"Dari mana saja kau?!"
Pertanyaan bernada dingin menyambut Jisoo saat pertama kali menginjakkan kaki di rumah. Sehun menatapnya dengan tajam dan pandang menyelidik. Bagaimana bisa Jisoo pergi malam-malam tanpa seizinnya? Bagaimanapun ia masih berstatus suami wanita itu.
Jisoo menatap remeh pada Sehun, pertanyaan apa itu? Sejak kapan Sehun peduli ia berada di rumah atau tidak?
"Apa kau sedang berlakon menjadi suami yang baik?" tanyanya sarkastik.
Amarah Sehun semakin menjadi, apa Jisoo tidak bisa menghormatinya sedetik saja? Ia adalah kepala keluarga di rumah ini. Seenaknya saja Jisoo pergi tanpa izin. Pria itu berusaha mengendalikan emosi, ia harus bisa membalas kepiawaian lidah tajam Jisoo.
"Tidak," menatap penampilan Jisoo dari atas ke bawah, "aku hanya sedang berpikir, dari mana wanita terhormat yang sudah bersuami malam-malam begini tanpa izin suaminya? Menemui selingkuhannya?" Sehun tersenyum mengejek. Melihat dari tampilan Jisoo, sudah dapat dipastikan wanita itu pergi berkencan atau semacamnya. Begini dikatakan wanita terhormat? Pergi bersama pria lain di saat sudah besuami. Dasar Medusa!
Jisoo tersenyum kecil, menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak mendengar sindiran salah arah dari Sehun. "Kurasa kaca di rumah ini banyak, gunakanlah!" Jisoo melenggang pergi sambil menggelengkan kepala, tidak habis pikir apa yang berada di dalam otak kecil pria yang katanya adalah suaminya itu. Dasar pria tak tau malu!
Sial!
Sehun mengusap wajah kasar, ia benar-benar malu sekarang. Ia salah memilih kata-kata, mau ditaruh di mana wajahnya sekarang. Terkadang Sehun lupa, ada Suzy di tengah pernikahan mereka. Ia juga tidak mengerti, kenapa ia bisa seemosi ini hanya karena Jisoo tidak ada di rumah.
Pria itu berbalik, berjalan cepat mengejar Jisoo. "Jangan merasa tinggi," menyentak lengan Jisoo untuk berbalik menghadapnya, "kau tidak tau 'kan, ibu tadi datang kemari. Aku harus mencari alasan karena kau tidak ada di rumah. Ibu mengundang kita ke pesta ulang tahun pernikahan ayah dan ibu besok malam." Sehun hanya tak ingin Jisoo merasa bahwa, ia peduli dengan wanita itu. Sehun tak peduli, benar-benar tak peduli. Namun, jika kejadian tadi terjadi lagi, mau tak mau ia harus mencari alasan tentang tidak adanya Jisoo di rumah. Sehun hanya malas mencari alasan, ya hanya itu.
Jisoo terdiam. Pesta? Jisoo tak suka pesta, tetapi bila ibu mertuanya yang mengundang, ia tidak bisa menolak. Tiffany adalah wanita baik yang penyayang, Jisoo tak ingin membuat wanita itu kecewa dengan ketidak hadiran Jisoo di sana. Baiklah, ia tak punya pilihan lain.
#####
Jisoo menggandeng lengan Sehun memasuki ballroom hotel yang menjadi tempat diadakannya pesta. Kedatangan mereka sontak menjadi pusat perhatian. Bisik-bisik mulai terdengar, kebanyakan dari mereka memuji betapa serasinya pasangan baru itu. Tidak ada yang berani merebut Choi Sehun, bila di sisinya sudah ada Kwon Jisoo. Memangnya siapa yang berani mengusik putri tunggal Kwon Jiyong? Mereka yang berani, artinya sudah siapa mati.
"Hey, Tuan Choi, kau dengar apa yang mereka katakan? Siapa yang berani mengusik putri Kwon ini, artinya sudah siap mati. Apa kau sudah menyiapkan pemakaman untuk kekasih tercintamu?"
Sehun melirik Jisoo, tatapan mereka beradu. Jisoo tersenyum manis, menyembunyikan perasaan bangga penuh kemenangan pada pria yang lengannya tengah ia gandeng. Sehun mengangkat tangan kanan, mengusap rambut Jisoo dengan lembut. "Jangan coba-coba menyakiti wanitaku!" bisiknya diiringi desisan tajam. Tangah Sehun menarik beberapa helai rambut Jisoo dengan kuat, membuat Jisoo sedikit meringis kecil kesakitan.
Senyum Jisoo semakin lebar, membuat orang-orang berpikir Sehun tengah membisikkan kata-kata manis untuk istrinya. Mungkin orang lain akan melihat mereka sebagai pasangan yang manis dari luar, tanpa tau apa yang sesungguhnya terjadi di dalamnya.
"Oh, kau manis sekali suamiku." Jisoo menyenderkan kepala pada bahu Sehun, tidak lupa ujung heels yang runcing dan tajam ia arahkan pada kaki Sehun. Menekannya kuat, sesekali memutarnya. Sehun menahan nafas, tersenyum lembut namun tatapan matanya begitu tajam pada Jisoo. Demi Tuhan!!! Ini menyakitkan.
