Hari ini adalah hari penentuan. Penentuan bagi Lisa, apakah ia akan lulus sidang hari ini. Lisa sudah mempersiapkan dirinya sejak semalam. Bahkan sudah berlatih berhadapan didepan cermin dan melakukan wawancara pada dirinya sendiri. Lisa sangat gugup.
"Lalisa Manoban."
Nama Lisa terpanggil. Secara sigap Lisa bangkit dari tempat duduknya. Seluruh pasang mata yang sedang menunggu giliran sidang menatapnya. Lisa hanya mampu tersenyum canggung. Kemudian Lisa memasuki ruangan sidang.
Di dalam auditorium kampus, terlihat ada lima dosen senior duduk berjejeran. Mereka siap meneliti skripsi yang Lisa buat. Sementara menunggu, Lisa menghembuskan napasnya panjang dan dirinya siap untuk sidang hari ini.
Sementara itu, saat ini Sehun sedang mempresentasikan proyek hasil dari tim kerjanya dihadapan para pemegang saham. Dengan penuh wibawa, Sehun berdiri didepan para hadirin sembari menjelaskan program yang akan di kerjakannya. Tak lupa dengan kacamata dan kemeja yang Sehun lipat sampai pada bagian siku. Menambah kesan wibawa sekaligus tampan menjadi satu.
Selesai mempresentasikan, seluruh hadirin bertepuk tangan pada Sehun. Dan Sehun hanya tersenyum sebagai respon nya. Setelah itu Sehun izin untuk meninggalkan rapat lebih dulu.
Sehun berjalan menuju pintu ruang rapat, dan secara mengejutkan dirinya jatuh begitu saja. Sehun pingsan. Memang, sejak pagi dirinya belum sarapan dan terlihat sedikit pucat. Tapi Sehun tetap memaksakan mengadakan rapat.
Saat selesai sidang, Lisa dinyatakan lulus oleh para dosen dan akan mengikuti wisuda yang diadakan minggu depan. Dengan raut wajah yang sangat bahagia, Lisa keluar ruang sidang sembari melompat bahagia. Lisa tak peduli dirinya menjadi pusat perhatian saat ini.
Sampai akhirnya Lisa mendapat telepon melalui ponselnya. Hanya terlihat sebuah nomor yang Lisa sendiri tak tahu berasal dari siapa.
"Halo?"
"Mohon maaf bu mengganggu waktunya. Kami dari rumah sakit XX ingin mengabari bahwa saudara Sehun sudah tiba disini dan saya meminta perwakilan keluarganya untuk menandatangani surat di rumah sakit. Terima kasih."
Dunia Lisa yang semula berwarna seketika berubah menjadi gelap. Dunianya runtuh begitu saja. Lisa pun segera berlari menuju parkiran mobilnya, hendak menyusul Sehun di rumah sakit.
>///<
Sehun perlahan membuka matanya. Terlihat Lisa yang panik di sebelah ranjang Sehun. Sehun berusaha tersenyum meski yang ia tampakkan hanya senyuman tipis.
"Sayang..."
Bahkan untuk bersuara pun Sehun rasa belum mampu. Matanya juga terlihat masih sayu. Lisa menggenggam tangan kiri Sehun dengan perasaan khawatir.
"Ya? Kamu butuh apa?" tanya Lisa.
Sehun berdecih, "Tumben pake 'kamu'." ungkapnya. Lisa lantas menatap datar wajah Sehun.
"Giliran ngomong sopan baru di protes. Mau lu apasi?" Lisa merasa dirinya lelah selalu merasa salah di mata Sehun.
"Salahmu, kamu cantik." goda Sehun.
"IH USIL!!" tentu kedua pipi Lisa memerah.
Sehun dan Lisa lantas tertawa bersama. Menertawakan kebodohan keduanya. Sehun sangat merindukan saat seperti ini, saat dirinya melepas penat dengan melihat wajah bahagia dari calon pasangan nya kelak. Sehun sangat mencintai wanitanya.