Saat Lee Minho dipertemukan kembali dengan orang yang pertama kali ia sukai, di tempat kerja.
-----------------------------------------------------------------
Lee Minho sibuk mondar mandir melihat checklist perlengkapan, mengecek kesiapan acara besok.
Posisi Minho adalah wakil ketua dari acara pertemuan para klien, tapi dia lebih sibuk dari ketuanya yang entah ada dimana.Tim acara memberi kode bahwa skrip dan susunan acara sudah di approve dan Minho bernafas lega.
Tinggal melakukan finishing touch pada dekorasi.
Minho masuk ke ruangan aula dan memandang dari berbagai sisi, lalu memberi sedikit masukan kepada tim dekorasi.Akhirnya Minho duduk di sofa barisan depan setelah merasa puas dengan kesiapan hari ini.
Minho memejamkan matanya dan menikmati suara timnya yang sedang merapikan peralatan kerja."Minho?" Sebuah suara yang tidak asing, tapi sudah lama tidak terdengar membuat Minho langsung membuka matanya.
"Lee Minho beneran?" suara itu berasal dari pemuda rambut hitam di depannya.
Minho langsung menyadari siapa orang yang menyapanya."Chan?"
"Wah beneran Minho? Astaga! Apa kabar?" Bangchan, pemuda itu, duduk di samping Minho.
Senyum Minho perlahan mengembang setelah kagetnya hilang.
"Baik. Kamu sendiri gimana Chan? Eh...Ngapain disini?"
"Ya kerja lah." Bangchan terbahak."Loh, udah kenal?" Wonpil yang sedang lewat bertanya.
"Iya Pil. Minho ini temen dari SD ya No?"
Minho hanya mengangguk.
"SD? Buset lama banget?"
"Iya sampe SMP kita satu sekolah." Jelas Chan.
"Iya untung aja pas SMA kita misah, kalo nggak ya ga bakal ketemu di kantor ini." Jawab Minho sambil tersenyum kecil."Kamu ketuanya?"
"Nggak. Wakil aja."
"Wakil kok sibuk banget? Ketuanya mana?"
"Entahlah. Biarin aja yang penting acara jalan lancar."
"Enak di dia dong nanti kreditnya ke Ketua bukan ke kamu."
Minho tertawa kecil.
"Udah biasa."Sejak hari itu Minho sering bertemu dengan Chan, walau divisi mereka berbeda. Ada saja kegiatan yang membuat Chan dari divisi Markom sering bertemu Minho yang dari Operasional.
Suatu hari mereka bertemu di lobby dan berdua masuk lift menuju lantai kerja Minho.
"Ada acara lagi Chan?" tanya Minho saat Bangchan mengikutinya di lift yang sama. Ruang Bangchan sendiri ada di lantai yang berbeda sehingga mereka biasanya terpisah lift.
"Nggak, cuma meeting buat persiapan webinar besok."
"Sibuk banget ya divisi kamu."
"Iya...branding dan kawan-kawan. Tapi divisi kamu kan yang lebih sibuk. Ketemu klien langsung."
Minho tersenyum. Pekerjaannya memang lebih sibuk tapi dia juga menghargai kesibukan divisi lain.Tiba-tiba lift yang mereka naiki berhenti. Lampu padam sesaat sebelum hidup kembali, tapi lift tidak bergerak.
Minho yang takut pada ruang tertutup langsung menekan tombol bantuan.
"Pak, lift C mati mendadak pak. Saya nggak tau ada di lantai berapa ini. Tolong pak.""Di dalam lift ada berapa orang mas?" jawab operator.
"Dua pak."
"Baik mas, mohon maaf ya, ini sedang kami cek."
"Cepet ya pak."
"Ya mas, kami usahakan yang terbaik."Minho menyandarkan tubuhnya pada dinding lift. Mencoba untuk menenangkan dirinya.
"No?Are you okay?" tanya Chan saat melihat wajah panik temannya.
Minho menggeleng.
"Aku takut ruangan tertutup Chan. Biasanya bisa ku atasi kalau naik lift karena udah sering. Tapi ga pernah pas lift mati gini. Stuck."
Bangchan perlahan mendekati Minho.
"Duduk dulu No. Coba bernafas dengan tenang. Aku ada disini, kamu nggak sendirian."
Minho tersenyum dan mengangguk.
"Iya untung ada kamu Chan. Kalo nggak...ah ga mau ngebayangin."Sebuah suara mengejutkan mereka.
"Mas, mohon maaf, setelah di cek ada gangguan di mesin. Kami sedang upayakan agar bisa menarik lift ke lantai terdekat, lantai 3. Perkiraan butuh waktu 10-20 menit."
"Lama amat paaaak." Minho mengeluh.
"Diusahakan lebih cepat ya mas. Mohon maaf."
"Tolong ya pak. Temen saya takut ruang tertutup soalnya." Chan menambahkan.
"Baik mas."Chan mengajak Minho duduk di lantai, tidak perduli celananya akan kotor nanti.
"Sambil nunggu, mau dengerin lagu? atau mau ngobrol gitu?" tawar Chan.
Minho terlihat berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan."Kenapa kamu kerja disini? Sejak kapan pulang ke Jakarta?" tanya Minho.
"Aku ditawarin temen, terus iseng-iseng ngelamar eh diterima. Aku udah 2 tahun balik. Sempet kerja di perusahaan punya pemerintah, tapi rasanya ga berkembang."
"Cerita apa aja plis Chan. Tenang rasanya denger suara kamu."
Bangchan tersenyum dan mulai menceritakan tentang 2 tahunnya sejak kembali ke kota ini."Aku waktu SD tuh gimana sih Chan?" tanya Minho.
"Maksudnya?" Chan bingung.
"Pengen denger aja sudut pandang kamu waktu aku kecil tuh gimana."
"Hmmm gimana ya? Kamu tu anaknya baik. Banyak temen. Agak galak. Tapi ya manis gitu deh."
"Serius? Aku nggak rese gitu?"
"Nggak sih seinget ku. Kamu kan temenan sama Jisung ya? Kemana-mana bareng. Kalo aku gimana No?"
Minho berpikir sejenak, berusaha mengingat memori itu walaupun khusus untuk Chan termasuk memori yang paling diingat."Kamu itu pinter. Jago olah raga. Banyak temen. Ga ribet. Keren banget deh pokoknya. Makanya aku dulu suka."
Jelas Minho sambil tersenyum yang kemudian pudar saat melihat ekspresi Chan.
"Kamu dulu suka aku?" tanya Chan bingung.
Minho ikut bingung.
"Bukannya kamu udah tau?"
Chan menggeleng.
Minho makin bingung.
"Padahal Changbin, Brian, pada tau loh."
"Aku nggak tau. Aku pikir kamu nggak suka sama aku makanya kamu suka cuek."
"Loh padahal dulu mereka nanya langsung loh sama aku. Iya sih aku sempet jawab nggak, tapi mereka tau kalo aku bohong."
Minho menjelaskan.
Sudah begini, tidak ada lagi jalan untuk kembali. Dan liftnya pun masih rusak."Lagian dulu kan kamu jadian sama Seungmin yang paling cakep disekolah, jadi aku pikir ya ga ada kesempatan." Minho kembali menjelaskan.
"Tapi yang aku tau kamu dulu suka sama Hyunjin pas SMP."
"Suka doang. Pas tau dia suka sama Jisung ya udah aku mundur. Tapi aku masih suka kamu juga waktu itu."Bangchan menatap Minho, jelas terlihat rasa bingung dan kecewa disana.
"Kalo dulu aku tau, kita bakal jadi kaya apa ya sekarang No?"
"Hmm? Ga tau juga deh Chan. Ga kebayang. Ga ada yang tau kan jalan hidup seseorang gimana."
"Kalo sekarang, kamu sama siapa?" tanya Chan.
"Aku? Masih sendiri. Baru selesai sama yang lain. Belum jodoh."Mereka terdiam. Suara informasi petugas lift yang meminta tambahan waktu 10 menit kedua tidak dijawab oleh mereka.
Akhirnya Bangchan yang memecah kesunyian.
"Apa kamu masih suka sama aku No?"Minho menatap Bangchan sambil tersenyum.
"Aku yang suka sama kamu adalah aku yang masih SD. Suka sama kamu yang juga masih SD. sampe SMP. Setelah kita pisah sekolah, aku nggak tau apapun soal kamu. Belasan tahun kita nggak ketemu.
Di dalam aku yang sekarang, masih ada aku yang SD. masih suka sama chan yang jaman SD.""Kalo kita mulai kenalan lagi apa bisa No?"
"Bisa apa?"
"Bisa bikin kamu suka lagi sama aku?"Minho tersenyum.
"Kalau itu, aku serahkan sama takdir ya Chan. Aku ga yakin kalo kamu bakal suka sama aku yang sekarang, karena walaupun wajahnya mirip, sifatnya banyak berubah."
"Kalau gitu mau coba? Kita kenalan lagi sebagai diri kita yang sekarang. Kesampingkan dulu kenangan masa SD."
"Kenapa tiba-tiba?" tanya Minho.
"Karena dulu aku juga suka sama kamu, tapi temen-temen nggak pernah ada yang kasih tau kalo kamu suka sama aku, dan aku nyesel karena nggak pernah berusaha untuk ngomong langsung ke kamu."Minho akhirnya tersenyum dan mengulurkan tangannya.
"Hai, aku Lee Minho, 26 tahun."Tangan itu disambut oleh Bangchan.
"Aku Bang Chan, 27 tahun. Senang bisa kenal sama kamu, No."