2. Pagi berdarah

1.9K 216 13
                                    

"DIEM ngapa si?! Gue nggak bisa konsen Mo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"DIEM ngapa si?! Gue nggak bisa konsen Mo!"

"Mangkanya kasitau gue dulu, besok razia kagak?"

"Udah gue bilangin kagak bego! Udah ah! Pusing gue!"

"Ah, bohong lo."

"Anj-"

"Jungkook Bromo Adiksa, bisa tolong jelaskan kembali apa yang sudah saya katakan?"

Guru yang sedari tadi mengajar nampaknya sudah kesal dengan segala macam keributan yang ada di bangku bagian paling belakang.

Bromo jelas saja protes, jelas-jelas yang misah-misuh sambil berteriak adalah Meru, mengapa ia yang dipanggil?!

"Tapi Bu, yang teriak kan Meru! Kenapa saya yang disalahin?!"

"Ngebantah kamu sama saya?"

Bromo pada akhirnya kicep juga, sudah lelah berdebat dengan guru beberapa tahun terakhir. Memang Meru ini sialan, padahal bukan ketua Osis tapi efeknya bisa sama seperti anak presiden.

"Mampus. Mamam tu, wkwk." Sedangkan Meru yang masih anteng duduk di kursinya mengejek Bromo yang sudah bersiap untuk bangkit dan menjelaskan di papan.

Sebenarnya Bromo tak masalah jika harus menjelaskan satu bab penuh, ia sudah mempelajari nya semalam. Tapi ia hanya kesal, seharusnya Merupakan yang disalahkan, Merupakan yang harus mengajar di depan, bukan dirinya.

"Tunggu aja lo."

Bromo mendesis, melangkah ke arah papan tulis dan mulai menerangkan. Guru yang ikut mendengarkan hanya mengangguk-angguk paham. Penjelasan Bromo mudah dimengerti, ia pintar, hanya saja ia malas dan suka berlaku seenaknya.

Ketika kedua bola mata hitam Bromo melihat makhluk tak memiliki adab di bangku belakang sedang asik-asiknya menelungkupkan kepala. Ia menyeringai.

Pikiran jahil yang sangat mudah sebagai bentuk pembalasan ada di depan mata.

"Bu, tuh liat Meru Bu, masa saya sibuk menjelaskan dia enak-enak tidur."

Seketika itu juga semua pasang mata memperhatikan objek yang sedari tadi dilihat Bromo.

Yang memiliki nama tiba-tiba terlonjak. Ada yang aneh, wajah anak itu pucat dengan sedikit peluh di dahi.

"LU MIMISAN RU!"

Yang paling heboh adalah Bromo tentu saja. Ia dengan cepat meninggalkan papan tulis beserta spidol yang ia biarkan menggelinding di lantai.

Menghampiri Meru yang sudah memasang wajah bodoh dan memegangi kepalanya.

Anak-anak yang lain juga heboh, apalagi Bu Yulia selaku guru yang sedang mengajar.

"Bawa ke Uks aja, ada yang anak PMR atau KKR nggak di sini?" Nadanya gelisah, khawatir.

KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang