P A R T . 22

6.5K 522 6
                                    





Pagi harinya, Ara tengah duduk di meja makan sambil memikirkan tentang kejadian semalam dimana hubungannya dengan Alan sudah berakhir.

Sejujurnya, masih ada rasa tidak terima untuk melepas lelaki itu, tapi sepertinya pesan dan nasihat Alan ada benarnya juga. Tidak ada salahnya dia untuk mulai menerima pernikahannya dengan Rafa.

Tapi tetap saja, baginya semua ini tidaklah mudah, Ara butuh waktu sampai dia benar-benar siap untuk memulai kehidupan baru bersama Rafa, apalagi mengingat dirinya yang baru saja berpisah dengan seseorang yang sampai saat ini masih belum bisa dia lupakan.

Ara membuang nafasnya kasar, lalu meneguk habis air mineral dingin yang sebelumnya dia ambil dari kulkas. Tiba-tiba Rafa datang sambil merapikan dasi hitam yang melekat di kemeja putihnya. Ara memperhatikan Rafa ketika pria itu terlihat berjalan ke arahnya. Ah, tapi ternyata dugaannya salah, karna Rafa berjalan menuju kulkas yang tepat berada di belakangnya.

Oh kasihann, Ohh kasihan, Aduhh kasihannn...:')

Okee, Ara mendengus pelan, ingin sekali dia menampar dirinya sendiri karna sudah mengharapkan Rafa menghampirinya.

Bermimpilah Ara, pria itu pasti sudah kecewa pada anda karna anda telah mencampakkannya berkali-kali.

Ara berdecak kemudian menenggelamkan kepalanya pada tangan yang ia lipat di atas meja. Entah kenapa kepalanya mendadak pusing.

"Darimana lo semalem?" tanya Rafa tiba-tiba yang langsung membuat Ara kembali mendongak. Dia sempat terkejut ketika mendapati Rafa yang sudah berpindah posisi menjadi berada di hadapannya sambil menggenggam kaleng minuman di tangannya.

"Lo nanya gue?" Ara balik bertanya, entah kenapa otaknya mendadak ngeblank ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan mata tajam Rafa.

Rafa diam saja memperhatikan Ara yang ternyata masih menggunakan baju semalam. Ingatannya kembali teringat dengan kejadian semalam saat dimana Ara menggumamkan nama Alan bahkan ketika gadis itu sudah terlelap dalam tidurnya. Entah kenapa sampai saat ini, api cemburu di hatinya masih juga belum bisa padam.

"Gue tanya lo darimana semalem? Pulang-pulang mabok, diapain aja lo sama pacar lo itu?!" tanyanya lagi namun kali ini dengan nada ketus. Ara berdecih tidak suka, matanya menatap malas ke arah pria itu.

"Apaan si lo. orang gue cuma jalan-jalan doang kok," jawab Ara tak kalah ketus.

"Jalan-jalan sampe mabok gitu, yakali."

"Ck, yaudah si kalo lo gak percaya, biasa aja gak usah sewot! Lagian ... La–Lagian gue juga udah putus sama Alan," ucap Ara diakhiri dengan nada pelan.

"Udah tau." Jawaban Rafa sontak membuat Ara kembali menatap pria itu dengan serius.

"Tau darimana lo? Wah, jangan-jangan lo–"

"Lo yang bilang semalem," jawab Rafa santai seraya meneguk minuman di tangannya. Ara memicingkan matanya, mengintimidasi.

"Massaaa?" Ara masih belum percaya jika dirinya sudah memberitahu Rafa perihal hubungannya yang telah berakhir dengan Alan.

"Yaudah si kalo gak percaya, biasa aja."

Rafa membuang minumanya yang sudah habis kemudian melangkahkan kakinya keluar dari dapur.

Namun belum ada lima langkah dia berjalan, Ara langsung memanggilnya yang membuat dia kembali membalikan badannya dan menatap gadis itu dengan tatapan bertanya.

"Apa?"

"Euuu, gue nebeng dong," pintanya dengan wajah tanpa dosa.

"Lo belom mandi, lama, ntar gue kesiangan."

°メDipaksa Kawinメ° [SELESAI]~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang