Taehyung memindai penampilannya di depan cermin. Memastikan bahwa dirinya telah rapi dan siap pergi. Pria itu benar-benar bersemangat hari ini. Sejak hubungannya dan Jennie berakhir, baru kali ini ia begitu bersemangat lagi. Hari ini akhir pekan, ia memutuskan untuk mengunjungi panti asuhan tempat pertemuan terakhirnya dengan Jisoo. Mungkin saja ia bisa bertemu lagi dengan wanita itu di sana.
Ia benar-benar berharap dapat bertemu lagi dengan Jisoo. Berbincang dan mungkin saja bisa dekat kembali dengan wanita itu seperti dulu. Ia tak berharap banyak, ia tahu Jisoo telah menikah, ia sadar diri. Namun, tak ada salahnya untuk berteman dengan mantan bukan? Ia ingin menebus semua kesalahan yang pernah ia lakukan pada Jisoo. Mungkin saja dengan menjadi teman dapat sedikit menebus dosanya 'kan?
Ia mengenal Jisoo dengan baik. Jisoo adalah wanita baik hati dan pemaaf, tentu saja wanita itu akan mau memaafkannya. Sikap kurang baiknya kapan hari mungkin saja hanya karena rasa kesal saja. Ya, Taehyung akui, siapa yang tak kesal jika bertemu dengan mantan yang memutuskan hubungan demi wanita lain. Oleh karena itu, Taehyung memaklumi sikap kurang ramah Jisoo tempo hari. Taehyung yakin, kali ini Jisoo pasti akan kembali ramah padanya seperti biasa.
######
Jisoo mendudukkan diri di kursi taman panti yang dibangun oleh mendiang ibunya. Ia tersenyum kecil melihat anak-anak panti yang tengah bermain, mengingatkannya akan masa kecil. Sedari kecil Jisoo telah menghabiskan waktu kanak-kanaknya di sini. Ibunya meninggal sebelum Jisoo tahu apa itu dunia, sedangkan ayahnya adalah orang sibuk yang jarang memiliki waktu luang untuknya. Namun, meski begitu Jisoo tahu mereka menyayangi Jisoo dengan segenap jiwa. Tempat ini menyimpan banyak kenangan indah untuknya. Tempat ia bermain dan berlari ke sana-kemari tanpa adanya beban. Ia rindu masa kanak-kanak yang begitu menyenangkan. Di mana ia belum tahu sakitnya patah hati dan belum memiliki ambisi.
Bola matanya bergulir ke samping saat sebotol air mineral tersodor di depannya. Wajahnya yang semula melembut seketika mengeras saat mendapati sosok pria dengan senyum khasnya tengah berdiri di samping kursi. “Kupikir cuaca cukup panas, mungkin kau butuh minum,” katanya. Jisoo mendengus kecil. Kenapa ia harus kembali bertemu dengan pria satu ini? Apa tidak ada hari yang bisa membuat Jisoo tenang tanpa menahan kesal melihat wajah-wajah menyebalkan mereka?
“Sejujurnya, aku sedang butuh ketenangan,” jawabnya dengan senyum manis yang dibuat-buat. Memberikan sindiran halus yang berisi usiran untuk pria itu.
Taehyung tertawa canggung. Apa Jisoo baru saja mengusirnya? Sebisa mungkin pria itu tetap menampilkan gestur tenang dan tak terusik atas usiran halus Jisoo. Misinya adalah meminta maaf pada Jisoo, dan ia harus berhasil. “Boleh aku duduk di sini?” Tanpa menunggu jawaban dari Jisoo, ia telah mengambil tempat di samping wanita itu.
“Kupikir kau paham aku ingin ketenangan.” Matanya melirik sinis pada Taehyung. Apa lagi sekarang? Ia bisa saja pergi dan meninggalkan pria itu, tetapi ia tidak ingin terlihat seperti pecundang yang suka menghindar. Apa pun yang Taehyung inginkan, jangan harap akan Jisoo berikan.
“Aku tak akan menganggu,” jawab Taehyung. “Aku hanya ingin duduk di sini.” Ia memberikan senyum ramah pada Jisoo yang hanya menatapnya datar. Berada di hadapan Jisoo saja, sudah cukup mengganggu. Apa pria ini tak sadar dengan wajah tak suka yang terang-terangan Jisoo tunjukkan? Dasar pria tak tahu diri, cibir Jisoo dalam hati.
Jisoo mengedarkan pandangan pada penjuru taman. Ada lima buah kursi panjang termasuk kursi yang ia duduki saat ini. Ia bersedakap dada sebelum berujar, “Ada dua kursi kosong di sana. Jika hanya ingin duduk, kenapa harus di sini?” tanyanya yang terdengar seperti ejekan. “Kau tahu? Kau membuatku berpikir, bahwa kau sengaja datang kemari untuk menemuiku.” Ditatapnya sosok Taehyung remeh dengan senyum miring yang bertengger di bibir mungilnya.
Taehyung tak menjawab, ia juga tak tersinggung dengan ucapan Jisoo. Apa yang Jisoo katakan memang benar adanya. Ia sengaja kemari untuk menemui Jisoo. “Ya, kau benar. Aku ingin menemuimu,” ujarnya tanpa kebohongan.
Jisoo tertawa kecil sembari bertepuk tangan pelan. “Ada gerangan apa Tuan Kim ini ingin menemui saya?” Apakah Jisoo akan mendapatkan hiburan hari ini? Jika iya, semoga saja menyenangkan.
“Aku ingin meminta maaf atas apa yang pernah aku lakukan padamu dulu.” Taehyung menatap mata Jisoo dalam. “Aku benar-benar minta maaf, Jisoo. Aku tahu aku terlambat, aku baru menyadarinya. Maafkan aku.” Ia mengatakannya dengan tulus. Ia benar-benar merasa menyesal atas perbuatannya dulu.
Bukannya luluh, Jisoo malah merasa geli. Sudah berapa tahun, dan baru sekarang pria ini meminta maaf? Lucu. Sangat lucu. Kira-kira jika Jennie tidak meninggalkannya, apa Taehyung akan menyadari kesalahannya dan meminta maaf? Jisoo yakin tidak akan. Jisoo sangat yakin Taehyung meminta maaf karena sudah tahu rasanya ditinggal demi orang lain. Inilah tujuan Jisoo, membuat mereka sadar akan kesalahan mereka. “ Kau benar, kau sangat terlambat.” Ia memasang wajah ramah yang dibuat-buat. ”Aku sudah memaafkanmu,” katanya datar berbanding terbalik dengan wajah ramahnya. Ia tidak tersentuh sama sekali dengan tatapan tulus Taehyung.
Taehyung menghela napas lega mendengarnya. “Kalau begitu, apakah kita bisa berteman?” tanyanya penuh harap.
“Apa yang ada di pikiranmu?” tukas Jisoo tak menyangka. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh pria ini? Apa dia sedang berpura-pura bodoh atau memang benar-benar bodoh.
“Kenapa? Aku hanya ingin berteman.” Apa itu salah? Jika Jisoo sudah memaafkannya, bukankah mereka bisa berteman? Taehyung hanya ingin memperbaiki hubungan mereka demi menebus kesalahannya.
“Pertemanan macam apa yang kau maksud? Jangan membuat lelucon, Tuan Kim.” Jisoo menggeleng pelan. “Memaafkan bukan berarti harus berteman. Pertemanan macam apa yang ada di antara mantan kekasih? Berpikirlah sebelum berbicara. Apa pantas seorang pria mengajukan pertemanan pada wanita bersuami yang pernah menjadi masa lalunya?” Jisoo berdiri, meraih tas tangannya. “Tidak ada pertemanan macam itu,” tutupnya sebelum melangkah.
Ia melangkah dengan gerakan cepat, tetapi tetap tidak meninggalkan kesan anggun. Beberapa langkah dari tempat Taehyung yang masih terpaku di tempat, ia berhenti. Menoleh ke arah Taehyung dan berkata. “Kertas lusuh tak akan bisa kembali seperti semula, Tuan Kim.” Ia lemparkan senyum kemenangan pada pria itu sebelum kembali melangkah dan tak menoleh lagi. Ia tersenyum puas. Dendamnya sudah berkurang satu.
“Aku hanya ingin menebus kesalahanku padamu!” Taehyung bangkit dari kursi. Menatap punggung Jisoo yang tak menoleh sedikit pun.
“Jangan pernah lagi tunjukkan wajahmu di depanku, maka itu telah menebus kesalahanmu!”
Taehyung mengerjap berkali-kali. Mendadak otaknya seperti berhenti bekerja mendengar kalimat terakhir Jisoo. Sebenci itukah Jisoo padanya?
Ia lalu tertawa pelan saat mencerna apa ucapan Jisoo. Kertas lusuh tak akan bisa kembali seperti semula. Artinya, apa yang sudah pernah ia lakukan, tak akan pernah Jisoo lupakan. Sekeras apa pun ia berusaha menghapusnya, kenangan buruk itu akan tetap tersimpan dalam ingatan Jisoo.Apa yang sudah ia lakukan? Berani sekali ia meminta pertemanan pada Jisoo. Percaya diri sekali dirinya jika Jisoo akan menerimanya. Jisoo yang sekarang bukan lagi gadis lugu yang pernah ia patahkan hatinya. Dia adalah Kwon Jisoo yang baru yang tidak Taehyung kenal, dia berbeda. Taehyung mengusap wajah yang terasa panas terbakar rasa malu, dan lagi, Jisoo telah bersuami, berharap apa dia? Jika sudah begini, ia bahkan tak memiliki keberanian untuk kembali bertatap muka dengan Jisoo.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
FanfictionTerlalu sering merasakan sakit hati, membuat sisi antagonis seorang Kwon Jisoo mendominasi. Mereka, yang pernah menyakitinya akan mendapatkan balasan satu per satu. Dimulai dari Park Jinyoung, Kim Taehyung, Lee Taeyong, dan yang paling keparat Choi...