Chapter-16

3.6K 222 43
                                    

"Ara?" Suara bariton itu membuat Adara mendongak.

"Ngapain Lo di bawah? Kek gembel aja," lanjutnya bercanda.

Adara bangkit. "Sialan Lo, Raf. Gue tadi nyari anting gue, jatuh."

"Lo ngapain disini?" Tanya Adara.

"Kepo banget Lo."

"Gamau jawab yaudah, gue nggak nuntut." Adara memutar bola matanya bersikap cuek.

"Lo sendiri ngapain disini?"

"Kepo banget Lo." Balas Rafa persis seperti kata Adara.

"Araaa...." Teriakan cempreng itu membuat Adara membalik badan. Disana Mita berlari menghampiri Adara.

"Gimana, Ra? Sukses?" Adara mengangguk dan tersenyum paksa.

"Eh wait wait... Kok Lo bisa sama pakboy ini?" Mita menggeser tubuh Adara agar tidak berdekatan dengan Rafa si playboy sekolah.

"Jangan deket-deket sepupu gue!"

Rafa menyunggingkan senyumnya, lalu melihat Mita dari bawah hingga atas.

"Berarti gue boleh deketin Lo?" goda Rafa. Mita membelalak.

"Nggak! Gue nggak suka cowok playboy kek Lo." balas Mita nyiyir. Oh iya, jangan pernah Lo punya pikiran itu karena gue udah punya pacar."

"Gue ditolak sebelum nembak nih?"

"Cukup!" Lerai Adara. "Rafa Lo bawa mobil?" Rafa mengangguk. "Gue titip Mita, bisa?" Rafa dan Mita sama-sama menggelengkan kepala. "Oke, bisa." tandas Adara tidak mau ada bantahan.

"Ra, gue nggak mau pulang sama dia. Gue pulang sama Lo aja."

"Mit, gue ada urusan penting. Sorry..."

Mita memfokuskan dirinya kepada Adara. Kedua tangannya memegang bahu Adara. "Raaaa..." Rengek Mita.

"Sorry..." gumam Adara.

"Rafa, gue jarang sekali minta tolong sama orang. Tapi kali ini gue minta tolong sama Lo, jaga sepupu gue ya. Antar dia pulang sampe selamat. Kalo sampe dia lecet sedikit aja gw tebas pala Lo besok."

"Buset dahh... Lo minta tolong kesannya maksa, segala pake ngancem lagi." cibir Rafa.

"Untung cantik, kalo nggak..." lanjut Rafa namun dengan cepat dipotong Adara.

"Kalo nggak apa?!" Potong Adara. "Kalo mau nolong yang ikhlas dong, biar dapet pahala."

"Astaga, galak bener. Ikhlas dah gue ikhlas. Ikhlas banget malah." kata Rafa dengan terpaksa. "Hayukk tuan putri, ku antar dirimu pulang." Lagaknya seperti seorang pelayan istana.

"Bye Ra..." Mita melambaikan tangannya lalu pergi mengikuti Rafa.

***

Langit malam ini begitu cerah. Ribuan bintang menghias di atas sana membuat langit seakan tidak pernah merasa kesepian. Bahkan penampakan pesawat membuat langit semakin ramai. Warna lampu pesawat di atas sana menambah keindahan malam itu. Banyak orang berlalu lalang, bergandengan tangan, saling merangkul, dan tertawa bahagia dengan para kerabat mereka. Sayang Adara tidak bisa merasakan hal semacam itu. Untuk kesekian kalinya Adara hanya dapat melihat tanpa bisa merasakan hangatnya pelukan kedua orangtuanya, seperti yang baru saja Adara lihat di pelataran bandara terbesar di kota metropolitan itu. Adara hanya tersenyum miris lalu berjalan ke arah mobilnya terparkir.

Adara menuju ke rumahnya, ah lebih tepatnya tempat singgah sementaranya. Karena hanya bisa disebut rumah ketika Adara merasakan kenyamanan ketika berada di dalamnya. Sedangkan ketika berada di sana yang ada hanyalah kesepian. Tidak ada orang tua, tidak ada keluarga di dalamnya. Hanya seorang diri di rumah besar itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAID IN 30 DAYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang