P A R T . 18

6.1K 506 6
                                    

Gue (++)-sin yakk, biar kalian bisa bijak dalam membaca dan berkomentar.
Biar kata penjelasan rapih, tetep harus waspada!
Heu:v

.
.


.
.
.
.

"Udah puas nangisnya?" tanya Ara ketika Rafa melepas pelukan mereka. Pria itu cepat-cepat menghapus air matanya ketika tidak sengaja bertatapan dengan Ara.

"Gue gak nangis!"

"Hmm, iyaa lo gak nangis, lo kan kuat." Ara terkekeh seraya mengacak rambut Rafa gemas. Seketika Rafa membuang muka, rasa malunya benar-benar membuat Rafa menjadi tidak percaya diri.

"Lo gapapa?" tanya Ara ketika Rafa tiba-tiba menjadi terdiam lagi. Pria itu pun memberanikan diri untuk menatap Ara, kemudian tersenyum.

"Thanks yaa Raa, ternyata lo punya sifat lembut juga, gue yakin Alan pasti ngerasa beruntung banget bisa dapetin hati lo." Ara terdiam setelah mendengar perkataan Rafa, kemudian dia tertawa pelan.

"Masih ada banyak perempuan di luar sana yang lebih baik dari gue Raf. Lo pasti bisa kok dapetin salah satu dari mereka."

"Kalo gue maunya lo gimana?"

"Aduh udah deh Raf gak usah ngaco, lo tuh baru aja putus sampe nangis-nangis kaya tadi gitu juga. Mending lo tenangin dulu hati lo. Jangan terlalu maksain diri untuk terlihat baik-baik aja, kasian diri lo yang nahan batin."

Rafa menunduk, memejamkan mata dan merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Maaffin gue ya Raa, gue udah lancang suka sama lo."

°°°°

Malam harinya, Rafa baru saja pulang dari membeli makanan untuk dirinya dan juga Ara. Sebenarnya Ara sudah bilang akan memasak saja, tapi Rafa keukeuh meminta untuk membeli makanan dari luar karna katanya, dia tidak mau merepotkan gadis itu.

Oh Hellow, Tuan Rafa, apa anda tidak ingat bahwa selama ini anda sudah sangat, sangat dan sangat merepotkan?

Rafa menyiapkan makanannya dan menyusunnya dengan rapih ke dalam piring. Setelah itu dia berteriak memanggil Ara untuk segera turun. Namun, sayangnya tidak ada jawaban apapun dari gadis itu. Jadi, Rafa memutuskan untuk menghampiri Ara ke kamarnya.

Ketika Rafa sudah berada di depan kamar Ara, tanpa mengetuk terlebih dahulu Rafa langsung membuka pintu, bersamaan dengan Ara yang juga baru saja membuka pintu kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang melilit di tubuhnya.

Ara terkejut sampai tidak sengaja dirinya terjatuh dengan lututnya yang mendarat terlebih dahulu. Rafa yang melihat itu pun segera menghampiri Ara untuk membantunya.

"Raa, lo gapapa?" tanya Rafa khawatir mendengar Ara meringis kesakitan, kemudian dia pun membantu Ara berdiri.

"Lo kenapa tiba-tiba berdiri di situ si Raf, ngagetin tau gak!" seru Ara kesal seraya berjalan perlahan menuju kasur.

"Yaa–Yaa maaf, gue juga kaget tadi," ucap Rafa gugup. Sementara Ara yang merasa Rafa mulai bergerak gelisah pun sedikit menggeser tubuhnya menjauh karna dia baru sadar bahwa kini dirinya hanya mengenakan handuk yang menutupi tubuh polosnya.

"G–Gue udah gapapa kok, lo bisa keluar," kata Ara was-was setelah melihat mata Rafa yang mulai tidak fokus. Rafa hanya diam seraya menggaruk tengkuknya.

"Raa," panggil Rafa lirih dengan matanya yang sudah berkabut dan semakin bergerak gelisah. Bahkan jantungnya sudah mulai berpacu lebih cepat dari sebelumnya.

°メDipaksa Kawinメ° [SELESAI]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang