Sejak saat itu, hari-hari mereka berjalan seperti biasa, Bang Chan dengan kegiatan sekolahnya yang super sibuk dan Minho yang masih sering tidur di kelas.
Sekilas tidak ada perubahan dari keduanya. Tapi mata seorang sahabat tidak dapat dikelabui."Lo beda No." Celetuk Changbin saat mereka sedang berada di apartemennya. Minho di atas kasur sedang main handphone dan tuan rumah di meja belajarnya entah mengerjakan apa, yang kini berhenti untuk mendengarkan jawaban dari lawan bicaranya.
Lama tidak ada jawaban Changbin akhirnya menghampiri Miho.
"Gue sumpahin ga bisa denger sekalian lo." gerutu Changbin yang hanya ditanggapi dengan cengiran oleh Minho.
"Beda apanya sih? Gue ya masih begini aja. Aneh lo."
"Ga usah sok ngelak deh. Gue liat kok diem-diem lo sama dia ketemuan. Sebentar sih emang tapi makin kesini kok gue liat melulu."
"Lo ngikutin gue terus Bin?" elak Minho.
"Ogah banget no. Ampe rumah aja masih ketemu ngapain gue ngikutin lo. Rute lo aja yang ga kreatif ampe keliatan mulu sama gue."Minho melempar handphonenya ke atas kasur dan menghela nafas panjang.
"Ga ngerti juga gue bin.""Hah? Ga ngerti gimana? Lo aja ga ngerti apa lagi gue anjir." keluh Changbin.
"Si Ketua Osis itu selalu aja ada alesan buat ngajak gue ngobrol walau cuma 1-2 menit."
"Ngomongin apaan aja lo?" Changbin penasaran.
"Gajelas. Kadang A kadang B kadang Z. Suka-suka dia lah."
"Kok bisa seorang Bang Chan cocok sama Lee Minho?"
"Dilarang cemburu."
"Males banget gue cemburu ama lo." jawab Changbin."Tapi karena lo ngomong gitu, gue juga jadi kepikiran Bin. Kenapa dia mau ngobrol ama gue walau gue ajak ngumpet."
"Ya mana gue tau gue aja nanya ama lo."
"Ada sih satu kemungkinan tapi kayanya konyol banget."
"Apaan?"
"Dia takut rahasianya gue bongkar."
"Emang lo tau apa?"
"RAHASIA."
"Bodo ah nyesel nanya." keluh Changbin."Intinya kita sama-sama megang rahasia masing-masing tapi kan harusnya tuh ya dia santai aja. Kalo gue bocorin dia juga bisa bocorin rahasia gue. Ga bego-bego amat lah gue juga."
"Atau karena alasan lain No."
"Apaan?""Pernah kepikiran ga lo kalo misalnya dia suka sama lo." ujar Changbin.
Hening.
Lama.
Sampai akhirnya Minho mengerutkan alisnya.
"GA MUNGKIN GILA. NGAPA JADI MIKIR KESANA SIH LO." Minho melempar bantal ke Changbin.
"Ye kan gue cuma kasih pendapat. Abisan gerak geriknya kaya orang lagi pacaran tapi backstreet tau ga sih lo berdua. Ngumpet-ngumpet. Mindik-mindik."
"Gue enggak ya Seo Changbin!"
"Yah...kalo nggak ya udah si santai aja."
Goda Changbin sambil menyeringai.Minho langsung terdiam dan berpikir.
Iya juga, kenapa gue jadi emosi? -Lee Minho."Gue sih seneng liat lo akur sama orang lain selain gue. Kaget aja gitu orangnya malah Bang Chan."
"Tau ah Bin gue mau tidur aja."
"Yee di kamar lo sono jangan disini. Gue masih mau kerja."
"Biarin. Mau nemenin lo." Minho mengerjapkan matanya dengan lucu.
"Ga usah sok manis. Geli." keluh Changbin.
"Iya tau iya. Yang manis ga bikin geli cuma Felix."
"Berisik ya lo. Sono gih balik ke kamar lo."
Minho terbahak sambil berguling di atas kasur.-*-*-
Di salah satu sudut sekolah yang hampir tidak pernah dikunjungi siswa, Bang Chan dan Minho duduk berdampingan sambil menikmati es krim yang dibelikan Bang Chan."Chan." panggil Minho tanpa menatap lawan bicaranya.
"Hmmm?"
"Kita ngapain sih disini?"
"Makan es krim kan?" jawab Bang Chan bingung."Itumah udah jelas. Maksud gue. Ngapain lo ngajak gue ngobrol terus. Kan jadinya gue selalu coba cari tempat sepi."
"Emang kenapa kalo ngobrol ditempat biasa coba gue tanya." jawab Bang Chan.