4. di Balik [kemarin]

1K 137 11
                                    

.
.
harsh words, hati-hati.

"JALAN lo lelet banget anjir kayak siput

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"JALAN lo lelet banget anjir kayak siput." Arkan terkekeh, melihat Suwa yang sedang kesusahan membawa barang belanjaan yang mereka beli.

"Lo bantu kek, gada hati banget lo."

Arkan tertawa lebar, mereka baru saja membuat perjanjian kekuatan otot tangan. Adu panco kata orang.

Dan tentu saja Suwa yang pada dasarnya anak baik-baik dan tidak pernah berkelahi kalah dengan Arkan yang naudzubillah.

"Kan udah janjinya gitu, kalo gue bantu lo namanya apa? Ingkar bre!"

Arkan lagi-lagi tertawa lebar, ia berjalan mundur sambil menjulurkan lidahnya ke arah Suwa. Menikmati bagaimana wajah itu berubah keruh dan dahi yang lama kelamaan dibanjiri peluh.

Mereka berdua berteman baik, entah kenapa mereka bisa menjadi sahabat dekat dengan kepribadian yang bertolak belakang.

Suwa yang kikuk bertemu dengan Arkan yang benar-benar tidak bisa diam, awalnya ia risih, namun lama kelamaan darah nya bisa dibuat mendidih hanya karna mendengar Arkan yang sering mengejeknya.

Arkan memang senang mencari gara-gara, iseng saja katanya. Tapi Suwa tak suka. Dan ketidaksukaan nya membuat Arkan semakin menjadi-jadi dalam menjahilinya.

Seiring berjalannya waktu, mereka menjadi dekat dan yah, berteman baik. Saling melempar ejekan dan bertajuk untuk hal-hal yang tidak penting.

"Ingkar bre!"

Suwa memajukan bibirnya, mengulangi ucapan Arkan dengan nada gondok setengah mati.

"Jalan ya hadep depan bego. Lo jatoh gue bakal ngakak banget sumpah."

Tidak ada raut bersahabat di wajah Suwa. Ia benar-benar kesal, kalau tidak mau membantu, setidaknya singkirkan wajah jelek di hadapannya ini.

"Nggak mau! Wle!"

Arkan mengejek, berjoget di hadapan Suwa berniat untuk lebih mengejek. Tawanya menggema di tengah malam yang sepi.

Setelah itu benar saja, Arkan terjatuh diakibatkan tali sepatunya yang kebetulan diikat tak sempurna.

Atau ... Tidak pernah sempurna? Bayangkan saja, Arkan pemuda urak-urakan yang tidak pernah perduli dengan namanya kerapian.

Baju yang dikeluarkan dan rambut acak-acakan sudah menjadi ciri khasnya, namun yang membuatnya bedebah adalah; ia sangat tampan.

Walaupun dengan wajah baru bangun tidur.
Walaupun dengan peluh yang membasahi dahi.

"HAHAHAHAA MAMPUS! ANJIR! PERUT GUEE!"

Suwa ngakak. Belanjaan yang memenuhi dua tangan nya ia taruh di lantai. Memegang perut yang sudah sakit akibat tertawa terlalu lama dan kencang.

Sedangkan wajah pemuda yang baru saja terjatuh itu masam. Memegangi pantatnya yang sakit akibat membentur trotoar dan mengelus pergelangan kakinya yang diduga terkilir.

KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang