Chapter-3

5.4K 339 29
                                    

Di jalanan panjang nan sepi yang biasa digunakan untuk balapan liar, Adara terduduk di kap mobilnya menunggu kedatangan seseorang. Ditemani oleh Mita dan Risa yang setia berdiri di samping Adara. Malam ini cukup banyak orang yang menyaksikan. Lebih banyak dari biasanya. Hingga dengan percaya dirinya Adara berpikir bahwa kemenangannya kemarin menarik perhatian banyak orang.

"Ra, setau gue Bara itu jago banget balapan. Lo yakin masih mau ngelanjutin tantangan ini?" tanya Risa yang sedikit khawatir.

"Kalian tenang aja. Gue pastikan kali ini gue juga yang akan menang," kata Adara dengan gaya angkuhnya.

"Btw... Rina dan Rena kenapa nggak ikut kalian?" tanya Adara. Matanya mencari sosok kedua saudara kembar yang juga menjadi temannya itu.

"Iya juga ya? Mereka kan yang ngebet banget pengen liat kalian berdua tanding," sambung Risa juga ikut penasaran.

"Tadi Rena nelfon gue, katanya ada urusan keluarga." Adara dan Risa hanya ber-oh-ria mendengar penjelasan Mita.

Kedatangan ketiga lelaki tampan menghentikan obrolan Adara dan teman-temannya. Adara menatap lelaki yang sudah ada di hadapannya. Lelaki jangkung yang berdiri paling depan juga menatap Adara intens. Matanya yang tajam seperti elang membuat Adara tidak berkutik dari tatapan itu.

Lagi-lagi Adara yang lebih dulu memutuskan kontak mata dengan Bara. Bara melemparkan sebuah kertas ke arah Adara. Dengan cekatan Adara menangkapnya. Keningnya berkerut bingung dengan isi kertas yang diberikan Bara. Sebuah kertas bermaterai yang berjudul kontrak?

"Heh ketos rese, maksud lo apaan kasih gue beginian?" tanya Adara ketus dengan mengacungkan kertas pemberian Bara ke udara.

"Gue nggak percaya sama lo," kata Bara dingin.

HAH? WHAT THE HELL....

"Kalo lo percaya sama gue musyrik, bego!" Adara tertawa dengan perkataannya sendiri.

Bara mengabaikan ucapan Adara barusan. "Lo suka melanggar," ingat Bara.

CK.. BARA! NGGAK DISEKOLAH NGGAK DILUAR TETEP AJA NGESELIN.

Adara menaikkan sebelah alisnya. "Itu di sekolah!" sangkal Adara.

Bara menyunggingkan senyumnya. Sangat tipis, nyaris tidak terlihat jika tidak diperhatikan dengan saksama. Namun karena Adara berada tepat di depan Bara membuatnya melihat sisi menakutkan Bara ketika ia menyunggingkan senyumnya. Layaknya senyuman devil mungkin?

Bara mencondongkan badannya.  Adara yang was-was akan hal itu pun memundurkan badannya. Hingga tubuhnya telah tiduran bebas di kap mobil. Adara sudah menatap tajam Bara yang sudah ada di atasnya. Benar-benar absurd posisi mereka saat ini. Sedangkan teman-temannya tidak berani berucap barang sepatah katapun. Karena malam ini sepenuhnya urusan mereka berdua.

"Orang yang biasa melanggar aturan akan tetap melanggar. Dan nggak menutup kemungkinan lo juga melanggar janji lo," bisik Bara.

WAIT... BARA TADI YANG NGOMONG KAN???

Sejarah Bara tidak pernah berucap lebih dari 5 kata. Dan baru saja Adara menerima bisikan Bara yang berkata panjang lebar meskipun nada dingin masih mendominasi setiap ucapannya. Tapi patut di apresiasikan.

"Tanda tangan!" titah Bara. Sebuah bolpoin sudah menggantung di udara. Lebih tepatnya di wajah Adara.

Adara pun dengan kesal meraih bolpoin itu dari tangan Bara. Dan berusaha bangkit dari tidurnya. Tanpa membaca pun Adara sudah tau isinya. Isinya pasti tentang ucapannya tadi siang. Tapi Adara tidak menyangka jika Bara seniat ini hingga membuat surat perjanjian bermaterai segala. Dan dalam sekejap surat itu sudah terdapat tanda tangan Adara.

MAID IN 30 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang