"Na, na, na, na, na... Na, na, na, na, na... Wow, funtastic baby... Wohoooo..."
Tenten membuka sebagian dari mata sipitnya untuk melihat siapa pelaku keributan di pagi yang cukup dingin ini.
"Ya elahhh... Sakura, ngapain dah tu anak ribut bener." Dengan menggerutu, ia bangkit dari kasur dan mengecek kamar mandi, sumber segala keributan berasal.
"Heeee.... Pintunya gak dikunci?"
Mungkin Sakura lupa mengunci pintu atau entahlah. Yang jelas Tenten akan mengingatnya dan menceramahi Sakura soal ini. Tetapi, baru saja Tenten akan mengintip, Sakura sudah keluar lebih dulu.
"Lohh? Tenten? Mau ngapain? Kebelet ya... Hehe, masuk sana, toiletnya udah gue bersihin." Setelah mengucapkan itu, Sakura melewati Tenten dengan wajah tanpa dosanya.
"What?! Lo, daritadi di dalem bersihin toilet?! Lo bersihin toilet resort?!" Tenten memekik.
Sakura menatap balik Tenten dengan tatapan innocent, yang justru terlihat seperti tatapan orang minta ditampol bagi Tenten.
"Huuh... Saku bersihin toilet, gak masalah kan?" Tanya Sakura polos.
"Kayaknya otak lo nih yang bermasalah, lo abis kebentur sesuatu ya?..."
Tenten mendekat dan menyentuh dahi lebar Sakura.
"Ehmm... Enggak panas, suhunya normal. Tapi kok konslet ya?..."
Sakura buru-buru menjauh dari Tenten. Gadis itu mengusap-usap dahi lebarnya yang baru saja disentuh Tenten.
"Ihhh, apaan sih, Ten... Ngingau lo ya? Gue itu sehat dan normal tau!"
Tenten menatap Sakura dengan begitu intens, hingga Sakura salting dibuatnya. Raut wajah Tenten sekarang persis seperti wajah ilmuwan yang sedang memecahkan misteri alam semesta.
"AHHA! Gue tau! Lo lagi happy ye? Biasanya kan kalau lo lagi kelewat sedih atau kelewat happy lo suka bersih-bersih gak jelas gitu."
"Heee? Masa iya gue kayak gitu?"
"Iye, Juleha. Terakhir lo happy gara-gara dapet nilai A+ dari Orochimaru, jam 5 pagi lo bersihin semua toilet kampus. Gak jelas banget sih lo."
"Ckckck. Tenten, itu namanya selebrasi dengan hal yang positif tau. Payah, mah, Tenten, gitu aja gak tau."
"Bodoamat ye, Fergusoe! Sekarang jawab, lo lagi seneng gara-gara apa?!" Tenten mulai tidak sabar. Sekedar informasi, Sakura kalau lagi seneng bisa jadi lemot bukan main. Untung aja muka Sakura cakep, Tenten jadi gak tega buat menganiaya :)
Ditanya oleh Tenten, bukannya menjawab, Sakura malah senyum-senyum sendiri. Wajahnya memerah, semerah rambut Kushina yang kini mulai beruban. Sakura menyentuh dahinya. Lalu, cekikikan sendiri persis seperti kuntilanak jatuh cinta.
"Sakura?.... Hello! Saku, woy!! Sakura...!"
Sakura menghiraukan panggilan Tenten, dan malah keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun. Meninggalkan Tenten yang masih cengo di tempat.
"Hah? Tu anak beneran kebentur ya jidatnya?"
🌸🌸🌸
"Eh, Sakura. Lo udah bangun?..." Tanya Hinata begitu melihat penampakan Sakura di pintu dapur. Putri sulung Keluarga Hyuuga itu sedang memasak sarapan ketika Sakura datang mendekat dengan senyuman lebar.
"Pagi, Hinata. Gue bantu lo masak ya..."
Hinata memandang aneh Sakura, meski begitu ia tetap mengangguk. Walau dalam hati ia sedikit tidak yakin. Bukan... Bukan karena Sakura tidak bisa memasak. Malah gadis itu sangat jago dalam urusan dapur. Masalahnya Sakura itu selalu memasak kalau ia sedang mood atau sedang niat. Dilihat dari cuaca hari ini yang tidak mendung, hujan, apalagi badai, Hinata mulai mempertanyakan kondisi mental Sakura saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Instagram And Daily Life / SasuSaku
FanfictionHaruno Sakura, mahasiswi teknik arsitektur yang berprofesi sambilan sebagai model. Sebagai mahasiswi cantik yang sangat amat langka di fakultas teknik, Sakura malah dengan senang hati masih mempertahankan titel JOMBLOnya hingga sekarang. "Sorry, gue...