Antagonis:04

4.4K 797 135
                                    


Hari ini akhir pekan, hari libur untuk semua orang. Sudah menjadi rutinitas Jisoo mengunjungi salah satu panti asuhan yang didirikan oleh mendiang ibunya di akhir pekan. Berada di sini Jisoo harus melepaskan semua sikap angkuh yang beberapa waktu ini melekat di dirinya. Berada di sini Jisoo menjadi dirinya sendiri—wanita lembut yang penuh kasih sayang.

Tersenyum manis sambil membaca dongeng tentang Putri Tidur dan Tujuh Kurcaci, dengan suara halus yang menyenangkan untuk anak-anak panti. Semua anak terdiam, mendengarkan dengan antusias dongeng yang diceritakan oleh Jisoo.



Saking seriusnya mendongeng, Jisoo bahkan tak sadar sepasang mata tajam kini memperhatikannya dari ambang pintu. Pria itu terpaku di tempat, menatap takjub pemandangan di dalam sana. Berpuluh-puluh kali ia datang ke tempat ini, kenapa baru sekarang ia bertemu dengan wanita yang pernah menjadi kekasihnya di masa lalu.

"Kak, apa kakak adalah pangeran yang diceritakan oleh Kak Jisoo?" tiba-tiba salah satu anak panti menyadari keberadaan pria itu, berlari ke arah pintu dan bertanya dengan tatapan polosnya.

Jisoo menoleh ke arah pintu, di sana salah satu anak panti tengah menarik ujung kemeja yang dikenakan oleh seorang pria dewasa yang berdiri dengan kikuk di depan pintu.

"Kak Taehyung," teriak semua anak kecil yang berada di dalam ruangan baca dengan gembira . Mereka segera berlari ke arah pria muda yang dipanggil 'Kak Taehyung' oleh mereka. Terlihat sekali mereka sudah akrab dengan Taehyung.

Taehyung tertawa pelan, menyambut mereka dalam pelukan hangat.

Jisoo membuang pandangan, tak menyangka akan bertemu dengan pria yang menjadi masa lalunya. Jisoo tidak tau, Kim Taehyung sesering apa datang kemari, tetapi melihat keantusiasan anak panti melihat kedatangan Taehyung. Jisoo bisa menebak, pria itu sudah pasti dekat dengan mereka.

"Kak, apa benar Kak Taehyung pangeran dalam dongeng Putri Tidur?" tanya salah satu dari mereka dengan polos.

"Dan Kak Jisoo adalah putri tidurnya!!!" seru yang lainnya.

Jisoo tersentak, kenapa mereka berpikir seperti itu?

Taehyung melirik Jisoo sebentar, tak menyangka akan bertemu dengan sang mantan di sini. Berjongkok, mensejajarkan tinggi dengan anak-anak panti, Taehyung bertanya dengan lembut, "Kenapa kalian bertanya seperti itu?"

"Kak Jisoo bilang, pangeran itu tampan dan Kak Taehyung tampan."

Mendengarnya, tawa Taehyung semakin menjadi. Mereka terlalu polos sampai berpikir seperti itu.









Jisoo berdecih dalam hati. Kenapa pria itu datang ke sini? Kenapa juga anak-anak terlihat begitu akrab dengan Taehyung? Membuat Jisoo jadi penasaran, seberapa sering Taehyung datang ke sini?

"Bukan," Taehyung menjawab, "Kakak bukan pangeran."

"Tetapi Kakak tampan, benar 'kan teman-teman?" ucap anak itu lagi yang dibenarkan oleh teman-temannya.

Taehyung terlihat gelagapan, bingung harus menjawab apa. Pria itu juga merasa tak nyaman telah mengganggu waktu anak panti dan Jisoo. Tau begini lebih baik menunggu di luar saja, bukannya terpaku di tempat sambil memandang Jisoo.

"Ah, Kakak membawa banyak mainan di luar, kalian tidak ingin melihatnya?"

Pengalihan yang bagus, karena sedetik setelahnya mereka semua berlari ke luar, tak sabar mendapatkan mainan baru. Taehyung menghela nafas lega. Pria itu beranjak, melangkah ke arah Jisoo yang mengembalikan buku dongeng yang ia baca ke tempat semula.

"Hai, aku tidak menyangka kita bertemu di sini setelah sekian lama."

"Hm," gumam Jisoo tanpa menoleh, karena demi apapun, Jisoo tak sudi berurusan lagi dengan pria itu. Melihat wajahnya hanya membuat Jisoo mengingat kenangan—menyakitkan—lama.

"Apa kabar?" tanya Taehyung dengan senyum yang menjadi khasnya.

Jisoo menghela nafas, berbalik menghadap Taehyung, bersedekap dada dan berujar, "Menurutmu?" tanyanya dingin.

Senyum Taehyung tak kunjung luntur. "Kau terlihat baik-baik saja, kurasa."

"Kalau sudah tau baik-baik saja, untuk apa bertanya? Buang-buang waktu."  Memutar bola mata, memperlihatkan perasaan jengah dengan terang-terangan.

Kali ini senyum Taehyung memudar. Pria itu mengerutkan kening.

Apa ada yang salah? pikir pria itu. Taehyung rasa, tak ada salahnya berbasa-basi dengan kawan lama, tetapi kenapa respon Jisoo begitu ketus?

"Aku tidak pernah bertemu denganmu sebelumnya, padahal aku sering datang ke sini." Masih mencoba bersikap ramah.

"Apa aku bertanya apa kau sering ke sini atau tidak?" Setelah mengatakan kalimat itu, Jisoo segera melengos pergi dengan langkah lebar. Hanya beberapa menit bersama Taehyung, emosi Jisoo sudah terpancing. Entahlah karena apa, emosi Jisoo mudah terpancing sekarang. Bahkan hanya karena masalah kecil pun.

Masalah?

Taehyung memang tidak membuat masalah saat ini, tetapi perbuatannya di masa lalu membuat semua tentangnya menjadi salah di depan Jisoo.

Jisoo tau, Taehyung hanya ingin berbincang dengannya. Cara Taehyung sangat sopan dalam menyapa, senyumnya juga masih ramah—seperti dulu. Tetapi, cara Jisoo memandang dunia sekarang berbeda.

Mantan adalah musuh.

Terlebih mantan yang meninggalkan bekas luka di hati. Tidak ada kata; beramah tamah untuk mereka.





Taehyung tersadar dari lamunannya, pria itu berbalik hendak memanggil Jisoo. Namun, wanita itu sudah tidak ada di ruangan yang sama dengannya. Padahal, Taehyung masih ingin berbincang dengan Jisoo.















#####










Gaun hitam elegan yang Jisoo kenakan, membuat wanita itu terlihat semakin menawan. Rambut panjang yang disanggul rapi, menyisakan beberapa helai anak rambut membingkai wajah cantiknya. Riasan sederhana yang terlihat begitu pas.

Membuat Kris tak dapat mengalihkan pandangan dari Jisoo yang baru datang. Untuk sekian kalinya, pria itu jatuh hati pada sang jelita.

Dengan sigap Kris berdiri dari kursi, menarik kursi di seberangnya, mempersilahkan Jisoo untuk duduk. Setelah Jisoo mengucapkan terimakasih, Kris segera kembali ke tempat semula.

"Lama menunggu?" tanya Jisoo sekedar basa-basi untuk kesopanan. Bagaimanapun Kris telah membantu melancarkan rencananya.

Kris tersenyum, senyum yang begitu memikat."Bukankah aku memang selalu menunggumu?"

Jisoo menahan diri untuk tidak memutar bola mata, jengah dengan kalimat yang sudah sering ia dengar.

"Kita sama-sama tau, apa yang dimaksud, 'lama menunggu' dalam konteks ini."

Kris tersenyum semakin lebar. Jisoo semakin cerdas, semakin pintar berkata-kata, semakin membuat Kris terpesona.

"Kau terlihat semakin cantik dengan gaun yang aku pilihkan."

"Aku tidak butuh pujian, tetapi terimakasih untuk gaun cantik ini," melirik gaun yang ia kenakan, "aku suka." Kali ini Jisoo tersenyum tulus. Ia benar-benar suka dengan gaun ini. Gaun yang membuatnya terlihat kuat dan berkharisma.

"Terimakasih kembali, Dear."

Hening sebentar.

Jisoo tau ada yang ingin Kris tanyakan, dan ia menunggu pertanyaan itu terlontar.

"Jadi?"

Jisoo tersenyum, akhirnya Kris menyerah.

"Jadi?" Meninggikan alis, bersikap seolah-olah tak mengerti dengan apa yang Kris katakan.

"Aku belum kehilangan kecerdasanku. Jadi, katakan apa yang ingin aku dengar." Kali ini Kris memasang wajah serius, menatap Jisoo tepat di manik mata.

"Aku butuh bantuanmu, Tuan Wu."

















........




AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang