Di tempat lain, Angin malam menyerbu tenda-tenda yang berada di tengah hutan. suara hewan jangkrik turut menemani hawa dingin pekat dan gelapnya malam namun gangguan tersebut hanya dianggap teman keriuhan malam oleh Arkan dan dua puluh empat anggotanya.
Mereka kini sedang menyiapkan strategi mengamankan perbatasan dari jajahan pembunuhan kelompok bersenjata ilegal. Arkan bersama anggotanya ditugaskan langsung menangani permasalahan internal itu. bukan orang luar yang menjadi biangnya, melainkan orang dalam yang bertindak seperti paling berkuasa.
"Kalian sudah faham semua titik koordinat?, jangan bertindak yang memancing mereka untuk waspada. jangan maju sampai saya memberi perintah kecuali jika kalian sudah terpojok, bunuh atau terbunuh. kalian mengerti?!" tegas Arkan, kedua bola mata kelamnya di tengah langit gelap tanpa perapian atau pencahayaan hanya bermodal sinar kecil dari lampu senter tetap terlihat menyorot tajam ke arah anggotanya.
"Siap mengerti Kapten!" jawab mereka tegas dan kompak.
"Ingat, tidak boleh gegabah atau misi ini akan gagal karena satu kecerobohan saja," tandas Arkan berkacak pinggang di hadapan anggotanya. ia tidak ingin satu kesalahan mengacaukan semua rencana yang sudah tersusun rapi.
"Siap tidak boleh ada kesalahan!" balas mereka, tidak ada yang merendahkan punggung, semuanya bersikap tegap.
"Siap izin bertanya Kapten," Interupsi
seorang pria paling kurus diantara yang lainnya memberanikan diri mengangkat tangannya dan maju dihadapan sang pemimpin, hendak bertanya mengesampingkan rasa gugup yang kini sedang melandanya."Diizinkan," Balas Arkan memusatkan perhatian pada pria tersebut.
"Berarti malam ini kita masih bisa santai di dalam tenda? ini satuan tugas pertama saya Kapten, mohon petunjuk!"
"Dimanapun kita harus tetap waspada. anggap semua gerakan memiliki senjata. anggap semua tempat memiliki mata, musuh selalu mengincar. Tingkatkan keamanan untuk penjagaan post malam ini. tidak ada pergerakan bukan berarti mereka tidak mencium kehadiran kita," jelas Arkan memberi arahan pada bawahannya.
pria yang memiliki tubuh paling tinggi dan kekar itu mengamati satu persatu ekspresi anggotanya, ia langsung tahu diantara mereka ada yang tidak biasa merasakan hawa dingin angin malam."Siap terimakasih Kapten," jawab pria yang jauh lebih tua darinya itu. Arkan cukup tahu latar belakang pria itu tidak sama hebatnya dengan pencapaiannya. dia hanya berhenti di jenjang karirnya sebagai bintara, itu saja karena bantuan dari keluarganya yang merupakan Perwira.
"Di sini tidak ada orang lain selain kita dan musuh. hutan adalah rumah kita saat bertugas, selain bersikap waspada, kalian jangan manja. udara dingin bukan apa-apa dibanding tembakan yang melesat mengenai organ tubuh kita. jadikan punggung sebagai mata ketiga, kenali situasinya, saya yakin kalian akan terbiasa."
"Siap laksanakan perintah Kapten!" jawab semua Tentara gagah itu secara serentak.
Setelah Arkan memberi arahan dan perintah terhadap anggotanya, Arkan duduk di atas dedaunan kering. ia memiliki insting tempat singgahnya ini aman dari mata jahat yang mungkin akan mencelakakannya. terlalu sering terjun menghadapi bahaya, perasaannya jadi tajam, Arkan bahkan tahu andai ada seseorang yang tengah mengamatinya dari kejauhan.
Saat ini Arkan butuh waktu untuk sendiri sebentar saja. kedua mata elangnya menatap langit malam yang terang dengan sinar rembulan. Pikirannya mengingat akan pertemuannya dengan Sasa. Kali pertama wanita itu berjalan kasar hingga menubruk tubuhnya dan malah menuduh dirinyalah yang bersalah.
Wajah Sasa natural polos tanpa polesan make up, keringat yang nengucur membasahi keningnya juga langkah kakinya yang cepat gegabah dan terburu-buru. Arkan masih ingat betul kepanikan wanita itu saat tahu ponselnya jatuh dengan layar yang terpecah. Arkan hanya memandang wajah Sasa yang seakan tidak rela meninggalkan ponselnya begitu saja, tapi wanita itu juga lebih mementingkan misi kemanusiaannya diatas kepentingan pribadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You My Captain
RomanceZhezsha Arnasatya Auristela Tamara adalah seorang dokter ahli bedah harus berhadapan dengan Tentara berpangkat kapten, Arkana Felix Wigara Prasetya karena perjodohan yang sudah diatur oleh kedua orang tua mereka, sifat mereka saling bertolak belakan...