14, bomb

395 61 2
                                    

Yeonjun sedari tadi hanya bisa menjambak rambutnya frustasi dan juga menyuruh Beomgyu untuk membawa mobilnya dengan lebih cepat.

Bagaimana tidak? Yeonjun sedari tadi sudah menghubungi penjaga dirumahnya untuk menjauh dari rumahnya, dan juga tidak lupa membawa Narin bersama mereka. Namun apa yang mereka katakan?

Pintu kamar Narin terkunci, dan gadis itu tidak mengeluarkan suara sedikitpun meski pintu kamarnya sudah digedor dan para penjaga sudah meneriaki namanya dengan kencang. Bagaimana Yeonjun tidak tambah frustasi?

"Ck! Lebih cepat Choi Beomgyu!"

"Sabar hyung, sebentar lagi sampai. Kalau kita celaka, siapa yang akan menyelamatkan gadismu itu?" sahut Taehyun yang masih sibuk dengan ipadnya.

"Terus hubungi ponsel Narin, Huening-ah!" ucap Yeonjun yang dibalas dengan anggukan oleh Huening.

"Aku sudah menemukan bomnya! Berada ditaman belakang," ucap Taehyun.

"Sudah sampai!"

Ucapan dari Beomgyu barusan membuat keempat pria itu berlari dengan cepat menyusuri mansion megah Yeonjun. Huening dan Beomgyu yang langsung menuju taman belakang, tempat bom berada. Taehyun yang langsung mengorganisir para penjaga untuk segera menjauh, takut bomnya terlanjur meledak sebelum Huening dan Beomgyu berhasil mematikannya. Dan Yeonjun, tidak usah ditanya lagi pria itu kemana.

Tentu saja menyelamatkan gadisnya.

"Narin-ah!"

"AHN NARIN!"

Yeonjun berdecak frustasi. Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, pria itu memutuskan untuk mendobrak pintu kamar Narin.

'BRAK!'

Setelah percobaan kedua, akhirnya pintu itu berhasil terbuka. Mata Yeonjun langsung menatap kesegala arah, berusaha mencari keberadaan gadisnya namun nihil.

Narin tidak ada dikamarnya!

Jantung Yeonjun kembali berdegup kencang. Pikirannya sudah menjalar kemana-mana. Kini hanya satu harapan Yeonjun, yaitu kamar mandi yang berada dikamar Narin.

'Cklek!'

Baru saja Yeonjun mengambil ancang-ancang untuk kembali mendobrak pintu kamar mandi, namun tiba-tiba pintu itu terbuka dan menampilkan sosok seseorang yang Yeonjun cari sedari tadi.

Tentu saja, Ahn Narin yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk kimononya, dan juga rambutnya yang masih basah.

Pemandangan dihadapannya membuat Yeonjun seketika lupa akan niatnya untuk membawa Narin keluar dari rumahnya. Bisa-bisanya gadis itu berpenampilan seperti ini dihadapannya? Bagaimana jika tadi bukan Yeonjun yang memasuki kamarnya melainkan pria lain? Yeonjun tidak bisa membayangkannya.

"Sedang apa disini? Bukannya tadi—" Ucapan Narin terhenti saat tiba-tiba Yeonjun menghamburkan diri kedalam pelukannya.

"Hei? Ada apa?" tanya Narin sembari membalas pelukan Yeonjun.

"Mengapa kau tidak bisa dihubungi? Kau benar-benar membuatku takut," cicit Yeonjun pelan. Pria itu menenggelamkan wajahnya dibahu Narin.

"Maaf, aku sedang mandi tadi. Bukannya kau bilang mau kembali ke markas—"

'Drrt.. Drrt!'

Ucapan Narin lagi-lagi terhenti saat ponsel Yeonjun bergetar. Membuat pria tersebut terpaksa melepas pelukannya dan mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.

"Kenapa? Apa ada masalah?"

'Bomnya sudah berhasil dimatikan, hyung—'

"HAH? BOM?" Narin yang mendengar ucapan Yeonjun dan Beomgyu via telfon itu membulatkan kedua bola matanya terkejut. Apa dia tidak salah dengar? Ada bom dirumah ini?

'Apa itu Narin noona? syukurlah ia tidak apa-apa. Apa kami perlu menyusul ke kamar Nari—'

"Tidak! Tidak usah! Kalian kembali saja ke markas, nanti aku dan Narin menyusul." Sahut Yeonjun dengan cepat. Pria itu tidak dapat membiarkan teman-temannya itu melihat gadisnya yang sedang berpenampilan seperti ini. Hanya dia seorang yang boleh menikmati pemandangan tersebut.

'Baiklah hyung.' ucap Beomgyu lalu mematikan sambungan telfon mereka.

"Aku tidak salah dengar kan? Bom?" sahut Narin dengan wajah paniknya.

"Hm, tapi sudah berhasil dimatikan. Tenang lah, tidak usah panik seperti itu, kau malah membuatku ingin menggigit pipimu saat ini." ucap Yeonjun sembari mengelus surai hitam Narin lembut.

Narin yang mendengar ucapan Yeonjun barusan sontak mencubit kecil perut pria itu. Bisa-bisanya disaat seperti ini prianya berbicara seperti itu.

"Kalau begitu ayo cepat kita pergi dari sini!" ucap Narin sembari memukul-mukul lengan Yeonjun.

"Iya sayang, iyaa. Tenang saja tidak usah panik seperti itu. Tapi—"

"Apalagi?!"

"Kau.. yakin?"

"Yakin apa?"

"Kau yakin? Akan pergi dengan penampilan seperti itu?" tanya Yeonjun sembari memandang gadis dihadapannya itu dari ujung rambut hingga ujung kaki, diiringi senyum menggodanya.

"Penampilan seperti ap— YAK! Dasar mesum!" Pekik Narin saat menyadari maksud dari ucapan Yeonjun barusan. Dengan cepat gadis itu membenarkan handuknya yang sedikit terbuka sembari memukuli dada bidang Yeonjun.

Pria itu malah terkekeh, menahan lengan Narin yang sedang memukulinya lalu menarik gadis itu kedalam pelukannya. Menghirup aroma Vanilla dari rambut Narin yang masih basah. Benar-benar menenangkan.

"Aku sudah berjanji untuk menjagamu, jadi tidak usah khawatir. Aku akan selalu ada untukmu, mengerti?" ucap Yeonjun sembari mengelus punggung Narin, berusaha menenangkan gadisnya itu.

"Maaf sudah membuatmu khawatir," cicit Narin sembari menenggelamkan wajahnya di dada bidang Yeonjun.

"Tidak apa sayang. Sekarang cepatlah pakai pakaianmu lalu bergegas pergi dari sini atau.."

"Atau?"

Yeonjun sedikit mendekatkan bibirnya kearah telinga Narin, "Atau mau aku bantu memakai pakaianmu agar lebih cepat?" bisik pria itu.

"YAK! DASAR CHOI YEONJUN MESUM!"

"HAHAHA AKU BERCANDA NARIN-AH! BAIKLAH, BAIK AKU AKAN KELUAR! AW! SAKIT SEKALI! HAHAHA!"

———
Jangan lupa vote nya!!^^

Criminal | yeonjun.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang