Antagonis:09

4.3K 818 237
                                    

Jisoo merasakannya—tatapan para karyawan yang tak seperti biasa terus mengekori setiap langkah yang ia ambil. Ada sesuatu, Jisoo sadar itu, tentu saja. Terlebih bisik-bisik samar dari mereka yang sedikit Jisoo tangkap 'Bae Suzy' disebut-sebut oleh mereka, sambil diam-diam melirik ke arah Jisoo, lalu melirik ke arah ruangan direktur di depan sana.

Jisoo mendesis prihatin, dua orang bodoh itu benar-benar tolol!

Bagaimana bisa mereka mengumbar hubungan memalukan mereka di depan umum?

Jika mereka pintar, tentu saja mereka akan bertindak hati-hati untuk menjaga nama baik mereka.

Yah, mau bagaimana lagi? Namanya juga manusia bodoh. Tidak mungkin akan bertindak pintar, dan Jisoo tak bisa berbuat apa-apa selain menertawakan mereka.

Jisoo mati-matian menahan diri untuk tidak memutar bola mata jengah. Dapat Jisoo tebak, pasti para karyawan yang haus berita berbau drama itu sedang berangan-angan saat ini. Pasti dalam bayangan otak kecil mereka sedang berputar adegan; wanita menangis tersedu sambil menampar wanita idaman lain suaminya, dan seorang pria yang berdiri mematung kebingungan menyaksikan istri dan selingkuhannya bersitegang. Adegan yang klise.

Oh, bolehkah Jisoo mengumpat?

Kenapa manusia begitu suka drama-drama murahan seperti itu?

Akan tetapi maaf, Jisoo tentu tidak akan melakukan apa yang berada dalam bayangan mereka. Mereka harus kecewa karena yang Jisoo lakukan adalah; membuka pintu dengan pelan, memasang senyum manis, lalu berkata dengan nada sedikit tinggi agar sekretaris yang berdiri di dekat pintu dan tengah bersiaga menguping, dapat mendengar apa yang ia katakan dengan jelas.

"Oh, ya ampun Suzy, ada apa dengan pipimu? Apa kau terluka? Kenapa Sehun menyentuh pipimu?" Dengan nada khawatir sebagai seorang sahabat pada sahabatnya.

Lalu sekretaris wanita itu akan menyebarkan apa yang Jisoo katakan dan menebak-nebak apa yang tengah dua orang di dalam sana lakukan. Karena otak kecil mereka, pasti mereka akan berpikiran hal-hal negatif.

Tebak apa yang akan Jisoo dapatkan dari akting ini? Nama baik, tentu saja. Orang-orang dengan pikiran sempit itu akan menganggap, Jisoo adalah wanita polos—atau bodoh—yang telah dikhianati suaminya. Orang-orang akan bersimpati pada Jisoo, dan sebaliknya. Mereka akan mulai tidak menyukai Sehun dan Suzy—dua orang tukang selingkuh. Sedikit demi sedikit rumor tentang sifat tak baik mereka akan menyebar luas dari mulut ke mulut, dan orang-orang akan mulai tak menyukai mereka.

Lalu akibat kebodohan mereka berdua, jika suatu hari Sehun menceraikannya dan menikahi Suzy. Orang-orang akan menghujat pasangan itu, dan akan mengagumi sosok Jisoo yang akan—berpura-pura—memasang wajah terluka dan senyum tabah menyaksikan pernikahan sang mantan suami di depan altar. Seumur hidup Jisoo akan dikagumi sebagai wanita yang berhati kuat yang merelakan sang suami tercinta bersama wanita lain, dan dua orang tukang selingkuh itu akan dijuhat seumur hidup mereka karena telah mengkhianati wanita polos yang malang. Drama yang epik!

Ini masih terlalu dini untuk berpikir saat hari itu akan tiba. Namun, tak ada salahnya 'kan merancangnya dari sekarang?

Jisoo menutup pintu ruangan Sehun dengan pelan. Sehun yang tengah mengusap pipi Suzy segera menarik tangannya. Mereka berdua begitu terkejut melihat kehadiran Jisoo yang tiba-tiba, dan kalimat yang Jisoo katakan. Entah apa yang Jisoo rencanakan, yang jelas pasti hal itu tak akan menguntungkan mereka.

Kini wanita itu memasang senyum angkuh, berjalan ke arah kursi kerja Sehun, dan tanpa sungkan duduk di sana dengan pandangan masih terpaku pada dua orang di sofa panjang yang tersedia di ruangan.

Entah kenapa, melihat Jisoo dengan setelan baju kerja tengah duduk di kursi kerja Sehun, Suzy merasa aura Jisoo semakin terasa kuat. Wanita itu terlihat begitu kuat dan berkelas, khas wanita terhormat berpendidikan tinggi. Hal itu membuat Suzy tersadar, betapa kecilnya ia dihadapan Jisoo—putri tunggal dari pengusaha terkaya di negaranya. Bukan berarti Suzy adalah wanita tak berpendidikan. Namun, sepintar apa pun dirinya, tentu tak bisa dibandingkan dengan Kwon Jisoo.

Ia melirik was-was ke arah sang kekasih, mendadak ia mulai merasa takut. Bagaimana jika sewaktu-waktu Sehun berpaling pada Jisoo?

Mereka telah menikah dan tinggal satu atap, tidak ada yang bisa menjamin Sehun tak terjerat pada pesona Kwon Jisoo. Bukankah cinta bisa datang karena terbiasa?

"Kau benar-benar tak sopan!" Sehun mendelik tak suka pada wanita yang dengan seenaknya duduk di kursi kerja Sehun tanpa seizin sang pemilik. Begitu dikatakan wanita terhormat? Memuakkan!

"Bisakah tidak membahas tentang sopan santun denganku?" tanyanya dengan wajah polos, "Di saat kau sendiri tak tahu apa itu sopan santun!" Wajahnya yang semula terlihat polos berubah seketika. Ia memasang senyum remeh dengan lirikan tajam ke arah Sehun.

Orang tukang selingkuh menyinggung soal sopan santun? Tolong jangan membuat Jisoo tertawa, okay.

Jisoo benar-benar lelah, kenapa ia dihadapkan dengan orang-orang bodoh di sekelilingnya? Di situasi seperti ini, Jisoo mulai lelah menjadi orang pintar. Ia menghela napas berat, melihat Suzy duduk dengan kikuk dan Sehun yang terus menatapnya dengan pandangan permusuhan tanpa alasan yang jelas. Jisoo hanya duduk dan bernapas, kenapa menimbulkan efek begitu besar pada mereka.

"Untuk apa kau ke sini?"

"Sebenarnya aku ingin melihat dua orang tukang selingkuh bermesraan." Jisoo memainkan ponselnya sambil bersandar pada kursi. Ia menggerakkan kursi ke kiri-kanan dengan pelan, menyamankan diri.

"Tak bisakah kau berhenti menguji kesabaranku?" Sehun benar-benar muak dengan wanita pengganggu itu. Apa dia tak memiliki pekerjaan sehingga mendatangi kantornya dan menganggu waktunya bersama Suzy? Terlebih keberadaan wanita itu membuat Suzy merasa tak nyaman, rasanya Sehun ingin menyeret wanita itu dan melemparnya dari sini—atau bahkan melemparnya dari kehidupan Sehun. Pria itu benar-benar muak melihat wajah wanita sialan itu.

Suzy terus menundukkan kepala sambil memainkan jari-jari gugup. Jisoo terus memperhatikann wanita itu, ia mengabaikan kalimat Sehun yang sama sekali tak penting. Jisoo tersenyum sinis, bahkan ia tak melakukan apa pun, tapi wanita itu terlihat begitu ketakutan? Tck, Jisoo sedikit tersinggung dengan sikap berlebihan wanita itu. Wajahnya tak seburuk itu untuk membuat orang-orang ketakutan. Mendadak ia merasa bosan di sini, tak ada hal menarik di sini. Jisoo bangkit dari kursi, buang-buang waktu ia di sini. Tak ada hiburan yang menyenangkan.

"Hey, Tuan Choi," ia berkata sambil melangkah ke arah pintu, "aku sudah mengirim email padamu, pelajarilah. Sebenarnya aku ingin membicarakan proyek itu denganmu, tapi aku kasihan melihat kekasihmu ketakutan. Jadi, pelajarilah sendiri. Jangan jadi orang bodoh saat rapat." Pintu tertutup, dan Jisoo sudah meninggalkan ruangan. Semoga saja Sehun bisa pintar di saat-saat tertentu agar tidak mempermalukan diri.

Proyek ini begitu penting.

Penting untuk perusahaan, dan penting untuk rencana tengah Jisoo susun.









#####









"Nyonya," panggil sang sekretaris saat ia baru saja kembali ke kantor.

"Hm?"

"Tuan Park sedang menunggu Anda di ruang tunggu."

Jisoo berhenti melangkah, ia berbalik dan menatap ke arah sang sekretaris. "Tuan Park?" Meskipun ia sudah menduga siapa yang akan datang, tapi tak ada salahnya memastikan. Siapa tahu Chanyeol yang mendatanginya. Mengingat pria itu beberapa hari ini menerornya, karena tidak menemui pria itu. Sedangkan Jisoo meluangkan waktu untuk Jaehyun dan Yifan, katanya Jisoo tak adil. Benar-benar kekanakan. Jisoo menggelengkan kepala mengingat sikap Park Chanyeol.

"Tuan Park Jinyoung dari A.G.S group."

Mendengar jawaban dari sang sekretaris, Jisoo tak dapat menahan senyum lebarnya. Ia melangkah dengan cepat, menemui pria itu. Ia tahu, cepat atau lambat dia akan datang. Siapa lagi yang bisa menolong perusahaannya selain Jisoo—lebih tepatnya perusahaan milik ayah Jisoo yang saat ini Jisoo kendalikan selama ayahnya pergi ke luar negeri.







.....

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang