Part 15 - Last MOB and Jeju

409 64 15
                                    

-----*-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----*-----

Park Jimin hanya diam berdiri diatas bebatuan besar yang ada ditepian dermaga, memasukan kedua tanganya ke dalam saku celana trainingnya, meresapi angin laut yang menderu sekujur tubuhnya yang hanya dibalut kaos lengan panjang tipis. Dingin, tapi dia terlanjur mutung, tidak mungkin kalau dia harus kembali ke rumah dan mengambil jaket jadul yang ia pinjam dari Pak Soogeun.

Jimin mengusap wajahnya kasar. Malu juga rasanya kalau harus mengingat apa yang telah ia perbuat beberapa saat lalu. Great, pasti Seulgi semakin tidak suka padanya karena sudah memarahinya didepan banyak orang.

Dia bukanlah tipe seseorang yang suka dengan pertengkaran, tidak suka memiliki musuh, siapapun itu. Hal hal semacam ini membuat hatinya gelisah dan tak tenang, tidak terbiasa terbawa emosi terhadap seseorang.

Hembusan angin yang tidak ada hentinya membuat Jimin jadi sedikit bergidik merinding saking dinginnya. Hati dan otaknya kini tengah berdebat, haruskah dia kembali saja dan bertingkah seolah tidak ada hal yang terjadi, atau tetap disini menunggu seseorang datang untuk menyuruhnya pulang. Didalam hatinya dia sudah mengutuk Kim Taehyung berkali kali karena tak segera mencarinya.

Ck awas saja kau Taehyung bocah alien sialan.

Jimin mengusap kedua lengannya yang kedinginan, lalu membalikan tubuhnya untuk kembali pulang. Belum sempat ia melangkah, di kejauhan ia melihat Seulgi sedang menuruni tangga dermaga untuk menuju ke arahnya yang sedang berdiri diantara bebatuan.

Dengan cepat dia lalu kembali memasang pose yang menurutnya keren, seperti tadi, memasukan kedua tangan di saku celana, sambil menatap lurus ke arah lautan.

Seulgi bersusah payah untuk berjalan diantara bebatuan yang tersusun di tepi dermaga, menuju Jimin yang hanya diam sambil berdiri tak gentar, walau angin laut terus berderu kencang menganggu pijakannya.

Seulgi akui ia telah salah, mungkin kalau dia adalah Jimin, dia juga akan merasa seperti itu, bisa dimengerti, Jimin mungkin merasa dirinya tidak dihargai. Boleh saja kalau dia tidak terima.

Hanya saja... dimata Seulgi kini, cara Park Jimin marah benar benar seperti bocah kecil.

Dasar, anak ini sama sekali tak banyak berubah.

"Hey." Seulgi akhirnya berdiri tepat dibelakang Jimin, rambutnya yang tak dikuncir kini sudah menghambur berantakan akibat tertiup angin.

Jimin tetap diam tak bergeming dengan sapaan Seulgi.

"Bisa nggak milih tempatnya yang biasa saja?" Sayangnya walau dia datang dengan sebuah misi perdamaian, tetap saja dirinya ini tidak bisa berbicara sedikit lebih lembut saat bersama Jimin.

"Disini dingin, kau mau masuk angin? Kalau badan kecilmu itu ketiup angin bisa bisa kau terpeleset dari batu ini, kepalamu lalu terbentur, dan mayatmu hilang terseret ombak, ngerti nggak?"

Day by DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang