15. Lagi

630 105 5
                                    

"ARKAN bego! Katanya pulang bareng ah!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"ARKAN bego! Katanya pulang bareng ah!"

Suwa berdecak, ia mengerang jengkel, menghentakkan kaki nya di jalanan yang dibeton itu dengan keras.

Sekarang seharusnya ia sedang duduk manis di atas motor besar milik Arkan.

Pemuda itu berjanji untuk pulang bersama, tapi nyatanya? Arkan bolos bahkan dari jam keluar main pertama, batang hidung nya tak tampak sedari tadi.

Suwa yang merasa ter-khianati tentu saja kesal.

"Arkan begooo!"

Ia mengumpat, kini jalanan yang ia lewati sedikit lengang, ia memajukan bibir, sungguh kesal dengan tingkah semena-mena Arkan.

Ia terus berjalan, sambil menunduk dan mengepal-kan tangan.

"Awas aja tu bocah, besok gue bikin bonyok."

Suwa menyeringai, bertampang sadis karna sakit hati.

"Oy!"

Suara seseorang memanggil dari kanan-nya.

Ia pun sontak menengok, melihat beberapa pemuda yang tampak lebih tua tengah menyesap rokok di depan sebuah minimarket. Tiga orang, dengan satu orang ber-hoodie dan dua lainnya memakai kaus berwarna hitam dan putih lalu dililitkan lagi dengan seragam SMA di pinggangnya.

"Siapa?"

Salah satu dari mereka bertanya, mengalihkan pandangan yang sebelumnya di ponsel menjadi berfokus ke si pemanggil.

"Kenal lo?"

Satu orang tadi juga bertanya. Sedangkan sang pemanggil atau yang memakai hoodie diam saja sambil menatap lekat Suwa.

Sedangkan Suwa yang dipanggil hanya mengendikkan bahu, cukup hapal dengan wilayah yang dipenuhi beberapa murid nakal dan iseng. Walaupun, ia sendiri juga merasa bahwa orang yang memanggilnya tak asing.

Ketika ia ingin berjalan, tidak memperdulikkan panggilan yang bahkan terasa sedikit menjengkelkan karna terkesan sok akrab, sesosok itu berhenti di depannya, menyenggol bahunya cukup kencang hingga ia sedikit terdorong ke belakang.

Suwa yang memang dasarnya sudah kesal, menjadi sangat tidak suka ketika ia tidak melakukan kesalahan pun dan berakhir diganggu.

"Mau lo apaan sih?! Gue gak kenal sama lo!"

Suwa berteriak, murka sudah.

Seorang ber-hoodie itu tertawa tidak percaya.

"Lo nggak inget gue?"

Ia bertanya sangsi, wajahnya menyiratkan keterkejutan yang berarti.

"Nggak. Jadi bisa nggak lo jauh-jauh dari gue?"

Suwa menatap datar, tangannya sedikit ia renggangkan untuk menetralkan emosi yang hadir.

"Gue orang yang waktu itu ngalahin lo waktu tengkar bareng Arkan. Kemana temen lo itu? Udah mati dia?"

Dan saat itulah kesabara seorang Suwa telah habis. Ia menonjok wajah orang di depannya, membuat pemuda itu mendesis dan memegang bibirnya yang berdarah karna berhantaman dengan giginya.

Jika dilihat dengan analisis yang matang, tentu saja Suwa kalah jika mereka masuk dalam tahap pertengkaran.

Mengapa?

Secara tubuh Suwa yang mungil dan pendek itu kalah dengan badan tiga pria tinggi dan kelihatan berotot yang sedang melingkarinya.

Dua orang teman pria ber-hoodie itu tentu saja tidak tinggal diam, mereka dengan cekatan menahan kedua tangan Suwa yang terkepal.

"Lo yang lari aja banyak bacot!"

Suwa berteriak, meludah di hadapan pemuda itu. Hilang sudah ketakutan yang beberapa saat lalu sempat hadir ketika pertama kali melihat mereka.

Ia ingat siapa mereka, para pemuda yang waktu itu pernah menghadang Arkan dan dirinya sehabis belanja. 

Anak buah dari salah satu musuh Bromo, siapa namanya? Ah, Gilang.

Pemuda pengecut dan tidak tau malu.

"Gue gak lari!"

Pemuda itu berteriak, lalu menendang perut Suwa sekuat tenaga.

Dua orang yang memegangi nya sedikit kesusahan menahan  beban Suwa, pemuda itu terlalu tiba-tiba melakukan serangan.

"Dre, lo gak serius kan pen bonyokin orang di tepi jalan kayak gini?"

Salah seorang pemegang Suwa bertanya, sedang Suwa sendiri sudah tidak perduli, perutnya sakit sekali.

Pemuda yang dipanggil Dre, atau bernama lengkap Andre Tanaka Guanlin itu seolah tuli, tidak mendengarkan perkataan temannya dan langsung memukul Suwa tepat di rahang.

Tidak memberikan Suwa ruang untuk bernafas.

"Orang lemah kayak lo yang seharusnya gak usah banyak bacot."

Andre lagi-lagi terkekeh sinis, kemudian ia memegang kembali ujung bibir nya yang berdarah, membandingkan dengan wajah Suwa yang sudah sedikit membengkak di bagian pipi kanan.

"Lo juga kalo sendiri lawan tiga orang lebih gede bakal mati goblok."

Suwa mencicit, sedikit mendumel dikatai lemah.

Rahang nya sakit dan kepala nya mulai pusing. Kedua kaki nya juga sudah sedikit melemah.

"Haha, lo sekarang jadi tikus ya? Nyicit-nyicit gajelas. Takut lo?"

"Bacot goblok!"

Suwa menendang ke depan dengan sekuat tenaga, hanya kaki nya yang tidak ditahan.

Melihat Andre yang jatuh tersungkur, membuat salah satu dari dua orang yang memegangnya sontak melepaskan cengkramannya dari tangan Suwa.

Ia segera meliuk, dan lepas dari genggaman yang satu lagi, memukul nya tepat di rahang dan berlari menjauh.

Oke, ia jadi seorang pengecut kali ini. Ia akui.

Tapi ia juga akan mati jika satu lawan tiga orang berbadan dua kali besar badannya.

Jadi ia hanya sedang pintar mengambil kesimpulan.

"Kemana lo bajingan!"

Andre berteriak, ia berusaha bangkit dan ingin mengejar Suwa yang berlari. Suwa tidak pintar berkelahi! Jadi tolong berhenti!

Kenapa juga jalanan ini menjadi sepi dan menjadi kumpulan para preman?!

Ia terus berlari sambil terus menengok ke belakang, keadaan di jalanan ini sedikit lengang dengan langitnya yang sudah berwarna orange gelap.

Mungkin memang di daerah ini sepi jika sore hari.

Buk!

Sial. Suwa menabrak seseorang.

"Loh?"

Seorang pemuda yang ia tabrak sepertinya hendak marah, namun terhenti begitu melihat jelas wajahnya.

"Bang? Lo ngapain di sini?"

tbc.

aku ga jahad ga jahad

itu siapa hayu? hehe




















KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang