Bab 8. Bertemu Fredi

9.9K 1.4K 181
                                    

Dear, Darlings.

Emosi boleh, memberi pendapat apapun tentang alur dan konflik cerita ini boleh banget, kok. Jujur, aku seneng membaca komentar² kalian, meskipun, maaf banget, nggak bisa kubalas satu-satu 🙏

Tapi, tolong dijaga adabnya, ya. Jangan berkomentar kasar. Kalau nggak suka cerita²ku tentang perselingkuhan, silakan tinggalkan saja lapakku, nggak perlu misuh².

Kalau masih ada komentar yang kebangetan kasarnya kayak gini, tanpa ba bi bu lagi langsung aku mute, ya.

Kalau masih ada komentar yang kebangetan kasarnya kayak gini, tanpa ba bi bu lagi langsung aku mute, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Sebelum memutuskan untuk menemui Fredi--atau tidak, Jihan minta izin untuk melaksanakan salat Ashar lebih dulu.

Aku setuju. Lagipula, aku juga ingin berdoa, memohon petunjuk pada Allah, keputusan apa yang harus kuambil.

Usai salat berjamaah di masjid, Jihan pergi ke kamar mandi untuk pipis. Sedangkan aku menunggu di anak tangga sambil membuka-buka instagram.

Seperti biasa, story Rana selalu update. Ketika kubuka, jalang itu sedang berfoto memakai outfit serba hitam berbahan glossy. Wajahnya dipulas riasan natural.

Make-up untuk pemotretan hari ini. Begitu bunyi caption dalam foto itu.

Lalu, di slide berikutnya ada video yang menampilkan proses pemotretan. Dalam video itu, Rana sedang berpose-pose elegan membawakan busana gamis cantik dari brand terkenal.

Aku mendesah menyadari perbedaan mencolok kami. Rana yang selalu berdandan, memakai pakaian bermerek, usianya masih muda, wajahnya cantik, kulitnya putih mulus tanpa cela, dan tubuhnya masih singset.

Dibandingkan dengan aku yang usianya sudah jauh lebih tua. Wajahku tidak pernah dipoles riasan tebal kecuali menghadiri undangan pesta pernikahan. Tubuhku juga tidak sesingset dulu. Ada gelambir lemak di lengan, paha, dan perut, lalu guratan stretch marks khususnya di perut dan paha. Tentu saja Rava akan lebih memilih Rana.

Tapi ... bukankah ketika tua nanti semua kecantikan Rana juga akan ikut memudar, sama sepertiku?

Kalau Rava berpaling pada perempuan itu hanya karena bosan melihatku sudah berubah tidak seindah dulu, bisa jadi suatu saat nanti dia akan meninggalkan Rana untuk mencari sosok yang lebih muda lagi, kan?

Never ending chasing. Dan itu sangat melelahkan.

Kututup instastory Rana yang hanya membuat hatiku kalut tak menentu.

Ketika aplikasi instagram hendak kutinggalkan, ada sebuah postingan quote dari akun Islami yang berkata ...

Allah menolong hamba-Nya melalui perantara. Ketika kesempatan itu datang, jangan disia-siakan. Bisa jadi itu adalah pertolongan dari Allah yang datang untukmu sebagai jawaban atas doa-doamu.

Silent FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang