Warning typo(s)!
Awalnya, Jungkook yang punya rencana mengejutkan Taehyung dengan syal yang baru selesai ia rajut. Seharian ini dirinya cuma duduk di kamar calon bayinya, menyibukkan diri dengan kesukaan barunya. Ia sampai menghitung kebiasaan apa saja yang disukai selama masa kehamilan, rasanya banyak sekali yang dilakukan ketika sedang mengandung daripada dulu.
Dikarenakan hari ini pria itu tak bisa pulang untuk makan siang, Jungkook memutuskan makan seadanya dan lebih cepat, habis itu kembali lagi ke kamar anaknya. Duduk di atas karpet bulu, menekuni rajutannya yang sebentar lagi selesai.
Ibu mertuanya sementara tak bisa datang berkunjung dikarenakan ada reuni SMA. Tadinya, ibu mau bilang ke Seokjin untuk menemani Jungkook di rumah, tapi keburu dicegah oleh alasan yang membuat ibu Kim urung mau menghubungi menantu pertamanya. ia kebetulan sedang ingin sendiri untuk hari ini, sesekali mengajak ngobrol calon bayinya seolah-olah memang didengarkan. Apalagi kalau sudah keseringan menendang begini, Jungkook selalu senang hati mengelusnya.
Taehyung pulang lebih awal pada pukul empat sore, datang menjinjing belanjaan di tangan kanan dan kiri. Disambut seperti biasa, semacam peluk dan hal lainnya yang mampu menyenangkan perasaan pria itu. Terlebih karena mulai sekarang sudah ada niat pendekatan layaknya orang kebanyakan sebelum menjalin hubungan pasangan kekasih. Biarpun hanya sepihak, yang penting Jungkook tidak menolak.
"Jungkookie, saya besok harus pergi ke Jeju dengan Ayah, kami menginap 2 atau 3 malam."
Jungkook berhenti mengunyah, perasaannya jadi tak enak setelah mendengar pernyataan barusan. Niat mau memberi kejutan, malah dirinya yang keduluan dikejutkan. Selama menikah, Taehyung tak pernah meninggalkannya pergi ke luar kota, apalagi sampai bermalam.
Bukan waktu yang tepat bagi Jungkook untuk Taehyung mengatakan hal itu, karena dirinya terlalu bersemangat akan menunjukkan syal yang baru dibuatnya. Lagian kenapa harus semendadak ini?
"Begitu, ya?" Sebisa mungkin ditunjukkannya sisi tegar alih-alih merajuk ingin ikut, walau memang begitu kenyataannya. Bagaimana pun, ia sudah menetapkan hatinya supaya belajar tidak egois. Anggap saja ini salah satu kesempatan belajar menahan sifat egoisnya.
Andai Jungkook bisa mengontrol raut wajahnya, Taehyung pasti akan lebih percaya dirinya sungguh-sungguh menanggapi baik apa yang dimaksud pria itu.
"Kamu menginap di rumah Ibu, ya? Ibu juga pasti kesepian kalau Ayah pergi ke luar kota." Taehyung mencoba menenangkan. Semampu apapun Jungkook menyembunyikan kerisauannya, pria itu tetap dapat menangkap perasaan Jungkook.
"Tidak apa-apa aku di sini sendirian juga. Aku sudah besar!" Keceriaan yang dilihatnya sedikit banyak membuat Taehyung tersenyum. Begitu memang cara Jungkook meyakinkan dirinya, agar tidak ragu berkepanjangan.
Walaupun berat mau ditinggalkan, malam itu dengan segala usahanya, Jungkook meyakinkan diri dihadapan Taehyung bahwa ia bakal terlihat baik sekalipun besoknya mau ditinggal. Bersandiwara dan tertawa tiap kali diajak bergurau.
Jungkook menatap Taehyung geli sewaktu perutnya terus diamati sedetail itu, bahkan hingga disingkap tinggi-tinggi piyama yang dikenakannya. Seandainya ada rekan kerja kebetulan menatap tingkah suaminya seperti sekarang, Jungkook bisa sepenuhnya yakin mereka berpikir sedang ditimpa mimpi. Hanya orang terdekat Taehyung yang dapat mempercayai tingkahnya bisa selembut ini. Orang luar yang bukan termasuk teman dekat atau bagian keluarganya tahu setegas apa Taehyung, meski tidak pernah berkata pedas dan memakai nada tinggi ketika berbicara, tetap saja bukan berarti pria itu punya sifat teramat lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIAGE - [tk]✔️
Fanfic[START] 2020/1/13 - 2020/11/29 [END] ⚠️BASED ON TRUE STORY⚠️ Yoongi membutuhkan cerita Jungkook, yang baru saja mencintai suaminya setelah dua puluh satu tahun usia pernikahannya. Memiliki rumah tangga harmonis tanpa mencintai suaminya. Bagaimana Ju...