Chapter-9

4.5K 269 34
                                    

Sore hari, masih berada di rumah Bara, dan sebulan akan tetap berada di rumah Bara. Adara akan tetap melakukan tugasnya sebagai pembantu. Saat ini gadis itu tengah menyirami tanaman yang ada di taman belakang rumah. Sesekali bersiul mengikuti irama yang dibuat beberapa burung yang bersarang di atas pohon. Cipratan demi cipratan air mengenai tubuh tanaman. Seakan mendapat minuman, tanaman yang semula layu kembali segar bugar. Beberapa bunga bermekaran di atas pot dan tanah, menambah kesan keindahan tempat itu.

Di atas langit sore, sang surya mulai menenggelamkan dirinya. Warna kuning kemerahan menjadi pertanda bahwa hari ini akan segera usai. Di atas cakrawala burung-burung berterbangan dengan bebas. Terlebih lagi angin yang bertiup ringan mendukung suasana sore itu. Suasana yang begitu damai dan menenangkan.

Tidak lagi tenang sejak Adara melihat bayangan seseorang yang sangat familiar. Seseorang yang beberapa jam terakhir ini mengganggu hidupnya. Menyuruhnya ini dan itu, hingga membuatnya kelelahan. Bara datang dan menutupi keindahan senja sore itu. Adara yang semula menikmati momen detik-detik matahari akan terbenam seketika menjadi tidak berselera melihat semenjak kehadiran Bara.

Pancuran air yang masih mengucur membasahi tananam pun akhirnya menjadi strategi Adara untuk menyingkirkan Bara yang menghalangi pandangannya. Digeretnya selang air mendekati Bara. Tanpa menunggu lama Adara memulai aksinya. Menyemprot tubuh Bara dengan air keran, seperti Adara menyemprot tanaman tadi.

Bara balik badan. Tapi seharusnya itu tidak ia lakukan sekarang. Karena itu wajahnya ikut disembur air oleh Adara yang membuatnya gelagapan.

"Dengan ini, dosa-dosa lo akan luntur terbawa air," asumsi Adara. Dia tersenyum puas melihat Bara yang sudah setengah basah karena ulahnya.

"Adara, hentikan!" teriak Bara.

Adara mengabaikannya. Dia masih setia menyemprot seluruh tubuh Bara.

"Nggak! Dosa lo kebanyakan sih," kata Adara seolah tidak berdosa.

"Adara!"

Bara mencoba meraih selang air yang dibawa Adara. Namun dengan gesit Adara menjauhkannya tanpa memberi jeda pada air untuk tetap mengguyur seluruh tubuh Bara. Sekarang pemuda itu sudah basah kuyup. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lagi-lagi Adara tersenyum puas.

"Adara!"

"Hm,"

"Gue bilang berhenti!"

"Oke!" Bersamaan itu Adara menjatuhkan selang air, dan pergi mematikan keran air.

Bara mengusap wajahnya yang basah. Dia melihat seluruh tubuhnya. Basah kuyup. Padahal tadi dia habis mandi. Karena ulah Adara terpaksa dia harus mandi lagi.

❤❤❤

Kantin, tempat favorite semua murid. Sebuah destinasi yang akan selalu di tuju ketika bel istirahat berbunyi. Syurga para murid SMA Dirgantara setelah berkutat dengan pembelajaran yang sangat membosankan selama berjam-jam. Kantin yang semula sepi telah menjadi lautan manusia dalam hitungan detik. Semua orang berbondong-bondong memasuki kantin. Memesan makanan untuk mengganjal perut mereka sebelum kembali berkutat pada tugas-tugas sekolah.

Di tempat biasa, meja paling ujung, Bara dan kedua teman-temannya tengah asik dengan ponselnya masing-masing. Mereka sibuk dengan game yang ada dalam ponselnya. Beberapa kali Adam dan Rafa meracau karena permainan online itu. Sedangkan Bara hanya diam, fokus dengan gamenya.

Tiba-tiba layar ponsel Adam menerima notifikasi yang menyebabkan gamenya seketika terhenti.

"Raf, kenapa wifinya mati?!" tanya Adam sedikit kesal. Pasalnya sebentar lagi dirinya akan menang tapi karena wifinya mati menjadikannya kalah.

MAID IN 30 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang