Misunderstand (3)

3.2K 259 63
                                    

Tok... Tok... Tok...

"Ino buka pintunya. Ini gue Shikamaru."

Masih tidak ada jawaban dari Ino.

"Ino... Buka pintunya!" Shikamaru mencoba memanggil lebih keras lagi.

"PERGI!... GUE GAK MAU BICARA SAMA SIAPAPUN!"

Shikamaru berdecak kesal. "Ino, ayolah, jangan buat ini jadi lebih merepotkan."

"GUE GAK PEDULI, GUE BILANG PERGI YA PERGI SANA!!!"

Oke cukup. Shikamaru benar-benar habis kesabaran saat ini.

"Cukup Ino! Sekarang buka pintunya atau gue dobrak, gue gak lagi bercanda, Ino."

"1.....

2.....

3......"

Shikamaru mulai menghitung. Saat pintu masih belum dibuka juga, pria itu sudah bersiap untuk mendobrak pintu.

"Hah, merepotkan..." Desahnya.

Brakkk....

Shikamaru akhirnya mendobrak pintu kamar Ino, meski dengan itu ia hampir menghabiskan seluruh tenaganya. Maklum, mengingat Shikamaru bukan tipe yang suka fitness seperti Naruto, Neji, atau Sasuke. 

"Astagaa, Ino!" Ia begitu terkejut ketika melihat kondisi kamar Ino yang sangat berantakan. Tisu berserakan dimana-mana, dan Ino sendiri duduk di lantai dengan wajah super kusut dan rambut acak-acakan. Jejak air mata begitu tampak jelas di wajah gadis itu.

"Huhuuhuhu... Shika, hiks... Pergi! Hiks, Gue gak mau... Hiks, ketemu siapapun. Hiks..."

Shikamaru menghela nafas berat melihat kondisi Ino yang tampak sangat parah. Pria itu mendekat ke arah Ino, mengangkat tubuhnya dengan perlahan, dan meletakkannya di atas ranjang. Mengingat Ino yang sudah menangis berjam-jam, ia tidak punya lagi tenaga untuk berontak. Dan Shikamaru melihatnya sebagai kesempatan.

Dengan telaten ia menyeka wajah Ino, membersihkan wajah sahabat kecilnya itu, dan memperbaiki sedikit rambutnya. Meski Ino menyebalkan, tapi dia tetaplah sahabatnya, dan Shikamaru telah menganggap Ino sebagai adiknya sendiri.

"Ino, udah cukup lo nangis begini. Masalah lo gak akan selesai dengan lo duduk mengurung diri di kamar kayak gini."

"Hiks, terus gue... Harus gimana? Hiks, sakit, Shika, sakit... Hiks, hati gue sakit, hiks..."

Shikamaru membawa Ino ke pelukannya, mengusap punggung gadis itu untuk menenangkannya. "Ino, lo harus tenang dulu. Gak ada masalah yang bisa lo selesaiin dengan emosi gini."

Ino masih terisak, hanya saja lebih pelan, mungkin kehabisan tenaga. Shikamaru mengambil segelas air yang tersedia di atas nakas.

"Minumlah dulu." Ino meminum airnya, menuruti Shikamaru.

"Ino dengar, lo gak bisa kayak gini terus. Sekarang coba lo pikir dengan kepala dingin..."

"Gue harus mikir apa, Shika? Hah?! Jawab gue! Foto itu udah jelas kan."

"Ck, so what? Itu cuma foto yang bahkan agak buram, dan lo percaya gitu aja? Sekarang gue tanya, dibanding satu foto yang lo jadiin bahan buat nyalahin Sai, lo inget apa aja yang udah cowok lo lakuin selama ini buat lo! Apa Sai pernah ngecewain lo selama kalian pacaran? Pernah Sai ngelakuin sesuatu yang bikin lo marah? Pernah Sai bikin lo cemburu dengan deket sama cewek lain selama pacaran sama lo?!"

Ino diam. Tak sanggup memikirkan jawaban atas pertanyaan Shikamaru.

"Kenapa lo diem? Gak sanggup bilang faktanya? Kalau selama ini Sai sama sekali gak pernah melakukan kesalahan. Ino, lo pernah sekolah, pasti pernah denger pepatah bilang nila setitik, rusak susu sebelanga. Itulah yang terjadi sama lo sekarang. Semua kebaikan Sai ke lo selama ini langsung keliatan buruk hanya karena satu foto yang bahkan gue yakin lo gak kenal sama si pengirim foto ini."

Instagram And Daily Life / SasuSakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang