Chapter-7

4.4K 289 27
                                    

Adara terkejut akan kedatangan Bara malam-malam ke rumahnya. Berbeda dengan pemilik rumah pada umumnya yang menyambut tamunya dengan keramah-tamahan. Justru Adara menatap tidak suka ke arah lelaki yang dengan santainya duduk di sofa ruang tamunya.

"Ngapain kesini?" ketus Adara. Adara mengabaikan rasa pening yang menjalar di kepalanya.

Bara tidak menyadari kedatangan Adara. Dia mendongak, menatap Adara yang berdiri di hadapannya. Bara sedikit kaget melihat wajah Adara yang tampak pucat. Tapi Bara mengabaikan itu. Ingat! Bara tidak pernah bersimpati kepada gadis sombong seperti Adara. Jika iya, berarti khilaf.

"Gue mau jemput pembantu gue," jawab Bara.

"Maksud lo?" Adara tidak mengerti, dia juga tidak ingin berpikir lebih jauh. Kepalanya sudah cukup pusing memikirkan permintaan Bara.

"Lo pindah ke rumah gue!" titah Bara.

Mata Adara membulat. Terkejut dengan permintaan Bara kali ini. Tidakkah puas dia mengusik Adara di sekolah? Sekarang dia ingin mengusiknya di luar sekolah juga? Siapapun tenggelamkan Adara saat ini juga. Adara tidak sanggup.

"Ngapain gue harus pindah ke rumah lo?" tanya Adara. Terdengar nada tidak suka.

"Pembantu harus nurut majikan!"

Adara memijit pelipisnya pelan. Rasa pusingnya kian bertambah. Menjadi pembantu Bara saja sudah membuatnya pusing seperti ini. Apalagi harus tinggal serumah dengannya? Bisa-bisa Adara mati muda.

Oh no!

"Nggak. Gue nggak mau kumpul kebo!" tolak Adara.

Mata Bara memelotot. "Lo bosen hidup?" tanyanya dingin.

Adara mengerutkan keningnya dalam. "Hah?"

JANGAN BILANG DIA NGGAK TAU ISTILAH KUMPUL KEBO?

"Lo ngehina gue kebo? Iya?!" tuduh Bara. Adara masih menatapnya tidak percaya.

TUH KAN DIA NGGAK PAHAM ISTILAH! BEGO SIH.

"Gue nggak ngehina lo, bego!" maki Adara.

Adara tau jika Bara itu pintar, tapi dia tidak menyangka jika Bara bisa sebodoh ini. Istilah saja tidak tau. Huft.

Bara memelotot. Baru saja dia dikatakan 'bego' oleh pembantunya sendiri. Kurang ajar memang. Adara mengabaikan tatapan tajam Bara. Dia juga tidak takut dengan Bara. Bara memakan nasi, dia juga memakan nasi. Untuk apa takut dengan sesama pemakan nasi.

"Lo bener-bener nggak tau istilah kumpul kebo?" tanya Adara memastikan.

Bara menggeleng pelan. Memang benar dia tidak tau istilah itu. Dia juga tidak ingin berpura-pura tau.

Adara menghela nafasnya. "Bego di pelihara sih," cibir Adara. Bara kembali memelotot.

Adara tidak pernah puas menghina, memaki, mencibir Bara. Melihat Bara yang menahan amarah karena makiannya membuat dia ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi sekuat tenaga Adara tahan.

"Intinya, gue sama lo bukan muhrim. Jadi nggak boleh tinggal serumah," jelas Adara.

Bara pun paham. "Di rumah gue nggak cuma ada gue sama lo. Tapi di sana juga ada banyak pembantu lain. Lo tenang aja." Bara memberitahu.

"Lo punya banyak pembantu, terus ngapain lo nyuruh gue jadi pembantu lo sih?! Lo mau nyiksa gue?" tuduh Adara.

"Kalau iya?" tanya balik Bara. Dia menyunggingkan senyumnya.

Adara memutar bola matanya jengah. "Gue punya masalah sama lo sampe lo harus nyiksa gue kayak gini?" tanya Adara penasaran.

Bara mengetuk meja dengan jari telunjukknya beberapa kali, seolah sedang berpikir. "Gue hanya nggak suka cewek sombong kayak lo," cetus Bara cuek.

MAID IN 30 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang