P A R T . 21

6.1K 477 20
                                    




•••

Kini Ara dan juga Alan tengah berjalan-jalan di sebuah taman kota yang ramai oleh para pemuda Jakarta. Berjalan santai menikmati angin malam yang cukup dingin.

"Kita duduk di sana aja yuk," ujar Alan mengajak Ara untuk duduk di pinggir danau buatan yang dihiasi pilar-pilar lampu dengan warna-warna yang berbeda. Ara mengangguk setuju kemudian mereka pun berjalan ke sana.

Mereka duduk di hamparan rumput sambil memandangi danau dengan mata berbinar. Tanpa sadar Ara tersenyum, Alan yang melihatnya pun ikut menyunggingkan bibirnya.

Entah kenapa dia merasa bahwa Ara terlihat sangat cantik malam ini. Padahal dia tau bahwa gadis itu tidak memakai polesan make-up di wajahnya seperti biasa.

"Kamu kenapa ngeliatin aku gitu?" tanya Ara yang sadar dirinya diperhatikan oleh Alan.

"Kamu Cantik," jawabnya jujur. Ara merasa bahwa pipinya memanas, Alan pun terkekeh pelan dan mencubit pipi Ara gemas.

"Alan ih sakit tau." Ara memajukan bibirya lucu seraya mengusap pipinya yang memerah akibat cubitan pria itu. Sementara Alan masih saja menertawakannya.

"Utututu, maaf-maaf, abis kamu lucu banget sih." Alan mengelus pipi gadisnya itu dengan lembut. Lalu detik kemudian tatapan mereka pun bertemu. Alan tersenyum, sementara Ara langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Keadaan mendadak hening, hanya terdengar suara hewan malam dan percakapan orang sekitar yang saling bersautan. Ara pun berdehem pelan seraya membenarkan rambutnya yang diterpa angin.

"Eumm, Lan. Aku mau ngomong serius sama kamu," ucap Ara setelah terjadi keheningan beberapa saat. Alan menoleh, menatap gadis itu dengan tatapan tenang.

"Ngomong aja Raa, aku dengerin kok," ujarnya santai. Ara sempat merasa aneh ketika Alan menyebut namanya, tidak lagi dengan panggilan sayang seperti biasa.

"Tapi kamu harus janji, kalo kamu gak bakal marah."

"Iyaa, aku janji." Alan menagngguk dengan sangat yakin. Bahkan senyuman pria itu masih terukir manis di bibir tipisnya. Ara pun menarik nafasnya perlahan dan mencoba untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Lan ... Kamu tau kan kalo aku udah nikah sama pilihan mama," ucapnya dengan hati-hati, bahkan kini jantungnya sudah berdetak tidak karuan. Alan masih terdiam, menunggu Ara menyelesaikan ucapannya.

"Maaf yaa Lan, kayanya hubungan kita udah gak bisa dilanjut lagi." Tepat setelah  Ara selesai mengatakan itu, air matanya pun langsung mengalir begitu saja. Ara menutup wajahnya dengan kedua tangan seraya terisak pelan. Alan yang melihat itu pun segera menarik Ara ke dalam pelukannya dan mengelus surai gadis itu.

"Alan aku minta maaf, sebenernya aku gak mau putus dari kamu, tapi aku gak tau lagi harus gimana. Aku gak mau ngecewain mama," ujar Ara dibarengi dengan isak tangisnya yang terdengar lirih.

"Aku sayang sama kamu Lan," sambungnya.

Alan sudah tidak terkejut lagi dengan pernyataan Ara karna dia sudah tau sebelumnya, dua hari yang lalu Eliana menelfonnya tiba-tiba dan menjelaskan semua yang terjadi. Walaupun setelah mendengar pernyataan Eliana langsung membuat dadanya terasa linu sampai menjalar ke ujung jemari, tapi akhirnya dia hanya bisa pasrah ketika Ibu dari kekasihnya itu memintanya untuk segera mengakhiri hubungan dengan Ara. Eliana tidak memaksa, ibu satu anak itu bahkan sangat hati-hati ketika berbicara dengannya melalui telefon.

Eliana berusaha menjelaskannya secara halus agar tidak menyakiti perasaan Alan, walaupun sejujurnya Alan merasa sangat terluka karna itu. Tapi akhirnya dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja dan mencoba untuk mengikhlaskan Ara pada pria lain yang kini sudah sah menjadi suaminya.

°メDipaksa Kawinメ° [SELESAI]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang