugget kedalam minyak yang sudah mulai panas.
"kalau gini rasanya gue jadi kangen ibu banget, bismillah jangan nyiprat"- tangan itu kini mulai memasukkan nugget kedalam wajan berisi minyak sembari mengumamkan beragam kata.
"ini kalau udah masuk ke wajan diapain lagi ni naget? Oon bangett gue perasaan heran, gugel aja lah daripada salah ga jadi makan gue"- monolog Zain
"oke gugel, kalau naget udah dimasukin ke minyak panas diapain lagi ya?"
"kamu bisa menunggu nugget mu matang sambil dibolak balik agar tidak gosong dengan spatula"
"anj*r kesel bat gua sama nada ngomongnya"- gumam Zain sembari mencari spatula milik mendiang ibunya
"mana si benda sutil ditaruhnya ya Allah, goreng naget doang ngapa ribet banget si pen nangis gua keburu laper"
"astagfirullah alamat gosong ni naget gue, angkat aja lah pake sendok!"- pasrah Zain saat melihat nugetnya berwarna kecoklatan.
Dengan cepat anak itu mematikan kompor dan mulai mengangkat nugget yang sudah gosong dengan sendok kedalam piring.
"huh, mengcape, menglapar, menangis ni gue"- gumam Zain memandang nugget nya yang telah berubah warna menjadi coklat tua.
Kira kira beginilah wujud nugget Zain
Mau tak mau bocah itu memakan nugget yang sudah tak berbentuk itu, ada sensasi pahit yang mendominasi setiap gigitan. Bocah itu juga sesekali meringis kala nugget gosongnya bergesekan dengan luka disudut bibirnya.
Selesai dengan acara makan nya, Zain segera mengganti sarungnya dengan celana panjang diatas mata kaki berwarna hitam. Tak lupa anak itu mengenakan jaket jeans hitam dengan sepatu convers putih kesayangan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zain
Teen FictionGibran Zain Haidar Gue Zain terlahir tanpa kehadiran sosok ayah, meski begitu ada banyak orang yang menyayangi gue, ibu adalah matahari yang selalu siap menyinari hari hari gue, om gue adalah teman terbaik gue, kakek adalah pengganti ayah gue dan ne...