"Boleh aku tertawa?" tanya Jisoo dengan senyum manisnya melihat raut kesakitan Sehun yang benar-benar menghibur.
"Boleh aku menyumpal mulutmu dengan sepatuku?" Sehun tersenyum tak kalah manis. Menahan diri untuk tidak memukul bibir Jisoo yang tengah tersenyum menyebalkan di atas penderitaan Sehun.
Jisoo tertawa pelan. "Tentu saja tidak," jawabnya dengan nada riang. Seolah-olah mereka tengah bercanda saat ini.
Tanpa mereka sadari, mereka sudah mengundang perhatian para tamu undangan. Orang-orang menatap kagum pasangan yang terlihat begitu mesra dan manis itu. Tiffany yang sedari tadi ikut memperhatikan pun tak dapat menahan senyum bahagia. Ia senang rumah tangga putra dan menantunya baik-baik saja.
Setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada Tiffany, kini Sehun dan Jisoo berdiri berdampingan di pinggir ruangan. Tiffany meninggalkan mereka untuk menyapa para tamu lainnya. Tidak ada yang buka suara di antara mereka, senyum kemenangan masih terpatri di bibir Jisoo. Setidaknya ia bisa membuat Sehun merasa sedikit kesal malam ini. Sedangkan Sehun, raut kesal masih terlihat di wajahnya. Jisoo benar-benar kurang ajar. Sesekali ia meringis, saat kakinya terasa ngilu digerakkan.
Sosok wanita cantik dengan gaun indah yang membalut tubuh sempurnanya memasuki ruangan. Hanya sekejap perhatian para tamu kini beralih pada wanita yang begitu mempesona itu. Decak kagum terdengar di mana-mana, memuji kecantikan Bae Suzy yang begitu sempurna.
Senyum Jisoo luntur seketika, melirik ke arah suaminya yang kini menatap penuh puja pada wanita itu. Rasa kesal kembali Jisoo rasakan, terlebih saat Suzy terlihat begitu akrab dengan Tiffany. Jisoo tak cemburu saat Sehun menatap Suzy dengan intens, tetapi Jisoo tak rela saat Tiffany terlihat dekat dengan Suzy. Tiffany adalah wanita yang Jisoo anggap sebagai ibunya sendiri. Bersama Tiffany, Jisoo dapat merasakan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama tak ia dapatkan. Tak rela rasanya orang yang telah mendapatkan cinta suamimu, juga mendapat perhatian dari mertuamu.
Jisoo mendengus kesal, menghentakkan kaki keras dan pergi begitu saja. Jujur saja, ia iri. Ia tidak suka Suzy yang sudah mendapatkan hati Sehun, Jisoo tak rela bila Suzy juga mendapat hati Tiffany. Jisoo tak rela!
"Jisoo?"
Tck, sekarang apa lagi? Dengan malas Jisoo berbalik. Menatap wajah pria yang membuat suasana hatinya semakin memburuk.
Jangan karena Jisoo ingin membalas perbuatan mereka, kini mereka muncul satu per satu di hadapannya.
"Lama tidak bertemu, kau semakin cantik saja." Pria dengan setelan jas mewah itu melangkah mendekati Jisoo dengan seringai yang menjadi andalannya dalam memikat wanita.
Bila Jinyoung dan Taehyung sedikit berbasa-basi dengan sopan. Lain halnya dengan Taeyong, rasanya kata 'sopan' dan 'Taeyong' tidak bisa bersama. Lihat saja tatapan yang Taeyong lemparkan untuk Jisoo.
Pesta ini adalah pesta mewah yang mengundang banyak orang-orang penting. Pantas saja Taeyong berada di sini. Bukan Taeyong yang diundang pastinya, tetapi Kang Seulgi-designer ternama yang menjadi langganan mertuanya. Kang Seulgi yang sekarang berganti marga menjadi Lee Seulgi. Seulgi wanita yang baik, sayang sekali ia mendapatkan suami seperti Taeyong.
Jisoo menatap Taeyong datar, ia malas meladeni orang ini. "Lama tidak bertemu, kau masih brengsek saja." Jisoo lalu pergi begitu saja. Ia benar-benar malas berada di sini. Sehun sudah pasti akan pulang dengan Suzy, dan Jisoo malas melihat mereka berdua. Jisoo tidak ingin pertahanan yang sudah ia bangun dengan susah payah, hancur begitu saja.
Taeyong tersenyum lebar, selain penampilannya yang berubah. Ternyata sifat wanita itu juga berubah. Membuat Taeyong merasa tertantang saja.
..........

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
Fiksi PenggemarTerlalu sering merasakan sakit hati, membuat sisi antagonis seorang Kwon Jisoo mendominasi. Mereka, yang pernah menyakitinya akan mendapatkan balasan satu per satu. Dimulai dari Park Jinyoung, Kim Taehyung, Lee Taeyong, dan yang paling keparat Choi...