°°Happy Reading°°
•
•
•
"Kalian mau saya pecat?!" gertak Rafa dengan suara cukup keras dari tempat duduknya pada karyawan wanita yang baru saja menjelek-jelekkan Ara, sampai-sampai kantin yang tadinya berisik pun mendadak hening. Ara yang juga mendengar dirinya di olok-olok pun hanya diam saja, dia bisa saja melawan, tapi suasana hatinya sedang tidak baik.
"Coba sekali lagi kalian ngomong!" Rafa mulai berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri para karyawannya yang sudah berani menghina Sang istri. Keadaan di kantin semakin terasa mencekang saat aura menyeramkan Rafa seakan memenuhi setiap sudut ruangan di sana. Ara tidak bisa diam saja, dia pun menghampiri Rafa untuk menenangkannya.
"Raff, udah Raff, gue gapapa kok," ucap Ara seraya tangannya menarik Rafa agar pria itu tidak perlu menanggapi ejekan mereka.
"Raa, mereka udah kurang ajar sama lo, dan gue gak terima! Kalian, mulai hari ini kalian saya pecat!" Ara terkejut dengan pernyataan Rafa yang langsung memecat karyawannya hanya karna dirinya.
"Raf jangan gitu dong, gue beneran gapapa kok. Kasian mereka," ujarnya berusaha membujuk Rafa untuk menarik kembali kata-katanya.
"Gak bisa Raa, mereka tuh udah kelewatan, mereka dibayar kerja di sini itu bukan buat ngehina-hina orang lain, percuma juga gue pertahanin kalo attitude mereka aja gak sopan!"
"Ma–Maaf Bos, tolong jangan pecat kita," ucap salah satu dari mereka. Sorot mata Rafa yang tajam langsung kembali menatap mereka penuh kebencian. Sungguh, dia sangat tidak suka jika miliknya dihina barang sekata pun. Jadi jangan pernah coba-coba atau dia tidak akan memberi ampun.
"Maaf? Haha, apa kalian tidak tau siapa orang yang sudah kalian hina ini?!" tanya Rafa masih dengan gertakannya. Mereka menjawab dengan gelengan kepala seraya menunduk karna tidak berani menatap Bosnya yang tengah marah itu.
Brakk!
Rafa menggebrak meja mereka dengan satu tangannya sampai membuat semua orang di sana terkejut, tidak terkecuali Ara yang masih berdiri di sampingnya. Jujur, dia merasa takut, karna ini untuk pertama kalinya dia melihat Rafa semarah itu.
"Kalian semua dengar!" seru Rafa dengan sangat lantang. "Kalau sampai nanti saya mendengar lagi ada dari kalian yang menjelek-jelekkan dan menghina 'Istri' saya, siap-siap kalian angkat kaki dari sini!" lanjutnya seraya menekankan kata Istri. Setelah itu dia pun mengambil jasnya lalu menarik Ara keluar dari kantin menuju ruangannya.
Semua karyawan di sana seketika terkejut dengan pernyataan Rafa saat pria itu mengatakan kata 'Istri'. Mereka sama sekali tidak mengetahui tentang Bos Besarnya yang ternyata sudah menikah dengan gadis yang dia bawa tadi. Wajar saja, pernikahan pasutri itu bisa dibilang tertutup, mengingat hanya orang penting saja yang di undang.
°°°°
Rafa membawa Ara ke ruangannya yang berada di lantai paling atas tepatnya di lantai 47. Pria itu duduk di sofa yang terdapat di pojok ruangan, sementara Ara masih berdiri menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
"Duduk Raa," titah Rafa karna gadis itu malah diam saja. Ara akhirnya menurut, dia mendudukan tubuhnya sedikit berjauhan dengan pria itu. Rafa yang melihatnya pun terkekeh kemudian memindahkan posisinya menjadi berdempetan dengan Ara namun tubuhnya menghadap gadis itu. Ara ingin sekali menggeser tubuhnya untuk menjauh, tapi sayangnya dia sudah berada di posisi paling pojok.
"Ra–Raff, geser ih, sempit tau," ujarnya yang bergerak tidak nyaman dengan posisi Rafa karna terlalu berdempetan dengannya. Bukannya menurut, Rafa dengan jailnya malah semakin memepetkan tubuhnya dengan Ara.
"Rafaa ihh."
"Apa sihh?"
Ara menatap mata Rafa, tadinya dia ingin memarahi pria itu, tapi seketika dia langsung mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Entah kenapa kini jantungnya malah berdetak tidak karuan.
"Kenapa sih Raa?" tanya Rafa yang melihat Ara salah tingkah. Rasanya, ingin sekali dia menertawakan gadis itu. Sungguh menggemaskan.
"Gak, gapapa. Lo geseran dikit ish, gue gak bisa gerak."
"Gak mau, maunya deket-deket biar anget."
"Rafaaaaa," rengeknya seraya mendorong dada pria itu menjauh. Rafa akhirnya tertawa lalu mencubit pipi Ara gemas.
"Kenapa sih? Emang gak boleh gue deket-deket sama istri sendiri?" tanya Rafa yang lagi-lagi semakin memojokkan posisi Ara. Kini wajah mereka bahkan hanya berjarak lima jari kaki, eh enggak, tangan maksudnya.
Rafa yang memang berniat menjaili Ara pun semakin mendekatkan wajah mereka, tangan kanan Rafa berpindah posisi menjadi berada di pinggang Ara. Ara tidak mau memejamkan matanya sedetikpun, mata mereka saling menatap dengan jarak yang sangat dekat. Bisa dibayangkan betapa gugupnya Ara saat ini.
Ceklekk...
Reflek dengan cepat mereka berdua menjauhkan wajah dan jarak mereka ketika tiba-tiba pintu terbuka dan mendapati Revan yang berdiri di sana sambil membawa nampan berisi makanan di tangannya.
"Eh, ka–kayanya gue ganggu deh, sorry-sorry lanjutin aja lanjutin," ujarnya yang hendak menutup pintu kembali, namun langsung di cegah oleh Rafa.
"Eh Van, itu makanan pesenan gue kan? Sini, gue tungguin dari tadi juga," ucapnya santai seakan tidak terjadi apapun. Rafa berjalan ke arah Revan dan langsung mengambil nampan berisi makanan pesanannya dari tangan Sekretarisnya itu.
"Udah sana, thanks ya," ucapnya lagi lalu langsung menutup pintu. Revan yang merasa di usir secara halus oleh Bosnya itu hanya diam tak berkutik di depan pintu ruangan Rafa yang sudah tertutup rapat. Batinnya bertanya-tanya.
"Tadi mereka mau ciuman?" Revan bertanya pada dirinya sendiri dengan ekspresi polos-polos bloon. Sepertinya pria satu ini sudah terlalu lama menjomblo, sampai dia menjadi sangat terwow-wow ketika melihat secara langsung pasangan yang akan beruwu-uwu ria.
kemudian Revan yang memang masih kebingungan pun pergi dari sana sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Polos sekali Mas Ganteng satu ini:v
Tbc.
Mon maap diriku ngarett:')
Pendek lagi:')Semoga syukaa yak, alakyuu:*
Ig : hy.maa13
KAMU SEDANG MEMBACA
°メDipaksa Kawinメ° [SELESAI]~
Novela JuvenilBukan apa-apa sih sebenernya, cuma cerita gaje tentang seorang Ceo muda dan Cewek petakilan yang menikah karna terpaksa. Pemaksaan dari masing-masing orang tua mereka yang menjodohkan anaknya dengan cara yang berbeda. Tapi karna kepolosan mereka yan...