17. Perjanjian yang Dibayar

617 112 2
                                    

KINI semua usai sudah, semua kepala yang tertunduk itu menyiratkan betapa langit sedang tidak berbaik hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KINI semua usai sudah, semua kepala yang tertunduk itu menyiratkan betapa langit sedang tidak berbaik hati. 

Tadi malam, tepat setelah Bromo membuka pintu, tonjokkan kuat langsung diterimanya. Pandangan iba yang berasal dari ibunya berhasil membuat Bromo menunduk.

Meru hanya diam di belakang Bromo, begitu juga Suwa yang masih menetap, ia hanya ingin berbicara dengan Bromo, meminta maaf dan mengucapkan terima kasih misalnya, namun keadaan menjadi rumit. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kamu liat?"

Sang Ayah berbicara, menunjukkan layar handphone yang menunjukkan sebuah video perkelahian, atau penindasan? Karna hanya satu orang yang memukul di video itu.

Sebuah kebohongan publik.

"Kamu mau jadi sok jagoan?"

Lagi ayahnya berbicara, Suwa yang juga melihat itu sontak membulatkan mata. Ia hendak berbicara kalau saja Meru tidak menahan lengannya sambil menggelengkan kepala.

Bromo mendongak, menatap sang Ayah tepat di mata.

"Ayah percaya kalo aku ngelakuin itu semua? Aku nindas orang yang lemah? Ayah percaya?"

Sang Ayah tetap bungkam dengan wajah tegasnya, seorang Jackson Ardiona Adiksa itu balas menatap anak semata wayangnya.

"Kalo misalnya Ayah percaya, oke, aku emang ngelakuin itu."

Bromo mengangguk-anggukan kepalanya, ia berlalu, berjalan ke arah sang Ibu yang tersenyum sendu. Memeluk tubuh itu dengan kuat dan menyembunyikan wajahnya di tengkuk sang Ibu.

"Maaf Bromo jadi beban keluarga, maaf kalo abis ini Bunda juga kena getahnya."

Anya selaku Ibu dari Brom menggigit bibir dan menghela napas panjang.

"Bromo nggak pernah ngebebanin Bunda sama Ayah, Bromo anak yang hebat, Bunda bangga punya Bromo sebagai anak Bunda."

Bagaimana bisa video itu sampai di tangan Ayahnya dengan cepat?

Tentu saja hal itu kita sebut dengan kekuatan media sosial. Pemuda yang merekam Bromo tadi sedang melakukan siaran langsung, dan hal itu langsung tersebar kemana-mana dengan Bromo sebagai tokoh utama.

Akhirnya fakta itu muncul, Bromo yang merupakan anak satu-satunya seorang CEO sukses.

Sementara itu, Meru menatap wajah Ayah Bromo dengan tatapan mengiba, ia menggeleng pelan dengan mata menyiratkan penuh ke-khawatiran.

"Bromo nggak pernah ngelakuin hal kayak gitu. Bromo bukan orang yang kaya gitu Ayah,... Dia cuman nyelamatin kita dari anak-anak itu. Mereka yang salah."

Meru benar-benar berusaha dengan kalimatnya. Suwa yang merasa perlu berbicara pun mengangguk.

"Iya, em, Om, bang Bromo cuman nyelamatin saya dari mereka, mereka mukulin saya.Oh ya! Dan, em, dan video itu bohong. Video itu cuman nayangin pas bang Bromo mukul balik, jadinya keliahatan jahat, padahal kan gak kaya gitu."

KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang