00.00

88 21 0
                                    


Tepat pukul 12 malam. Hyunjin yang sedari tadi tidur kini terbangun karena posisi tidur yang tidak nyaman.

Cahaya bulan yang menerpa wajahnya membuatnya memicingkan mata, bagaimana bisa ada cahaya disini?

Hyunjin melirik ke arah pintu. Ia melongokkan kepalanya di sela bawah pintu dan mendapati kegelapan yang sunyi.

"Hah," Hyunjin kembali bersandar di dinding. Ia memejamkan matanya sebentar sementara otaknya berpikir apa yang harus ia lakukan sekarang.

Haruskah menunggu sampai pagi?

Haruskah bersembunyi sampai menunggu ada yang menyelamatkannya?

Hyunjin menggeleng. Kalau bukan diri sendiri siapa lagi? Lagipula rumah Jinyoung ini ada di pinggir hutan, yang jauh dari pemukiman warga lainnya.

Hyunjin meregangkan badannya sejenak. Lalu bangkit dan memutuskan untuk keluar, kembali ke terowongan.

Semoga saja ia tidak tersesat.

Ia keluar perlahan dari ruangan dengan senjata yang baru ditemuinya tadi tersampir di bahunya. Sementara tangannya meraba dinding dengan langkah kaki yang pelan.

Beruntungnya ia, cahaya bulan benar benar membantu sehingga tempat ini tidak terlalu gelap. Hyunjin terus berjalan, sampai rungunya mendengar sesuatu,

"AKKKHH"

Dan itu suara Chani.























Hyunjin berlari tak tentu arah, dan hanya mengikuti instingnya. Sejujurnya Hyunjin tidak yakin pada instingnya sendiri, karena selama 19 tahun ia hidup, apapun yang ia prediksi tidak pernah tepat.

Tapi bolehkan ia berharap kali ini saja, jalan yang ia tempuh membawanya ke arah Chani berada? Karena demi apapun, Hyunjin tidak ingin kehilangan sahabatnya, Chani. Terlebih setelah tahu apa yang Jinyoung lakukan, yang membuat dirinya dan Chani harus berusaha keras untuk menyelamatkan diri.

"Hah hah, Chani" lirih Hyunjin. Ia berhenti di persimpangan untuk sekadar mengambil nafas.

Suara yang Hyunjin kira suara Chani sudah tidak terdengar lagi. Membuat Hyunjin kembali dibuat bingung karena ia merasa salah jalan.

"Astaga gue gak inget apapun, sialan" umpat Hyunjin.

Hyunjin sedikit menjambak rambutnya keras. Rasa frustasi dan panik mendominasi dirinya. Juga marah karena otaknya tidak bisa diajak bekerja sama.

"Okay Hyunjin, tenang, lo pasti ingat"

Hyunjin mengambil nafas dalam. Mencoba untuk tenang dan tidak panik.

"Simpang tiga, kalau gue berdiri disini berarti yang kanan, arah pintu gudang?"

"Kalau kiri, terowongan? Aisshh gue gak yakin,"

Hyunjin menghela nafas dan berpikir kembali. Seraya berucap dalam hati semoga kali ini kata hatinya bisa ia percaya.

"Semoga Chani disini"

Dan Hyunjin mengambil langkah ke arah kiri yang ia yakini itu arah menuju terowongan.
























Tanpa tahu bahwa sesuatu tengah menunggunya.

✔24 Hours at Jinyoung's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang