Genta memencet tombol home di ponselnya. Tidak menyala. Daya ponselnya pasti habis. Genta mengucek matanya lelah, lalu melirik jam wekernya. Jarumnya sudah menunjuk ke angka tiga. Sejak kapan ponselnya kehabisan daya?
Genta menyandarkan punggungnya ke kursi, menunggu ponselnya menyala setelah ia menancapkannya agar dayanya terisi.
Cowok itu menatap notifikasi yang masuk. Hanya satu.
senja raganala
jangan lupa minum air putih.
19.28Genta mengeryit. Hanya satu notifikasi itu saja.
genta abrasya
udh tidur belum?
03.12Genta menatap buku biologinya yang penuh stabilo dan coretan, juga kertas buram visi misinya yang penuh coretan. Lalu, ia melihat reminder yang ada di ponselnya. Kemarin ada pertandingan basket Senja... yang mana Genta berarti sudah tidak mendukung cewek itu. Genta memijat pangkal hidungnya, berusaha mendapatkan lagi akal sehatnya. Senja pasti marah.
genta abrasya
maaf ya tadi nggak nonton
maaf juga berkali-kali minta maaf.
03.18Genta menyempatkan sedikit waktunya untuk menengok platform Instagram. Sepertinya tim Senja kali ini meraup kemenangan lagi. Genta menaikkan bibir ketika melihat foto bersama tim basket puteri itu. Senyuman Senja di foto itu yang membuat Genta menaikkan bibir, dan mendapatkan sedikit demi sedikit kesadarannya. Genta terus menggeser foto-foto yang diunggah oleh akun Instagram tim basket sekolahnya. Cowok itu agak menyipit ketika melihat satu foto yang tampak janggal baginya.
Sebenarnya, itu foto salah satu pemain basket dengan username savrinadrea, tetapi yang menjadi fokus Genta adalah orang di belakang Adrea yang sedang tertawa satu sama lain.
Alva dan Senja.
Dan karena itu, pagi ini, Gita mengomel sambil mencari obat tetes mata ke seluruh rumah.
"Lo nggak tidur? Gua udah bilang lho, Ta, jangan dipaksain soal Alva itu."
Genta membasahi bibirnya, terpaksa harus menunggu Gita karena kunci mobil ada di tangan cewek itu, Genta tidak bisa pergi lebih dulu.
"Nggak maksain aku, Git."
Gita menoleh, menatap Genta penuh kekesalan. "Terus apa namanya?"
Genta terdiam sejenak, lalu menggeleng pelan. Ia meletakkan kepalanya di meja makan, memejamkan matanya sesekali sambil menunggu Gita yang masih sibuk mencari.
"Genta!"
Genta mengerjap, matanya menatap Gita yang berkacak pinggang.
"Ayo dangak dulu, tak tetesin."
Genta akhirnya mendongak. Dan ia sungguh merasakan kelegaan itu lagi. Kelegaan ketika dia tau, bahwa apapun yang terjadi, Gita akan selalu ada.
"Heh, lo kenapa?" Nolan menyenggol Genta yang diam saja. Lebih tepatnya, cowok itu memejamkan mata sambil bertopang dagu. Hari ini Nolan datang terlalu pagi, dan ia memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu di kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
fluorescent adolescent
Genç KurguKarena, setiap remaja, memiliki setiap rona-nya masing-masing. Tentang masa lalu, tentang cita-cita, tentang keinginan, tentang harapan dan berharap, dan, tentang cinta. ©2020