Antagonis:08

3.8K 782 194
                                    

Taehyung melirik arloji yang melingkari pergelangan tangan, entah untuk yang keberapa kali. Pria yang bekerja sebagai dokter umum di salah satu rumah sakit ternama itu melirik gelisah ke sekitarnya. Ini sudah dua jam lewat dari waktu yang sudah ditentukan. Kenapa Jennie belum datang juga?

Taehyung benar-benar khawatir, bagaimana bila terjadi sesuatu pada kekasihnya?

Tidak biasanya Jennie telat saat mereka kencan. Biasanya wanita itu begitu bersemangat, bahkan sering datang lebih dulu ke tempat janjian daripada Taehyung. Namun, sekarang wanita itu belum datang. Wajar saja jika Taehyung khawatir. Dua jam adalah waktu yang lama, ke mana kekasihnya?

Semoga Jennie baik-baik saja, harapnya dalam hati. Semoga tidak terjadi apa-apa pada kekasihnya.

Tak lama kemudian, Taehyung segera bangkit dari kursi taman saat melihat siluet yang sudah ia hapal luar kepala. Pria itu menghela napas dan tersenyum lega melihat kedatangan sang kekasih. Rasa khawatirnya lenyap saat sosok cantik itu terlihat baik-baik saja.

"Jennie, aku—"

"Taehyung." Jennie memotong kalimat yang hendak Taehyung katakan. Wanita itu terlihat menghela napas panjang sebelum berucap, "Aku rasa hubungan kita cukup sampai di sini." Tanpa basa-basi kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirnya. Wanita itu memasang tampang bersalah. Namun, mau bagaimana lagi? Sudah cukup lama ia menahannya, lebih baik ia katakan sekarang pada Taehyung.

"Jennie, ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?" Diraihnya tangan sang kekasih, ditatapnya wajah cantik Jennie menuntut penjelasan. Ia rasa, ia tak melakukan kesalahan apa pun, tapi kenapa Jennie tiba-tiba mengatakan hal yang tak pernah Taehyung pikirkan. Bukannya menjelaskan tentang keterlambatannya, kekasihnya malah mengucapkan lelucon yang sama sekali tak lucu.

Jennie melepaskan tangan Taehyung yang tengah menggenggam tangannya. "Tidak ada apa-apa, tapi aku ingin hubungan kita berakhir sampai di sini." Wanita itu terlihat begitu yakin dengan ucapannya.

Bukan hanya sekedar terkejut, tetapi Taehyung sangat-sangat terkejut dan tak menyangka dengan kalimat yang terlontar dari bibir sang kekasih. Ah, apa mungkin Jennie sedang mengerjainya? Hubungan mereka baik-baik saja akhir-akhir ini. Tidak ada pertengkaran baik itu pertengkaran kecil, atau pun pertengkaran besar di antara mereka. Jadi, tidak ada alasan untuk Jennie mengakhiri hubungan mereka.

Tiba-tiba sosok pria tampan dengan pakaian modis terlihat mendekat ke arah mereka dari arah Jennie datang tadi. Pria itu berdiri di samping Jennie, merangkul bahu sang wanita dengan erat, dan menatap Taehyung dengan remeh. Namun, tak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya terdiam, dengan tangan yang masih bertengger di bahu Jennie dan tatapan menilai dari bawah ke atas sosok Taehyung.

Taehyung hendak bertanya, apa-apaan pria itu? Merangkul kekasihnya tepat di depan matanya?! Taehyung tak bisa menerima ini. Ia cemburu, tentu saja. Siapa yang tak cemburu melihat sang kekasih di rangkul oleh pria lain? Belum sempat buka suara, Jennie sudah lebih dulu menyela.

"Maaf Taehyung, tapi aku mencintai pria lain."

Taehyung terkesiap, pikirannya mendadak kosong. Bahkan ia tak sadar Jennie dan kekasih barunya telah berlalu dari hadapan. Taehyung masih mematung, kalimat Jennie membuatnya merasa ... dejavu.








#####










Jisoo menyesap kopi yang tersedia di meja kerjanya perlahan-lahan, lalu menaruh kembali cangkir tersebut ke tempat semula. Sesekali bibirnya bersenandung lirih, akhir-akhir ini ia benar-benar merasa baik. Suasana hatinya begitu bagus. Ia menghentikan pergerakannya membuka dokumen, terdiam sebentar sebelum akhirnya tertawa pelan.

Kai berhasil mendapatkan hati Jennie.

Kim Jennie sudah meninggalkan Taehyung, dan mengatakan ia mencintai pria lain di depan wajah Taehyung.

Oh, bagaimana rasanya Kim Taehyung?

Bagaimana rasanya saat orang yang kau cintai, memutuskanmu dan mengatakan mencintai orang lain, tepat di depan wajahmu?

Menyenangkan bukan?

Jisoo sedang membayangkan bagaimana ekspresi bodoh pria itu. Emmm ... sepertinya ia harus menanyakannya lebih rinci pada Kai. Sepupunya itu benar-benar bisa diandalkan.

Ingat! Jisoo tak salah di sini. Jika wanita itu sungguh-sungguh mencintai Taehyung, maka wanita itu tak akan tergoda pada pesona Kai. Wanita itu akan tetap setia pada Taehyung. Anggap saja Kai adalah ujian, dan wanita itu tak lolos ujian.

Lalu, di mana salah Jisoo?

Ia hanya menjadikan Kai sebagai alat penguji cinta mereka. Jisoo tak menyuruh Jennie jatuh hati pada Kai. Jisoo tak menyuruh Jennie mengkhianati Taehyung. Jisoo juga tak menyuruh Jennie memutuskan Taehyung.

Semua itu keinginan Jennie sendiri. Jadi, bukan salah Jisoo Jennie meninggalkan Taehyung. Jisoo hanya mengamati dan menikmati hasilnya.

Wanita itu melepaskan kaca mata yang bertengger di atas cuping hidung mancungnya. Berdiri dari kursi kebesarannya dan melangkah dengan ringan ke arah pintu. Sudah jam makan siang, saatnya menemui sang suami—keparat—di kantornya. Lupakan tentang Kim Taehyung tengah patah hati. Ada hal yang lebih penting dari semua itu.

Jangan salah paham! Bukan suaminya yang penting, tetapi urusannya dan suaminya begitu penting. Ini menyangkut kelanjutan rencana Jisoo untuk si tuan Lee dan tuan Park—yang entah kenapa belum mendatangi Jisoo juga hari ini. Akan tetapi tak masalah, hari ini Jisoo cukup senang dengan kabar patah hatinya sang mantan. Ia sudah puas.





#####






Bae Suzy sungguh-sungguh luar biasa. Ia tak pernah terlihat tak menawan, apa pun yang ia kenakan terlihat begitu mewah di tubuhnya. Sekali pun hanya gaun kuning gading sederhana dipadukan dengan blazer putih polos yang tengah ia kenakan, wanita cantik yang satu itu tetap terlihat begitu luar biasa menawan setiap saat. Membuat siapa pun yang melihatnya begitu terpukau akan pesonanya yang tak pernah luntur.

Kehadiran wanita itu bukan lagi hal yang langka. Wanita itu sudah sering mengunjungi sang direktur perusahaan yang tak lain adalah sahabatnya. Namun, hari ini berbeda. Bukan! Bukan karena makanan yang dibawa oleh tangan Bae Suzy, itu juga sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Mereka—Suzy dan Sehun—memang sudah biasa makan siang bersama di ruangan sang direktur tampan. Akan tetapi yang membuat hari ini berbeda adalah, Choi Jisoo istri direktur pemasaran perusahaan ini, kini tengah melangkah dengan tegas. Namun, masih terkesan anggun khas wanita terhormat di koridor perusahaan, yang menarik perhatian para pegawai.

Bae Suzy baru saja memasuki ruangan Choi Sehun, dan kini istri dari Choi Sehun sedang melangkah ke sana.

Bisa ditebak apa yang berada di dalam kepala para pegawai yang tiap harinya berhadapan dengan tumpukan dokumen tebal?

Hiburan!

Mereka berharap mendapatkan sedikit hiburan hari ini.

Rasanya mereka semua tak begitu bodoh untuk menyadari hubungan antara Choi Sehun dan Bae Suzy. Tentu saja mereka tahu ada sesuatu di antara dua orang itu. Dari pengamatan mereka, jika Choi Sehun adalah pria normal, pastilah pria itu akan memilih Suzy. Wanita itu begitu cantik dah menawan. Namun, jika Sehun adalah pria normal yang pintar, pastilah pria itu akan memilih Jisoo yang sempurna.

Normal atau normal yang pintar. Bukan secara harfiah, tapi begitulah menurut para karyawan yang hobi mengamati.

Mata mereka semakin tajam memperhatikan, saat Jisoo membuka pintu ruangan Sehun. Oh, apa yang akan terjadi? Bagaimana reaksi Jisoo melihat suaminya bersama wanita lain di dalam sana.

Apakah Suzy tengah menyuapi Sehun?

Apakah mereka tengah bermesraan?

Okay, sepertinya para karyawan itu benar-benar ingin melihat drama.

.....

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang