Jisoo memilih bermalam di salah satu hotel milik ayahnya. Ia ingin menenangkan diri malam ini. Menghindari pertengkaran dengan Sehun yang tak bisa dihindari di setiap pertemuan mereka. Wanita itu berdiri di depan balkon dengan gaun tidur tipis berwarna kuning gading membalut tubuh. Tangannya menggenggam gelas kecil berisi wine putih. Matanya menatap pemandangan kota malam hari, sedangkan pikirannya menerawang entah ke mana. Dinginnya angin malam yang menerbangkan surainya pun tak ia hiraukan.
Alunan lagu lama milik Arash dan Helena memecah kesunyian malam. Lagu yang seolah mewakili perasaan dan keinginan terdalam seorang Kwon Jisoo. Mata Jisoo memejam menikmati setiap lirik dalam lagu, diikuti sebulir air mata yang melewati pipi. Siapa dirinya? Dia hanyalah Kwon Jisoo si wanita biasa, yang juga memiliki rasa sama seperti wanita lainnya. Dia hanyalah wanita rapuh yang ingin menuntut keadilan pada orang-orang yang telah menyakitinya, apa dia salah? Terkadang ada rasa ragu dalam dirinya untuk melanjutkan apa yang telah ia susun dengan matang.
Ia memikirkan perasaan Kang Seulgi, bagaimana perasaan wanita itu jika tahu seberapa busuk suaminya? Ia memikirkan perasaan Kim Jennie yang takutnya terlalu jatuh hati pada Kai. Ia memikirkan perasaan ibu Jinyoung yang pasti sakit saat melihat putranya rapuh. Bagaimanapun juga, Jisoo adalah wanita. Namun, jika tidak sekarang, kapan Seulgi akan tahu keburukan Lee Taeyong? Jika Jennie benar-benar wanita baik, tidak mungkin dia berselingkuh dari Taehyung 'kan? Jika Jinyoung tidak bodoh, tidak mungkin dia seteledor itu bukan? Jadi, apa semuanya kesalahan Jisoo sepenuhnya? Tidak.
Jisoo hanya merencanakan, mereka sendiri yang menentukan hasilnya akan seperti apa. Jemari lentiknya mengusap bekas air mata di pipi. Tidak! Ia tidak boleh mundur, ia harus meneruskan apa yang sudah ia rencanakan. Mereka berempat harus tahu rasanya ditinggalkan orang yang paling kita sayang dan percaya. Mereka harus tahu sesakit apa itu sakit hati. Mereka harus merasakan rasanya tidak bisa tidur menahan sesak dan perih karena cinta.
#####
Taehyung menghela napas lega saat punggungnya menyentuh permukaan kasur. Seharian ini ia sibuk di rumah sakit sampai tak memiliki waktu beristirahat. Pria itu memejamkan mata, lalu kembali tersentak saat bayang-bayang wajah manis seorang gadis dengan seragam senior high school menatapnya terluka, terbayang saat ia menutup mata. Pria itu terduduk dan memijit kening yang terasa berdenyut.
Semenjak Jennie meninggalkannya demi pria lain, ia tak bisa tidur dengan nyenyak. Ia sering memimpikan saat Jennie mengatakan telah mencintai pria lain padanya, dan juga saat dirinya mengatakan mencintai gadis lain pada wanita di masa lalunya. Kejadiannya sama persis, membuat Taehyung berpikir; Inikah yang disebut karma?
Apakah ini balasan baginya atas apa yang dia lakukan pada Jisoo di masa lalu? Di mana dia memutuskan Jisoo dengan alasan; Mencintai gadis lain. Demi Tuhan! Rasanya benar-benar sakit, jika tahu begini sakitnya, Taehyung pasti akan memohon maaf sebanyak yang ia bisa pada Jisoo. Pantas saja Jisoo begitu terlihat membencinya. Pantas saja Jisoo terlihat begitu memusuhinya. Ternyata apa yang telah ia lakukan di masa lalu benar-benar keterlaluan. Apa yang harus Taehyung lakukan untuk menebus kesalahannya pada Jisoo?
#####
“Ke mana saja kau tadi malam?” Tanpa perlu mengetuk pintu, Sehun menerobos masuk ke dalam kantor Jisoo. Dari ekspresinya pun sudah dapat ditebak pria itu tengah marah saat ini. Siapa yang tidak marah jika semalaman menunggu kepulangan istrinya, tetapi yang ditunggu tak pulang sampai pagi. Sehun bahkan rela bergadang demi bisa menyambut kepulangan Jisoo. Pertemuannya dengan Tzuyu membuatnya begitu penasaran, benarkah Jisoo sebaik yang Tzuyu katakan? Oleh karena itu, ia ingin memulai pertemanan dengan Jisoo untuk membuktikannya. Namun, wanita itu malah tidak pulang dan entah bermalam di mana.
“Menurutmu?” tanya Jisoo balik. Melihat wajah marah Sehun, menjadi hiburan tersendiri baginya. Meskipun sejujurnya ia begitu kesal dengan sikap Sehun yang menerobos seenaknya ke dalam ruangannya. Rasa kesalnya seketika hilang melihat wajah murka Sehun. Pagi-pagi begini lumayan untuk mengasah kemampuan lidahnya dalam bermain kata.
Amarah Sehun semakin menjadi mendengar jawaban ambigu dari Jisoo. Ia bahkan tahu dengan jelas, bahwa kemarin siang Jisoo bersama Kris Wu. Berbagai asumsi negatif tengah berputar di kepala. Ia sedikit menyesal pernah memiliki niat untuk berdamai dengan wanita ular ini. Sekali wanita ular, tetaplah wanita ular. “Kau bermalam di tempat Kris Wu? Inikah kelakukan wanita yang mengaku terhormat?” hardik Sehun dengan wajah meremehkan. Wanita yang selalu membanggakan kehormatannya, kelakuannya tidak lebih dari seorang jalang!
Jisoo tak dapat menahan tawa mendengar apa yang Sehun katakan. Pria bodoh dengan pikiran sempitnya. “Sesempit itukah pikiranmu?” Menggeleng pelan dengan dramatis sembari berdecak, “Tck, ck, ck. Kau tahu? Apa yang baru saja kau katakan adalah caramu menunjukkan dirimu sendiri. Perkataanmu adalah jati dirimu, Tuan Choi.”
“Tidak usah mengelak lagi! Aku tahu kemarin siang kau bersama dengan Kris Wu!” ucap Sehun dengan amarah yang entah kenapa semakin menjadi dalam dadanya. Entah karena ucapan Jisoo yang meremehkannya, atau karena pemikiran Jisoo bermalam bersama Kris Wu, yang jelas ia benar-benar marah pada wanita angkuh di depannya ini.
“Lantas apa itu menjadi jaminan aku bermalam bersamanya? Ada lebih dari selusin hotel di sekitar sini, kenapa aku harus bermalam di tempat Kris? Aku tidak semiskin itu sampai tak mampu menyewa hotel.” Jisoo tersenyum miring melihat wajah pias Sehun. “Kau terlihat seperti seorang suami yang sedang cemburu. Kuharap kau tidak sedang jatuh hati padaku.” Dengan santai Jisoo bersandar pada kursi kerja. “Karena jika itu terjadi, sainganmu terlalu berat, Tuan Choi.” Seringai miring semakin mengembang melengkapi wajah angkuhnya.
Sehun dapat merasakan wajahnya memanas. Kenapa perkataan Jisoo begitu mengena rasanya? Kenapa pula ia semarah itu jika Jisoo benar-benar bermalam bersama Kris? Apa pedulinya dan apa pengaruhnya untuknya? Seharusnya ia tak perlu sepeduli ini. Apa pun yang Jisoo lakukan, itu bukanlah urusannya. Ya, harusnya begitu. Ia merasa ini bukanlah dirinya, tidak seharusnya ia melakukan ini. Tanpa berkata apa-apa Sehun berbalik meninggalkan ruangan Jisoo. Ia rasa, ada yang tak beres dengan dirinya.
Senyum kemenangan yang semula menghiasi bibir, luntur seketika saat Sehun telah menghilang di balik pintu. Jisoo menekan dada yang terasa sesak, padahal ia mengharapkan Sehun menyangkal atau bahkan memakinya saat ia mengatakan, Sehun cemburu. Namun, pria itu malah tak membantah atau pun memakinya dengan kata kasar seperti biasa. Jisoo pikir dengan memancing kemarahan Sehun, ia bisa mendapatkan hiburan dengan perdebatan kecil di pagi hari, tapi dia salah.
Tidak mungkin Sehun mulai memiliki rasa padanya, 'kan? Sehun membencinya 'kan? Sehun selalu menganggapnya wanita ular yang pantas dibenci, tidak mungkin pria itu tertarik sampai mulai menyukainya 'kan? Akan tetapi, sikap Sehun begitu berbeda hari ini. Jisoo tak ingin terlalu banyak berharap dan akhirnya kembali rapuh. Tidak! Itu tak boleh terjadi. Ia harus sadar diri jika Sehun tak menyukainya. Di mata pria itu hanya ada Bae Suzy, ia harus mengingat itu baik-baik.
......

KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonis
FanfictionTerlalu sering merasakan sakit hati, membuat sisi antagonis seorang Kwon Jisoo mendominasi. Mereka, yang pernah menyakitinya akan mendapatkan balasan satu per satu. Dimulai dari Park Jinyoung, Kim Taehyung, Lee Taeyong, dan yang paling keparat Choi...