Gift

386 48 0
                                    

Lee Minho berdiri di depan gedung fakultasnya, menatap langit yang sangat cerah sore ini.
Lalu pandangannya dialihkan ke jam yang melingkar di tangan kirinya.
16.00
Sudah saatnya Minho menjemput Jeongin di rumah temannya.

Minho melangkah dengan ringan menuju parkiran mobil. Entah kenapa suasana hatinya sangat bagus sore ini padahal siang tadi dia baru saja marah-marah sama kelompoknya, akibat flashdisk materi kelompok mereka tiba-tiba rusak padahal jam siang harus di presentasikan.
Untung saja Changbin punya back up nya.

Minho memacu kendaraannya menuju apartemen yang tidak jauh dari kampus.
Jeongin adalah adik Minho yang masih SMA, mereka hanya tinggal berdua di kota ini sementara orang tua mereka sibuk bekerja keluar kota atau bahkan ke luar negri.

Sesampainya di lokasi, Minho langsung menelepon Jeongin.

"Dek, kakak udah di depan. Kamu kok belom keliatan?"
"Kak sini naik dulu ke tempat Felix. Abangnya ulang tahun, kita diundang makan bareng."
"Lah kamu baru bilang sekarang. Kakak ga bawa apa-apa ini."
"Kata Felix gapapa Kak. Ayo naik aja."
"Dek..." belum selesai Minho bicara sudah ditutup telepon oleh adiknya. Mau tidak mau Minho mencari parkiran dan menuju apartemen Felix.

Minho sudah sering kesana, tapi baru beberapa kali sampai harus masuk, biasanya untuk bantu membawa barang-barang Jeongin saat mereka mengerjakan tugas bersama.

Minho menatap dirinya di kaca mobil. Untung dia berpakaian cukup rapi hari ini demi presentasi di kelas.

Akhirnya Minho tiba di depan pintu dan menekan bel.
Tidak lama pintu terbuka dan Minho disambut dengan seraut wajah tampan yang tersenyum lebar.

"Hei, kakaknya Jeongin ya? Ayo masuk."
Minho yang kaget hanya bisa mengangguk dan mengikuti tuan rumah ke dalam.
"Aku Chris, kakaknya Felix." tuan rumah memperkenalkan diri saat mereka tiba di ruang tengah. Hanya ada Jeongin dan Felix disana.
"Ah...aku Minho. Salam kenal."
"Kak Minho hai!" Felix menyambut kakak sahabatnya. "Sini kak duduk sini." lalu menarik Minho untuk duduk bersama mereka di meja makan.

"Iya lix...sorry aku jadi ngerepotin."
"No no no. Makin ramai makin seru." kilah Felix.

Minho duduk di samping Chris menghadap Felix dan Jeongin.

"Maaf ya aku tiba-tiba nimbrung." ucap Minho lagi yang disambut dengan protes dari kedua tuan rumah.
"Aku justru seneng kakak bisa ikut. Udah lama nggak ngerayain ultah Kak Chris rame-rame."
"Ahh iya...Happy Birthday Kak Chris. Maaf aku nggak bawa apa-apa karena baru dikasih tau tadi." Minho menggaruk tengguknya yang tidak gatal. Ini canggung. Mereka baru pertama kali bertemu langsung.

"No it's okay. Kamu mau ikut gabung aja aku sudah terima kasih. Seneng juga akhirnya bisa ketemu langsung sama Kakaknya Jeongin. Biasanya cuma denger cerita aja."
Chris menjelaskan.
Minho hanya bisa tersenyum.

"Lix sama Jeongin bikin ini tadi pulang sekolah!"
Felix menunjuk bangga cupcake yang tersusun rapi di meja dengan hiasan ulang tahunnya.
"Thank you banget Lixie, Jeongin. It looks good. Pasti rasanya enak."
Jawab Chris sambil mengambil foto kue hasil karya adiknya.
"Sekarang make a wish dulu!" Felix yang mengatur jalannya acara.
"Okay."

Lilin dinyalakan di atas cupcake dan Chris menutup mata serta menangkupkan kedua tangannya, membaca doa dalam hati lalu meniup lilinnya.

"Yay! Happy Birthday Kak Chris!" Ucap Felix dan Jeongin dengan semangat.
Minho hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan keduanya.
Tiba-tiba sebuah cupcake mendarat di hadapannya.

"First cake tahun ini buat teman baru." ucap Chan sambil tersenyum ke arah Minho, membuat pipi Minho merona.
"Thank you Kak."
"Just call me Chris. Kita cuma beda setaun katanya Jeongin."
"Iya. Kak Minho juga ulang tahun bulan ini." jawab Jeongin.
"Really?" Chris terlihat antusias.
Minho yang masih malu hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

Acara dilanjutkan oleh Felix dengan makan makanan Pizza dan Pasta yang dibeli sebelumnya oleh Chris.
Setelah kenyang, dua anak SMA itu pindah ke sofa dan main games, meninggalkan kedua kakaknya.

Minho masih canggung walaupun Chris sangat ramah.
Karena kebiasaan, Minho langsung merapikan meja makan setelah ditinggal dua anak kecil itu dan Chris membantunya.

"Ditinggal aja nggak apa-apa No, nanti aku yang cuci." cegah Chris saat Minho sudah mengenakan sarung tangan karet.
"Udah gapapa. Cuma sedikit kok. Aku nggak enak udah tiba-tiba nimbrung tapi nggak ngapa-ngapain. Next time aku kesini bawain kado buat kamu deh." jawab Minho sambil mulai mencuci piring.

"Kamu mau ikutan aja udah jadi kado buat aku."
Minho berhenti sejenak.
"Aku udah lama mau minta ketemu sama kamu, mau ngucapin terima kasih udah ngijinin Jeongin buat nemenin Felix. I've been so busy lately." Chris melanjutkan bicaranya sambil merapikan meja.
"Dari Jeongin aku akhirnya tau kalau kita sama-sama cuma tinggal berdua disini. No parents, just their money."
Minho menyelesaikan cuciannya dan mengeringkan tangan lalu menghadap ke Chris yang sudah selesai juga merapikan meja.

"Felix anak baik. Aku yang harusnya terima kasih sama kalian karena ketitipan Jeongin hampir setiap hari."
Minho menghampiri Chris di meja makan.

"Jadi kita sama-sama merasa beruntung ya mereka berteman." jawab Chris sambil tertawa kecil.

"Iya. Dari dulu Jeongin nggak gampang deket sama orang. Tapi sekalinya dia akrab ya bakal kaya gitu. Susah dipisahin."

"Lixie juga. Sejak dia ikut pindah ke sini. Baru kali ini dia bawa temen ke rumah. And I'm glad it's Jeongin."

"Sejak kapan kalian tinggal haya berdua?" tanya Minho penasaran.

"Hmmm 5 tahun kayanya?" jawab Chris sambil mencoba mengingat.
"Waktu aku memutuskan pindah ke sini, Papa dan Mama nggak kepikiran kalo Lixie bakal minta ikut. Awalnya mereka melarang tapi Lixie lebih keras. Kata Lixie di rumah sendirian percuma, Papa Mama juga nggak pernah ada di rumah. Akhirnya dia ikut aku. Cuma pulang ke rumah kalo Papa Mama lagi stay. Kalo kalian?"

"Dari kecil kami ya begini. Orang tua kami sudah pisah tapi mereka nggak mau kami tinggal terpisah. Akhirnya aku dan Jeongin tetap di rumah yang sama. Hanya saja mereka jarang banget pulang."

Chris dan Minho saling tatap lalu entah kenapa mereka berdua tertawa.

"Kok bisa mirip ya cerita kita?" tanya Chris.
Minho hanya mengangkat kedua bahunya.

Keduanya lalu menatap adik-adik mereka yang ternyata sudah tertidur di sofa.

"Biarin mereka tidur dulu ya No. Kasian kecapean bikin kue." pinta Chris.
Minho hanya mengangguk.
"Now tell me more about you, No."

Minho terkejut mendengar pertanyaan Chris.
"Me? Aku?"
Chris mengangguk.
"Uh...well...Aku anak pertama dari dua bersaudara. Sekarang lagi semester terakhir, doakan semoga skripsi cepet diterima, terus...ya udah sih gitu aja."
"Jurusan apa?"
"Bisnis. Parents wish."
Chris terkekeh.
"Kalo butuh bantuan buat skripsi ku siap bantu. I might or might not have the same experience with you."
Minho menyeringai.

"Now tell me about you, Chris."
Chris menatap Minho, masih sambil tersenyum.
"Christopher, kakaknya Felix, baru mulai kerja di Bang Corp. Karyawan kantoran biasa yang kerjanya tiap pagi nganterin adeknya sekolah."

Minho tertawa kecil.
Mereka melanjutkan obrolan santai sambil menunggu dua ekor kelinci bangun dari tidur sore mereka.


Akhirnya Minho dan Jeongin pamit.
"Kak Chris, sekali lagi happy birthday ya!" ucap Jeongin saat mereka berpamitan.
"Thank you again, Jeonginnie. Cupcakenya enak banget. Sukses deh kalian berdua."
Jeongin tersenyum lebar.

"Thanks juga ya No udah mau join."
"Aku yang makasih udah diajak."
Jeongin melambaikan tangannya dan melangkah keluar.
Saat Minho akan mengikuti Jeongin, tangannya ditahan oleh Chris.

"I forgot to ask something."
"Hmmm?"
"Can I have your phone number? As my birthday gift." Chris tersenyum sambil menyerahkan handphonenya.
Minho hanya tertawa kecil dan mengetik nomornya disana, lalu mengembalikan handphone itu ke pemiliknya.
"Pulang dulu ya Chris."
"Bye No. Hati-hati di jalan. See you soon."

Banginho storiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang