3. t r o u b l e

1.4K 171 9
                                    

"Berhasil lo?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhasil lo?"

"Lo ngeremehin gue?"

Perempuan di depannya terkekeh, bertepuk tangan sinis, lalu sesudahnya melipat tangan di depan dada, menatap Bromo menyelidik.

Yang ditatap hanya diam, menatap datar sambil mendecakkan lidah.

"Udah dua minggu, kapan lo mau berhenti? Gue muak. Kalo aja gue nggak ada ikatan keluarga sama lo, mana mau gue kaya gini."

Lalu perempuan itu beralih merogoh sesuatu dari bawah meja, ke dalam tasnya tangan perempuan itu menyusup. Melemparkan sesuatu yang sudah pasti segepok uang ke atas meja.

Perempuan itu menyeringai.

"Gue ganti uang yang lo pake buat jalan sama dia. Besok, gue punya rencana, di sini."

Bromo hanya memandang datar, benar-benar tak tertarik dengan uang yang ia yaking lebih dari lima juta di depannya. Ia hanya memandang perempuan itu, menimbang sesuatu.

Ia tau, 'sesuatu' yang dimaksud perempuan itu akan mengakhiri permainannya selama dua minggu terakhir. Namun sayang, besok ada yang lebih penting. Ia beranjak berdiri, memasukkan kedua tangan nya ke dalam saku di bawah jaket kulitnya.

"Sorry, gue gak tertarik sama uang lo. Lebih baik lo make itu duit buat baju lo yang kekurangan bahan. Dan besok? Sorry, gue gak bisa, lusa aja, rencana yang mau lo buat kirimin detail ke gua."

Perempuan itu tak terganggu sama sekali, ia mendengus geli dan sedikit terkekeh.

Bromo berbalik dan berjalan menjauh, namun langkahnya terhenti begitu perempuan bernama Tiffany itu menyuruhnya untuk berhenti.

"Tunggu."

Bromo berbalik, menatap Tiffany yang juga berdiri.

"Lo gak mau terima uang itu?"

"Gak guna."

Bromo kembali memperlihatkan punggungnya, ia menelengkan sedikit kepalanya, melirik Tiffany dengan ujung matanya yang tajam.

"Setau gue, keluarga Adiksa pakaiannya sopan-sopan."

Perempuan itu awalnya hanya tertawa kecil sambil memegang perut, namun akhirnya ia tertawa keras.

"Yakin? Yang ngomong barusan keluarga Adiksa yang sering gue denger tawuran sama sekolah sebrang kan? Sok suci banget lo gila!" Perempuan itu benar-benar tertawa hingga badannya membungkuk.

Bromo tidak perduli, ia benar-benar berbalik dan membuka pintu mobilnya untuk berjalan pulang. Menyeringai ketika mengingat kembali perkataan si adik kecil Tiffany. 

Ia menyayangi perempuan itu, tentu Tiffany tau, namun beginilah cara keluarganya berbicara, mencoba untuk saling melemparkan aura intimidasi. Mencoba untuk membuktikan bahwa diri sendiri adalah yang terkuat. Karna ... Yang kuat akan memangsa yang lemah. Selalu begitu.

KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang