P A R T . 3

7.9K 640 19
                                    

"Ck, itu badan lo panas woy, lo demam yaa?"

"Aduhh, udah deh gak usah ngurusin gue, sana pergi!"

"Ish, Awas aja yaa lo kalo minta bantuan gue!"

Tidak ada jawaban, Rafa yang sudah kesal duluan pun membiarkan Ara tidur kembali. Terserah saja, lagipula kenapa juga Dia harus peduli dengan Gadis kasar itu.

Brak!

Rafa menutup pintu dengan kencang. Ara yang sudah hampir terlelap pun mendadak terbangun lagi.

"Apaan sih rusuh banget!"

Ara terpaksa bangun dengan muka bantal nya dan rambut yang acak-acakan.

"Pala gue kok pusing sih."

Ara melihat jam yang sudah menunjukan pukul 8 Pagi. Kemudian Gadis itu berjalan keluar dari kamar dengan menyeret kakinya. Padahal semalam Dia sudah mengurut kakinya sendiri sampai ketiduran, tapi masih saja terasa linu.

"Bangun juga lo." ucap Rafa yang baru saja turun dari tangga.

"Minggir-minggir, gue mau naek." Ara mengibas-ngibaskan tangan nya di depan Rafa, menyuruh Lelaki itu agar tidak menghalangi jalan.

Kemudian sambil menahan linu di kakinya, Ara menaiki tangga satu persatu secara perlahan.

"Kaki lo kenapa?" tanya Rafa. Namun, kali ini dengan nada yang sedikit bersahabat.

"Lo gak bisa liat sendiri?" jawab Ara dengan nada ketusnya yang tidak hilang sejak kemarin.

Rafa berdecak, lalu memperhatikan Ara yang sedang berusaha menaiki tangga sambil sesekali meringis.

"Arghh, bodo amat lah! Cape gue gak nyampe-nyampe!" gerutu Ara kesal karna tangga yang sangat banyak, padahal Dia baru sampai di tangga ketujuh.

Ara duduk di tangga sambil menyelonjorkan kakinya ke bawah dengan muka menahan kesalnya.

Rafa yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Ara mencoba untuk tidak tertawa. Entah kenapa, Ara jadi terlihat lucu dengan kondisi seperti itu.

Kemudian tanpa aba-aba, Rafa mengangkat tubuh ringan Ara menuju kamar nya. Ara seketika terkejut dengan perlakuan Rafa, bahkan mulutnya sampai terbuka lebar karna tidak percaya dengan apa yang dilakukan Lelaki menyebalkan itu.

Setelah sampai di kamar, Rafa langsung mendudukan Ara di kasur. Kemudian pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

"Dia kenapa sih?" tanya Ara yang kebingungan dengan sikap Rafa pagi ini.

Karna tidak mau terlalu dipikirkan, Ara memutuskan untuk mandi agar tubuhnya bisa segar kembali.

-

Sementara di Ruang tamu, Rafa tengah memukul-mukul pelan rambutnya sendiri sambil menyumpah serapahi dirinya yang baru saja menunjukan kepeduliaannya pada Ara.

"Malu bego malu! Lo apa-apaan sih Raf! Ngapain lo bantuin Cewek rese itu, Arghh!"

Kemudian Rafa berdiri sambil berkecak pinggang. "Oke, cukup sekali aja, gak lagi-lagi! Inget Raf, inget lo udah punya Nancy!"

~Aku suka body goyang mamah mudaa, mamah mudaa, Dadadadaaa ....~

Tiba-tiba Ponsel Rafa yang berada di meja berbunyi menandakan Panggilan masuk. Dengan segera Rafa mengangkatnya, tertera nama Nancy disana.

"Halo yang? Ada apa?" tanya Rafa setelah panggilan tersambung pada kekasihnya di seberang sana.

'Hai Raf, kamu dimana?'

"Aku di rumah, kenapa?"

'Kamu gak kerja?'

"Hari ini aku dikasih libur sama Mamih."

Sementara Rafa sedang asik telfonan, Ara turun dari tangga perlahan-lahan sambil menahan linu di kakinya.

Penampilan Ara terlihat lebih baik daripada tadi, dengan memakai hoddie hitam kebesaran dan celana jeans pendek. Terlihat cocok mengingat dirinya yang memang tomboy.

Ara berjalan tertatih menuju dapur untuk mencari makanan. perutnya sangat lapar karna sejak kemarin Dia belum makan apapun. Ara membuka kulkas dan tidak melihat apapun didalam nya. Dia kira, Eliska dan Eliana sudah menyiapkan semuanya termasuk bahan makanan, tapi ternyata dugaannya salah.

Kedua Wanita itu hanya antusias untuk menyiapkan Acara Pernikahan dan Rumah baru ini saja, menyebalkan memang.

"Sial banget sih, udah mah badan remuk, kaki nyeri, perut laper, menderita banget idup gue!" gerutu Ara sambil berjalan keluar dari dapur. Ara menghampiri Rafa yang masih saja asik berbicara dengan seseorang di dalam Ponsel.

"Iyaa yang, yaudah kamu hati-hati yaa, byee."

"Kimi hiti-hiti yii, nyenyenyee."

Rafa terkejut dengan kedatangan Ara yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Napaa lo? Iri?"

"Dih, ngapain iri sama bool kuda."

"Ck,"

Rafa tidak menghiraukan Ara, Dia memilih untuk melanjutkan acara nonton tv nya yang sempat terganggu.

"Eh Junedd, anterin gue dong."

"Males."

"Ck, punya Suami gak guna!" Ara menoyor kepala Rafa dari belakang.

"Cih, Kdrt lo!"

"Halahhh, lebayy!"

"Kenapa si? Lo mau apa? Hahh?"

"Anterin gue keluar."

"Kemana?"

"Belanja lah."

"Belanja apaan sih? Baju? Sepatu? Make up? Skin care?-"

"Yehh si Udin, gue gak demen yang begituan. Anterin gue belanja bahan masakan noh, kulkas gede doang kaga ada isinya. Dikata pajangan doang kali."

"Ohh, bilang dong daritadi, yaudah kemon."

Rafa mematikan Tv kemudian mengambil kunci mobilnya. Setelah itu Mereka berdua pun keluar menuju Pusat Perbelanjaan yang tidak jauh dari Rumah.

TBC.

°メDipaksa Kawinメ° [SELESAI]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang