Antagonis.11

4.4K 790 119
                                    

Wanita cantik bermata sipit itu bersedekap dada. Matanya tak lepas dari sosok pria dengan rahang tegas yang berstatus sebagai suaminya. Ia memindai dari bawah ke atas tampilan sang suami yang telah rapi dengan setelan jas kantor. Ia melangkah dengan pelan, dengan wajah masih datar.

"Aku harap kau bersungguh-sungguh kali ini, Yong," katanya, "ini adalah kesempatan terakhir untukmu."

Taeyong hanya bisa terdiam. Jika bukan karena wanita di depannya ini kaya, ingin rasanya ia menceraikan wanita ini. Seulgi memintanya untuk dapat meningkatkan saham perusahaan setidaknya empat belas persen dalam waktu dua bulan, dan jika tidak? Seulgi akan mendepak Taeyong begitu saja. Oh, yang benar saja? Selama ini Taeyong tidak pernah berpikiran memajukan perusahaan, yang terpenting perusahaan aman itu sudah cukup. Namun, kini Taeyong terpaksa harus bekerja keras demi mendapatkan kembal kepercayaan Seulgi.

Bagaimanapun ia butuh uang Seulgi.

"Buat aku percaya kau sudah berubah," lanjut Seulgi.

"Percaya padaku, Sayang." Senyum manis ia suguhkan untuk sang istri. Namun, sayangnya kali ini Seulgi tak akan luluh dengan senyum Taeyong. Wanita itu tetap memasang wajah datar.




#####



Taehyung melepaskan jas dokter yang tengah ia kenakan. Menyampirkan pada sandaran kursi, sebelum menduduki kursi tersebut. Ia bersandar, dengan tangan kiri memijit kening yang terasa berdenyut. Tangan kanannya membuka laci meja kerja, mengambil kotak beludru berwarna biru yang di dalamnya terdapat cincin bermatakan berlian yang indah.

Ia tersenyum miris. Rencananya minggu lalu ia akan melamar sang kekasih, Jennie. Namun, belum sempat ia utarakan niatannya, Jennie sudah lebih dulu memutuskan hubungan mereka dengan cara yang cukup menyakitkan.

"Aku mencintai pria lain."

Suara Jennie terngiang-ngiang di telinga, bersahut-sahutan dengan suaranya sendiri.

"Aku mencintai gadis lain."

Ia menghela napas, inikah yang disebut dengan karma?

Apakah ini karma atas apa yang ia lakukan di masa lalu?

Memikirkannya saja sudah cukup membuat kepala Taehyung semakin pening. Mendadak ia merasa bersalah pada Jisoo. Sesakit inikah perasaan Jisoo dulu?

Apa jika ia meminta maaf sekarang, Jisoo akan memaafkannya? Karena demi apa pun, Taehyung benar-benar tak bisa berhenti memikirkan kesalahannya pada Jisoo. Alih-alih memikirkan Jennie yang meninggalkannya demi pria lain, Taehyung malah sibuk memikirkan Jisoo akhir-akhir ini.



#####



Satu hal lagi yang membuat Taeyong kesal setengah mati pada Seulgi. Wanita itu memintanya untuk menawarkan kerjasama pada V.I.P Group, perusahaan yang sudah tak bisa diragukan lagi kesuksesannya. Taeyong tak tahu, jika saat ini perusahaan tersebut tengah dipimpin oleh putri semata wayang Kwon Jiyong, yang tak lain adalah matan kekasih Taeyong.

Rasanya Taeyong ingin balik badan dan pergi dari sini. Pertemuan terakhirnya dengan Jisoo bisa dibilang tak begitu menyenangkan. Saat itu ia ingin merayu Jisoo, dan Jisoo memakinya dengan sindiran halus. Lalu jika saat ini ia mengajukan proposal kerjasama, akankah Jisoo menerima, ataukah langsung menolak?

Taeyong sudah ketar-ketir sendiri. Bila tahu akan dihadapkan dengan situasi seperti ini, ia tak akan menggoda Jisoo malam itu.

"Bisa Anda jelaskan tawaran yang akan Anda ajukan, Tuan Lee?"

Taeyong sedikit terperanjat, ia bahkan tak sadar Jisoo sudah duduk di depannya. "Ah, iya." Dengan sedikit gugup Taeyong mulai menjelaskan tentang proposal yang ia bawa, dengan kemampuan seadanya. Ia sedikit menyesal karena terlalu sering bermain-main, sampai kemampuannya presentase benar-benar, ah, ... wajahnya bahkan memias saat ini. Namun, sebisa mungkin ia tutupi dan berusaha terlihat tenang. Ia tak ingin terlihat memalukan di depan wanita ini, terlebih wanita ini adalah wanita yang pernah ia campakkan.

Ah, mengingat ia pernah mencampakkan Jisoo, rasa percaya dirinya semakin meningkat. Ada rasa bangga tersendiri untuknya karena pernah meninggalkan Jisoo. Setidaknya wanita ini pernah bertekuk lutut di depannya.

"Cukup," potong Jisoo. Mati-matian ia mengulum senyum geli.

Lee Taeyong yang terkenal dengan pesona dan kepercayaan diri yang tinggi, kini terlihat sedikit gugup? Sekuat apa pun ia tutupi, Jisoo masih bisa melihat kegugupan dalam diri Taeyong.

Ternyata benar, Lee Taeyong hanyalah laki-laki bodoh yang hanya bisa merayu wanita. Begini ingin menjadi pebisnis? Jisoo menggeleng pelan, memalukan.

Akan tetapi, karena Jisoo ingin bermain-main, baiklah, akan Jisoo ajari bagaimana caranya berbisnis.

"Apa Anda sudah meninjau secara langsung resort tersebut?"

"Tidak," jawab Taeyong. Bawahannya sudah meninjaunya, untuk apa Taeyong repot-repot ke sana.

"Saya tidak bisa menerima tawaran Anda. Sebelum Anda sendiri yang meninjau resort tersebut." Jisoo mendorong dokumen di atas meja ke arah Taeyong. Ia tersenyum kecil melihat wajah Taeyong.

Resort yang Taeyong ajukan untuk direnovasi dan kelola bersama ada di suatu desa. Dengan mengandalkan panorama alam yang masih hijau, resort tersebut akan memiliki daya tarik sendiri untuk para pelancong.

Namun, satu hal yang membuat Taeyong sedikit bimbang. Jika ia harus meninjau sendiri tempat tersebut. Artinya, Taeyong harus pergi ke desa.

Desa?

Membayangkannya saja kepala Taeyong sudah pening.

"Saya tidak bisa percaya begitu saja, jika bukan Anda yang meninjaunya sendiri. Ini bisnis, Tuan Lee." Jisoo mengetukkan pulpen di tangan pada meja. "Apalagi perusahaan ini bukan perusahaan biasa. Kami harus selektif dalam memilih kerja sama." Jisoo tersenyum. Ia hanya ingin mengingatkan, bahwa perusahaan milik Taeyong atau bahkan istrinya sekali pun tak ada apa-apanya dibandingkan perusahaan milik Jisoo.

Jisoo sedang membayangkan, pria seperti Lee Taeyong pergi ke desa, pasti menyenangkan.

"Seharusnya jika Anda paham hal itu, Anda akan meninjaunya sendiri tanpa saya ingatkan sebelum mengajukan proposal ini. Bukankah Anda sudah lama di dunia bisnis, Tuan Lee?"

Taeyong merasa tertampar seketika, entah kenapa ia merasa Jisoo sedang menyindirnya. Seolah-olah meremehkan dirinya. Membuat Taeyong sedikit merasa tersinggung. Secara tak langsung Jisoo mengatakan ia buta dunia bisnis. Ingin marah, tapi itu benar. Selama ini ia hanya mengandalkan Seulgi, dan sibuk mengencani wanita cantik. Mana paham dia dengan hal seperti ini. Ia memang memimpin perusahaan. Namun, nyatanya Seulgi yang mengendalikan perusahaan di tengah kesibukannya sebagai seorang designer.  Baiklah, ini demi harga diri dan demi kepercayaan Seulgi. Ia harus melakukannya meskipun dengan hati yang sangat-sangat terpaksa.

"Saya akan ke sana, segera," ucapnya akhirnya.

"Ya, berikan saya gambar yang Anda ambil sendiri." Senyumnya mengembang. Ia berterima kasih pada istri Taeyeong, yang sudah mengirimnya pada Jisoo. Membuat Jisoo memiliki kesempatan untuk menghancurkan pria ini.

Kim Yeri, kunci dari kehancuran Lee Taeyong.

......

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang