Antagonis.12

3.9K 766 343
                                    

Rapat untuk membahas tentang kerjasama perusahaan raksasa yang bekerjasama untuk proyek besar kali ini diadakan di perusahaan milik Choi Siwon. Seperti yang disebutkan 'Proyek Besar', maka sudah pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk keberhasilan kerjasama ini. Oleh karena itulah, butuh perencanaan yang matang dan   membutuhkan waktu cukup lama. Pembahasan untuk rapat hari inilah yang Jisoo berikan untuk Sehun pelajari.

Ada tujuh perusahaan yang berpartisipasi dalam proyek ini; W.Y.F  Group yang dipimpin oleh Kris Wu, Park Group yang diwakili oleh Park Chanyeol, NT. Group yang diwakili oleh Jung Jaehyun, A.G.S Group yang dipimpin oleh Park Jinyoung, RV. Group yang kali ini diwakili oleh Lee Taeyong, E.L.F Group yang diwakili oleh Choi Sehun, dan terakhir V.I.P Group yang diwakili oleh Kwon Jisoo.

"Selamat siang, semua," sapa Jisoo yang datang paling akhir diikuti Rose sang sekretaris di belakangnya. Kenapa dia datang terlambat, padahal dia adalah pemimpin rapat?

Oh, tidak ada kata terlambat bagi sang Ratu. Bukankah Ratu memang sepatutnya ditunggu? Ia sengaja datang terlambat, dan membiarkan para pria itu menunggu.

Wanita berambut pendek itu mengambil tempat di kursi paling ujung. Menatap satu per satu wajah pria-pria yang juga tengah menatapnya dengan pandangan berbeda. Jisoo mendengus samar saat Jaehyun mengedipkan sebelah mata dengan senyum menggoda saat tatapan mereka tidak sengaja bertemu. Dasar perayu ulung, cibirnya dalam hati.

Jinyoung menatap Jisoo dengan rasa kagum yang sebisa mungkin ia sembunyikan. Jisoo baik sekali, ia masih mengizinkan perusahaannya berpartisipasi dalam proyek besar-besaran ini, padahal perusahaan milik Jinyoung sudah berada di ujung tanduk. Namun, wanita itu sudah membantunya dan masih menganggapnya pantas duduk sejajar dengan para pemimpin perusahaan besar.

Ada rasa malu dan hormat yang bercampur menjadi satu dalam diri Jinyoung. Selain membantu perusahaan, Jisoo juga membantu menutupi turunnya saham A.G.S Group. Hingga saat ini, hanya Kris Wu dan Kwon Jisoo yang tahu kondisi perusahaan Jinyoung yang sekarat. Ingin rasanya mengucapkan terimakasih, tetapi ia malu. Apakah Jisoo akan menerima ucapan terimakasih darinya? Mengingat apa yang pernah ia lakukan pada Kwon Jisoo di masa lalu?

"Rose." Jisoo memberikan kode pada sang sekretaris untuk memulai presentasi. Rose yang mengerti pun mengangguk, lalu mulai menghidupkan monitor. Pertanda rapat dimulai.

Taeyong tak bisa mengalihkan fokus pada layar monitor dari wajah Jisoo. Wajah yang biasa terlihat cantik dengan tatapan teduh itu, kini terlihat begitu berkharisma. Kepala yang biasa menunduk, kini terangkat dengan kesan pemimpin yang entah bagaimana terlihat begitu kuat. Tidak ada kesan angkuh sama sekali, yang ada hanya kesan anggun yang berkharisma. Di mana gadis lugu yang dulu menangis di depannya? Ia sama sekali tak bisa fokus pada penjelasan sekertaris Jisoo.

"Jadi, ada dua lokasi berbeda yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing." Jisoo bersuara saat Rose selesai menjelaskan. Membetulkan kaca mata baca yang ia kenakan. Membuka dokumen di depannya. "Tempat pertama sangat  strategis, berada di pusat kota. Namun, dekat dengan pusat perbelanjaan yang lain. Tempat kedua, sedikit jauh dari pusat kota, tetapi dekat dengan salah satu sekolah senior yang cukup ternama. Kita bisa menjadikan anak remaja sebagai sasaran pemasaran. Bagaimana menurut kalian?" Ia mengangkat wajah, menatap satu per satu wajah-wajah di ruangan tersebut. Diam-diam tersenyum kecil melihat wajah bingung Lee Taeyong.

"Saya lebih setuju di lokasi pertama." Jaehyun adalah orang pertama yang bersuara. Pria itu menegakkan badan lalu melanjutkan, "Di sana lebih menjanjikan dan sasarannya bisa merata dari berbagai usia."

"Tapi di lokasi kedua juga cukup menjanjikan," sela Chanyeol. "Anak remaja saat ini gemar bermain sosial media. Kita bisa mendesign bangunan se-aesthetic mungkin yang sesuai dengan selera anak muda saat ini, lalu mereka secara tak langsung akan mempromosikan tempat kita di sosial media mereka."

"Saya setuju dengan gagasan Tuan Park Chanyeol. Lebih baik di tempat kedua dengan sasaran anak-anak muda yang gemar berbelanja." Jinyoung menimpali.

Satu per satu dari mereka saling melemparkan argumen masing-masing. Berdebat di mana tempat yang yang cocok untuk dibangunnya proyek mereka. Sehun menelan ludah gugup. Selama ini ia tak pernah menangani proyek besar seperti ini. Jujur saja, ia seperti dikucilkan di sini, Jisoo, Jaehyun, Jinyoung, Chanyeol, dan Kris berdebat dengan argumen yang begitu kuat. Ia jadi teringat dengan pesan Jisoo, agar tidak memperlakukan diri sendiri. Ternyata benar apa yang wanita itu ucapkan. Lee Taeyong? Ah, setidaknya masih ada Lee Taeyong yang sepertinya juga sama gugupnya dengannya. Ia harus mengatur ekspresi agar tidak terlihat bodoh di depan mereka.

"Dengan memilih tempat pertama, adalah cara menguji kemampuan kita dalam berbisnis," kata Kris tenang.

"Anda benar-benar cinta persaingan, Tuan Wu," sahut Chanyeol dengan senyum remeh.

"Tentu saja, dengan memilih tempat pertama, kita memiliki saingan, dan disitulah saat di mana kemampuan pemasaran kita diuji," jelas Kris dengan segaris senyum tipis.

"Tinggal pintar-pintar kita menyusun strategi, untuk menentukan siapa pemenangnya." Jaehyun menyahuti dengan senyum simpul.

"Kalau begitu, saya setuju untuk bersaing," kata Chanyeol akhirnya.

Serempak lirikan mereka bertiga bergulir ke arah Jisoo yang duduk di kursi ujung. Rose yang berada di belakang Jisoo pun menggeleng pelan mengerti akan situasi, sedangkan Jisoo tengah mati-matian menahan diri untuk tidak memutar bola mata. Sebenarnya apa yang mereka bicarakan? Bersaing? Bersaing apa yang mereka maksud? Jisoo menatap mereka bertiga bergantian dengan tatapan dan wajah datar.

Jinyoung yang sedari tadi ikut berdebat mendadak merasa kikuk untuk ikut berkomentar. Ia merasa ada sesuatu yang hanya mereka berempat mengerti. Ia tak memiliki hak untuk ikut campur. Ada dua makna yang tersirat dalam kata 'Bersaing' yang dibahas kali ini. Juga 'Menyusun Strategi' yang Jung Jaehyun ucapkan.

"Ah, sepertinya kalian memang pebisnis yang tak lelah bersaing, ya." Seringai miring Kris, Jaehyun, dan Chanyeol semakin melebar mendengar kalimat sindiran halus yang Jisoo lontarkan. "Bagaimana menurut kalian? Tuan Choi dan Tuan Lee?" tanya Jisoo pada dua orang yang sedari tadi hanya menyimak.

"Saya lebih setuju di lokasi kedua. Bukankah lebih baik menarik pelanggan lain daripada pelanggan milik orang lain." Sehun tak bodoh untuk mengerti pesan tersirat dari mereka bertiga. Ia memang tidak mencintai Jisoo, tetapi Jisoo adalah istrinya. Miliknya, dan ia tak suka miliknya diusik oleh orang lain.

Kris Wu, pebisnis muda dari China, yang di setiap wawancaranya bila ditanya seperti apa tipe ideal istri masa depannya selalu menjawab; Kwon Jisoo.

Park Chanyeol, yang pernah melamar Kwon Jisoo. Namun, lamarannya ditolak oleh Kwon Jiyong karena telah menjodohkan putrinya dengan anak sahabatnya.

Jung Jaehyun, pria muda yang tidak sungkan mengumbar ketertarikan dan rasa kagum pada Kwon Jisoo di depan umum.

Tentu saja Sehun tahu mereka bertiga. Ia tak sebodoh itu untuk diam saja saat ada tiga pria yang terang-terangan memperebutkan istrinya di depan wajahnya. Tangannya mengepal erat saat tiga pasang mata itu menatapnya dengan tatapan remeh, terlebih dengan senyum menyebalkan Kris Wu. Ingin rasanya mendecih, tetapi ia sadar tempat.

"Saya juga lebih setuju di tempat kedua, dengan alasan seperti yang Tuan Choi katakan," ujar Taeyong. Sama seperti Sehun, entah kenapa ia juga tak suka ketika tiga pria itu secara halus memperebutkan Jisoo. Ada rasa tak terima yang sedikit ia rasa.

"Saya tetap pada pendirian saya sebelumnya, lokasi kedua." Jinyoung menyambung.

Artinya, suara seimbang saat ini; Tiga suara untuk lokasi pertama; Tiga suara untuk lokasi kedua. Sekarang keputusan ada di tangan Jisoo. Wanita itu menimang keputusan yang akan ia ambil dengan hati-hati. Aura persaingan dapat ia rasakan menguar dari tubuh empat pria yang saling menatap sengit. Ada yang mengganjal pikiran, kenapa Sehun terlihat marah? Bukankah pria itu tak peduli padanya? Ah, sudahlah, ini bukan saatnya memikirkan Sehun.

Ada tiga pria budak cinta yang selalu mengemis perhatiannya, dan ada tiga pria bodoh yang telah membuat hatinya terluka. "Saya lebih setuju lokasi kedua, lebih baik memancing ikan dari danau daripada dari wadah orang lain." Sesekali memberi tamparan pada tiga budak cinta itu, agar mereka sadar diri tak salah bukan?







....


AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang