Minho menatap handphone nya. Beberapa menit yang lalu dia baru saja merelakan dirinya kehilangan orang yang paling berharga dalam hidupnya saat ini.
Tapi dia tidak berdaya untuk menahannya, karena selama 2 tahun ini, Minho sudah menahan orang itu. Meminta orang itu untuk menerima semua kasih sayang yang Minho miliki.Dua tahun yang lalu.
Minho sudah mengenalnya cukup lama untuk bisa menghapal rutinitas seorang Bang Chan.
Mereka mengambil jurusan yang sama dan otomatis jadwal mereka hampir selalu sama.Minho jatuh cinta pada pandangan pertama saat ia melihat Bang Chan, pemuda yang kalau pakai baju kancingnya full dipasang sampai ke atas. Kalau bicara bahasanya formal. Tulisannya rapi. Tugas selalu on time. Bang Chan tipikal kutu buku, tapi wajah tampannya membuat dia outstanding diantara kutu buku lainnya.
Bang Chan saat itu sedang berjongkok di depan gerbang kampus. Minho yang biasanya selalu disana untuk memberi makan stray cats terkejut melihat Bang Chan, mengelus lembut salah satu kucing disana.
"Aku nggak bawa makan. Tapi janji besok aku kembali lagi ya kucing kecil."
Minho merasa hangat mendengarkan pembicaraan Bang Chan dengan kucing itu.
Bahkan sama kucing dia masih bicara dengan bahasa kaku.
Minho tidak ingin mengejutkan Bang Chan dan kucing-kucing disana jadi perlahan dia menepuk bahu Bang Chan.
Tapi tetap saja Bang Chan terkejut."Sori. Kaget ya?"
Bang Chan mengelus dadanya, masih berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang.
"Ini, gue bawa makanan. Tiap sore gue selalu kasih mereka makanan jam segini. Cuma karena tadi gue harus menghadap dosen jadi telat." Minho menjelaskan sambil mengeluarkan bungkusan dryfood lalu menuangkannya di mangkok yang ia bawa. Setelah itu dia mengeluarkan mangkok lain dan mengisinya dengan air."Lo suka kucing?" tanya Minho sambil memandangi kucing-kucing yang mulai berdatangan.
"Aku suka semua binatang. Di rumah kami memelihara seekor anjing." jelas Bang Chan.
"Di rumah gue punya 3 ekor kucing. Tapi karena kosan gue ga boleh pelihara binatang ya udah gue main sama mereka aja." Minho menunjuk kepada kucing-kucing yang masih sibuk makan.
"Kamu baik." ucap Bang Chan yang membuat wajah Minho memerah.Sejak saat itu, Minho jatuh untuk Bang Chan.
Berbagai macam cara Minho gunakan untuk bisa lebih dekat dengan Bang Chan, hingga akhirnya setelah dirasa mereka cukup akrab, Minho mengutarakan isi hatinya.
"Chan, gue mau jujur sama lo." Minho membuka pembicaraan mereka saat sedang duduk di taman, setelah memberi makan kucing disana.
"Ya kenapa Minho?"
"Gue suka sama lo. Sejak pertama kali gue liat lo di gerbang ngobrol sama kucing. Gue langsung yakin, lo adalah orang yang tepat."
Minho menatap Bang Chan, yang kini wajahnya mulai bersemu."Kenapa?" tanya Bang Chan.
"Nggak tau. Gue suka aja gitu. Terus kesini-sini kita jadi sering main bareng. Gue makin suka sama lo. Dan hari ini gue memberanikan diri untuk ngomong sama lo.""Ah...maaf aku belum berpengalaman soal ini." Bang Chan menatap kakinya, menghindari tatapan Minho.
"It's okay. Lo ga harus jawab perasaan gue hari ini. Lo bisa pikir-pikir dulu. Tapi gue harap lo setidaknya bisa nerima perasaan gue. Kita bisa sama-sama belajar, Chan."Bang Chan akhirnya menaikkan pandangannya untuk menatap Minho.
Lama Bang Chan menatap hingga Minho salah tingkah.
"Jangan diliatin gitu ah, malu gue Chan."Bang Chan tersenyum dan mengangguk.
"Kamu orang baik, Minho. Ayo kita coba. Aku akan berusaha untuk membuat kamu bahagia."
Giliran Minho yang kaget.
"Hah? Serius Chan? Lo beneran mau nerika gue?"
Bang Chan mengangguk.
"Perlahan ya. Ini sesuatu yang sangat baru untuk ku."
Minho mengangguk dengan cepat.
"Terima kasih, Chan. Gue sayang banget sama lo."
Minho memeluk Bang Chan, yang masih ragu untuk membalasnya, tapi akhirnya tangan Bang Chan meraih punggung Minho dan mengelusnya.Hubungan mereka betul-betul berjalan dengan sangat perlahan. Minho tidak mau memburu Bang Chan. Kenyataan bahwa perasaannya diterima saja sudah lebih dari cukup untuk Minho.
Mereka melakukan apa yang pasangan lain lakukan. Date, chatting, ngobrol sampai pagi.
Bang Chan pun terlihat semakin melunak, bahasanya tidak lagi terlalu kaku. Perlahan penampilannya pun berubah berkat bantuan Minho.Semua orang awalnya tidak percaya bahwa mereka betul-betul pacaran, tetapi melihat Minho yang selalu telaten dan sabar mendampingi Bang Chan dalam hubungan mereka, menyadari bahwa mereka berdua betul-betul berpacaran.
Semuanya berjalan dengan sangat baik hingga dua tahun terlewati tanpa ada gangguan apapun.
Minho yang biasa merajuk, tapi langsung luluh dengan bujukan dari Bang Chan.
Bang Chan selalu peka dengan perhatian yang Minho berikan. Untuk seseorang yang belum berpengalaman, Bang Chan punya nilai yang sempurna.Perhatian yang diberikan pun sudah mutual setelah bulan pertama. Tidak lagi Minho yang mengejar. Tidak lagi Minho yang berinisiatif melakukan hal-hal kecil dalam hubungan mereka.
Bang Chan mengambil perannya dengan sangat sempurna bagi Minho.
Semua perhatiannya membuat Minho yakin bahwa Bang Chan sudah bisa membalas perasaannya dengan tepat.Pernyataan Bang Chan malam ini betul-betul mengiris hati Minho.
Apa yang terlewatkan selama ini darinya sampai dia tidak sadar bahwa Bang Chan menaruh perhatian kepada orang lain.
Siapa orangnya pun Minho tidak tahu. Dan tidak mau mencari tahu walaupun dia sangat penasaran. Minho sudah sangat terluka, untuk apa dia mencari garam yang akan ditaburkan di atas lukanya?Semakin dicoba, semakin dicari, semakin tidak ketemu jawabannya.
Air mata Minho mulai mengalir deras. Dia tidak pernah tidak serius dengan Bang Chan, tapi apa hasil perjuangannya selama ini?
Apa yang belum Minho lakukan untuk Bang Chan?
Apa yang orang lain perbuat sehingga bisa menarik Bang Chan untuk jatuh?
Tangisan Minho semakin pilu.
Menangis hingga tidak ada lagi air mata dan suara yang bisa ia keluarkan malam itu.
Menangis hingga matanya bengkak dan suaranya serak.
Tapi sakit di hatinya tidak kunjung reda.
Menangis sampai akhirnya Minho terlelap, masuk ke alam mimpi dimana Bang Chan masih jadi miliknya dan hatinya terasa penuh dengan bahagia.sementara itu nun jauh sana, orang yang menyebabkan Minho menguras air matanya sedang duduk di depan rumah, menatap langit.
"Tuhan, maafkan aku sudah membuat salah satu ciptaanmu yang indah terluka. Aku bersalah. Aku menyesal, tetapi Engkau tahu bahwa itu yang terbaik untuk kami. Terbaik untuknya."
Setetes air mengalir dari mata Bang Chan.
"Aku titip dia, Tuhan. Tolong kirimkan seseorang yang bisa menyayangi dia dengan sepenuh hati, seseorang yang bisa mendampingi dia sampai tua nanti. Seseorang yang bisa menggantikan posisiku, seseorang yang bisa melakukan apa yang tidak bisa ku lakukan. Seseorang yang bisa mencintai dia, melebihi rasa cintaku kepadanya."
Air mata mulai mengalir deras di pipi Bang Chan.
"Tuhan, aku merelakan kebahagiaanku demi kebahagiaannya. Ku mohon kabulkan permintaanku yang terakhir, sebelum aku kembali ke sisi Mu. Ku mohon, hapus air matanya, kembalikan senyuman di wajahnya, jaga dia, bahagiakan dia. Tuhan, aku sangat menyayanginya."
Bang Chan mengakhiri doanya, menghapus air mata di wajahnya lalu masuk ke dalam rumah.
"Ma, Pa, aku sudah memutuskan. Aku akan mengikuti saran dokter dan melakukan operasi. Aku...ingin mencoba walau kemungkinannya sangat kecil."
-fin-