Late Night Talk

521 54 1
                                    

Minho tidak bisa tidur walaupun kedua jarum jam di dinding sudah bertemu di angka 12.
Semua tugas kuliah sudah selesai ia kerjakan. Pekerjaan rumah pun sudah selesai sejak sore.
Minho memang bukan tipe orang yang suka menunda pekerjaan, terlebih dia tinggal sendiri di apartemen sejak mulai kuliah. Pesan ayahnya saat Minho pamit untuk pergi ke kota selalu teringat : Kamu harus mandiri.

Tapi entah kenapa malam ini matanya enggan terpejam. Padahal tubuhnya sangat lelah.
Sambil berbaring, Minho menulis update di status whatsapp nya, berharap masih ada kawan yang bangun dan bisa diajak ngobrol sampai ia mengantuk.

Can't sleep

belum 5 detik ia mengupdate status, ada pesan masuk.

From : Chris
Mau ditemenin ngobrol?

Minho tersenyum. Peka sekali memang sahabatnya ini. Belum mengetik jawaban tiba-tiba teleponnya berdering.

Chris Calling

Minho langsung menjawab panggilan itu.

"Hey."
"Hey."

"Kok belum tidur Chris?" tanya Minho basa basi padahal dia tahu Chris selalu tidur diatas jam 2 pagi.
"Belom ngantuk. Lo tumben No masih bangun jam segini? Nugas?"
Kebalikan dari Chris, Minho punya jam tidur yang cukup tertib. Jam 10 atau 11 biasanya Minho sudah terlelap.

"Can't sleep."
"Mikirin apa hari gini? Ga mikirin gue kan?"
Minho mendengus mendengar jawaban Chris.
"Pede banget sumpah."
"Ya siapa tau No. Terus apa yang dipikirin kalo bukan gue?"

Minho menatap langit-langit kamarnya.
"Ngga tau. Ga bisa tidur aja. Mau merem tiba-tiba kepikiran yang ga penting gitu. Kaya ini lampu udah berapa lama ya dipasang, berapa lama daya tahan dia. Gitu."

Minho mendengar kekehan dari seberang telepon.
"Random banget ya."
"Gatau nih. Nahan-nahan biar ga search di google merk lampu yang di kamar gue."
Chris diseberang sana makin terbahak.
"No...ada-ada aja lo mah. Ya udah sekarang ngobrol sama gue aja,mau ngomongin soal apa bebas. Daripada lo mikirin lampu, mending mikirin gue."
Minho mendengus lagi.
"Pengen banget gue pikirin ya lo?"

"Ya gitu deh."
"Kenapa gitu?" tanya Minho heran.

"Karena jalan pikiran lo tuh unik. Beda banget sama gue. Buktinya lo bisa aja kepikiran soal lampu meanwhile gue mana ada kepikiran gitu."
"Masuk pikiran gue cuma buat tau seberapa random pikiran gue soal lo?"
"Bisa jadi. Pengen tau aja, gue tuh kaya apa sih di pikiran lo. Gue yang gimana yang bisa bikin lo mikirin gue dalam jangka panjang."

Minho terdiam sesaat, membayangkan perkataan Chris.
"You still there No?"
Minho hanya menggumam sebagai jawaban.

Saat ini dia sedang mencoba memikirkan tentang Chris, sahabatnya.
Chris yang setiap hari selalu menjemput atau mengantar dia.
Chris yang berpakaian santai tapi tetap rapi dan terlihat menarik.
Chris yang selalu gonta ganti warna rambut.

"Apa warna rambut favorit lo Chris?"
"Now we're talking about me?"
"Ya kan lo yang minta tadi. Ini udah gue mulai nih."
Chris tertawa kecil.
"Okay, I like every color that I've tried. Tapi kayanya lo selalu bilang warna rambut gue paling bagus pas item."
"Ya kan itu menurut gue. Kalo buat lo sendiri?"
"Tebak."
"Blonde?"
"Yeah. Tau kenapa?"
"Nggak. Kenapa emang?"
"Biar gampang kalo mau ganti warna rambut. Apa aja masuk."
"Iya sih. Lo pake warna apa aja keren. Cuma yang merah kemaren aja tuh kaya jambul ayam."
"What?"
Chris terbahak mendengar perkataan Minho.
"Jelek banget ya?"
"Gue ga suka aja. Anak-anak lain bilang lo keren digituin."
"Okay hahaha. Gue ga akan gitu lagi. Next color lo mau gue pake warna apa?"
"Item aja lah. Cape banget liat rambut warna warni lo."
Chris terbahak lagi.

Banginho storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang