14. Kesempatan

690 117 4
                                    

KENDARAAN yang dikendarai oleh seorang pria berumur itu melaju santai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KENDARAAN yang dikendarai oleh seorang pria berumur itu melaju santai. Namun cengkraman di stirnya tak setenang wajahnya.

"Mereka nggak salah apa-apa."

"Kenapa? Kamu jadi kayak gini gara-gara mereka kan? Pembangkang, sok jagoan. Kamu taunya cuman bisa ngejelekkin reputasi orang tua."

"Aku ngelakuin apa yang aku mau. Tanpa suruhan. Jadi mereka nggak ada hubungannya."

Sang Ayah terkekeh mengejek.

"Nggak ada hubungannya? Ngeliat tadi ada yang ngebela kamu udah ngebuktiin kalian punya hubungan. Dia yang ngajak kamu berantem? Dia yang ngajak kamu tawuran-tawuran nggak jelas kayak gini?"

Bromo mengepalkan tangan.

"Udah aku bilang mereka nggak salah apa-apa. Aku yang ngajak mereka. Aku yang nyuruh mereka buat ikutan. Puas? Jadi nggak usah seret-seret mereka yang nggak tau apa-apa."

"Kamu fikir Ayah bakal biarin kamu sekolah di sana lagi? Eh? Bukannya kamu nggak pernah sekolah ya?"

Bromo tidak perduli dengan perkataan Ayahnya soal menyindir. Ia hanya fokus kepada teman-temannya aman dan baik-baik saja.

Namun. Pindah sekolah? Ia tak akan pernah bisa.

Ia awam soal memulai sesuatu yang baru dengan lingkungan dan orang-orang baru.

Say no to pindah.

"Aku nggak mau pindah sekolah kemana pun. Aku janji. Janji nggak bakal ikut kaya ginian lagi. Juga jangan ganggu mereka. Mereka anak baik-baik, beberapa juga ada yang asalnya dari keluarga kurang mampu. Kalo Ayah tuntut, mereka mau bayar pengacara pake apa?"

"Kamu fikir Ayah perduli?'

Hening. Tidak ada yang berbicara. Bromo hanya bungkam. Muak dengan percakapan tidak berujung dengan keegoisan sang Ayah.

"Tapi Ayah bakal kasi kamu kesempatan. Sekali lagi kamu ikut tawuran dan hal itu langsung dimuat ke atas media, kamu bakal Ayah pindahin ke Kanada. Belajar bisnis buat nerusin perusahaan."

Bromo berfikir. Sedikit terkejut karna sang Ayah yang secara tidak langsung menyetujui permintaannya. Perjanjiannya tidak buruk.

Ia bisa menyerahkan urusan yang awalnya dia emban sebagai pemimpin pada Diar atau Eksa untuk sementara waktu. 

"Oke."

"Selama aku nggak tawuran."

Bromo menekankan. Yang artinya ia bebas bertemu dengan teman-temannya kapan pun dia mau. Asalkan tidak menimbulkan dan memicu adanya pertempuran.

Sang Ayah tidak menjawab, hanya mengangkat satu alis mengiyakan.

Bromo bernapas lega, setidaknya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, teman-teman nya aman.

KARMA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang