Chapter-10

4.7K 283 42
                                    

"Yaudah... Kalau lo nggak mau, kita aja yang ke rumah lo. Lama juga nggak main ke rumah lo." Adam kembali bersuara.

Deg...

Seketika itu Adara menghentikan langkahnya.

Rafa juga ikut menimpali. "Iya, setuju gue. Gue juga mau apelin Annabelle, pembantu lo. Pembantu lo cantik-cantik uyyy, bohay lagi."

Mendadak tubuh Adara menegang. Bagaimana jika teman-teman Bara tau dia bagian dari mereka yang tengah diperbincangkan.

Satu tepukan dipundaknya menyadarkan lamunan Adara. "Ara, kenapa berhenti?" tanya Risa.

Adara menoleh. Bukan kepada Risa, melainkan ke arah Bara dan teman-temannya.

Dari posisinya Bara dapat melihat ketegangan yang mencoba ditutupi oleh gadis yang sedang ia pandangi saat ini. Raut kecemasan kentara diwajah putihnya yang semakin memutih karena pucat. Ide jahil pun terlintas dipikirannya, sebagai balas dendam akan kejadian kemarin saat Adara menyemprotnya tanpa belas kasihan.

Bara tersenyum licik. "Boleh," sahutnya tanpa mengalihkan pandangannya kepada Adara.

Bara ingin melihat bagaimana reaksi wanita itu. Lagi-lagi dia tersenyum tipis nyaris tak terlihat saat mendapati reaksi Adara yang sesuai prediksinya. Raut kecemasan semakin terlihat dalam sorot matanya yang tajam. Bara memandangnya tanpa ekspresi saat Adara memelotot ke arahnya. Padahal dalam hati dia sudah bersorak ria karena berhasil mengerjai gadis itu.

"Ara," panggil Mita.

"...."

"Ra!" Mita kembali memanggil.

"...."

"Hey, Ara!" Risa menepuk pundak Adara kedua kalinya, dan berhasil membuat sang empu menoleh ke arahnya.

"Are you okay?" tanya Risa. Adara mengangguk.

"Dari tadi gue perhatiin lo ngelamun mulu. What's wrong?" tanya Mita.

Adara menggeleng. "Nothing," jawabnya. "Kalian nggak ada niatan ngajak gue out gitu?" Adara mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Yahhh... Gue kayaknya nggak bisa deh hari ini. Gue udah ada janji sama pacar gue." sesal Mita.

"Gue juga nggak bisa. Sorry!" timpal Risa.

Adara menghela nafas pasrah. Pasalnya sudah terbit dalam pikiran jika dia dapat menghindari teman-teman Bara dengan cara mengajak jalan kedua sahabatnya. Sepertinya dia harus menyembunyikan diri dulu jika tidak ingin ketahuan.

❤❤❤

Hawa dingin masuk menusuk tulang rusuk. Angin malam bertiup pelan menyapa pepohonan. Dibawah langit yang dihiasi berbagai rasi bintang, serta dibawah sang rembulan yang bersinar terang, ada seorang gadis yang menatap tanpa atap.

Mencoba menghindari akan adanya bencana yang mungkin akan terjadi, terpaksa gadis itu mengasingkan diri. Dalam kesendirian sorot matanya sarat akan luka. Luka yang hanya dia sendiri yang bisa merasakan, selalu datang disaat dia sendirian. Kesepian adalah hal yang paling mengerikan baginya. Disaat itulah luka yang selama ini dia hapus dalam ingatan kembali datang tanpa diundang. Dia terluka tapi dia berlagak baik-baik saja.

Ck! Tidak heran jika gadis sombong sepertinya bersikap seperti itu. Terlihat baik-baik saja namun nyatanya tidak. Ada begitu banyak luka yang tidak dapat disampaikan dengan kata. Mungkin dengan air mata sudah melukiskan semuanya. Namun dia tidak melakukan itu. Dia masih mencoba menyimpan lukanya tanpa harus mengeluarkan air mata. Beberapa kali dia berkata.

MAID IN 30 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang