Prolog

40.2K 1.8K 190
                                    

Mendengar ponselku berdenting, aku bangkit pelan-pelan dari tempat tidur.

Luka jahitanku masih sakit saat dipakai untuk bergerak. Minggu lalu, aku melahirkan anak yang akhirnya berjenis kelamin laki-laki.

Alhamdulillah, setelah tiga kali melahirkan, aku baru diberi kepercayaan oleh Allah menimang bayi laki-laki pada kelahiran ketig ini. Rasanya benar-benar luar biasa bahagia. Akhirnya, aku bisa memenuhi impian suami dan ibu mertuaku, mempunyai penerus anak laki-laki.

Berhasil turun dari kasur, aku berjalan menuju meja kerja suamiku. Pagi tadi, selesai mencetak tugas sekolah anak sulungku di printer, aku meletakkan ponsel di sini, lupa tidak kukantongi ke saku piyamaku lagi. Kata orang-orang zaman dulu, ibu baru melahirkan memang jadi mudah lupa.

Waktu kuambil ponsel dari atas meja, tanganku tidak sengaja menyenggol mouse. Layar komputer suamiku menyala, menampilkan sebuah notifikasi dari market place.

Penasaran, kubuka notif itu dan kubaca isinya. Sebuah reminder yang mengingatkan bahwa suamiku belum melunasi tagihan invoice berupa cincin berlian mewah seharga 246.000.000.

Aku terbelalak melihat nominal harga cincin yang ber-digit banyak itu. Jantungku berdebar melihat betapa indahnya desain cincin berlian itu.

Apakah cincin ini sebagai hadiah untukku karena telah berhasil melahirkan anak laki-laki?

Ah, seketika pipiku memanas. Aku tak menyangka. Ternyata, suamiku bisa seromantis ini.

Padahal, tanpa dia hadiahi pun, aku sudah bahagia menerima perlakuan-perlakuan manisnya selama ini. Dia selalu memijat kakiku ketika aku mengeluh capek. Dia sering memandikan atau menyuapi Aisyah, putri kedua kami yang sekarang berusia empat tahun. Dia juga sering mendampingi Zahira, putri sulung kami, belajar tanpa kuminta.

Lalu sekarang, dia juga akan memberiku kejutan hadiah cincin? MasyaaAllah. Tabarakallah. Bahagianya aku menjadi istri dari seorang Rava Maulana Bahmid.

Tidak munafik, sebagai seorang istri yang ingin dimuliakan oleh suami, aku pun ingin dihadiahi cincin semewah ini. Dengan kejutan manis yang tidak sengaja kuketahui ini, aku malah jadi semakin mencintai Rava.

Tapi ...

Ketika jariku menekan mouse untuk membuka invoice itu, alamat yang tertera bukan alamat rumah ini, melainkan alamat apartemen rekan bisnisku yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri, Rana.

"Astaghfirullah ..."

Seketika, hatiku hancur berkeping-keping.

TBC.

*****
Tersedia versi PDF. Untuk pemesanan hubungi 082119558375.
*****

Silent FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang