Siti bercerita jika foto usang itu ia dapatkan dari rumah tua di belakang gudang selepan. Jadi benar firasatku selama ini lek Sumi bukanlah ibu kandung Yerin dan ibu kandung Yerin sebenarnya adalah Susan pemilik rumah di belakang gudang selepan yang kudatangi bersama Yerin waktu itu.
Siti juga menuturkan jika sosok pocong hitam jelmaan Susan tersebut adalah kiriman seseorang untuk meneror desa ini. Entah apa yang di lakukan Siti hingga tiba-tiba berubah menjadi orang pintar bak seorang dukun.
Kami berdua menyiapkan sesuatu yang akan di bawa ke suatu tempat yang akan di tuju, tempat itu berada di atas gunung gajah mungkur di desa kami. Karena bentuk gunung tersebut menyerupai seekor gajah yang sedang tidur.
Sedangkan Dika terpaksa menuruti semua perintah Siti karena mulai saat itu ia bekerja untuk Siti. Sambil menunggu kedatangan Dika yang menjemput Yerin di rumah Gus Anwar karena Yerin harus mengetahui kebenarannya. Kulihat Siti mulai memasukkan satu persatu barang yang akan ia bawa, di antara ada sebilah keris kecil, benda berbentuk tokoh Semar dari bahan kuningan, dan beberapa bawang merah serta cabai yang aku sendiri tidak tahu apa kegunaan semua benda tersebut.
Tidak berapa lama suara motor butut yang kutahu itu milik Andri sudah berhenti di depan rumah, "Dika hurung teko Mbak?" (Dika belum datang Mbak?) Tanya Andri dengan muka sumringah ke arahku.
"Iseh nyusul Yerin dilut engkas teko" (masih nyusul Yerin sebentar lagi datang) Jawabku.
"Iki koyok'e dilut engkas udan deres, mendunge wes mulai toto-toto" (Sebentar lagi sepertinya hujan deras, mendung sudah mulai bersiap-siap) Ucap Andri lagi.
***
Setelah Dika dan Yerin datang, Siti mulai menjelaskan maksud dan tujuan mereka yang hendak mendatangi salah satu tempat di atas gunung gajah mungkur yang letaknya tidak jauh dari desa kami.
Meski awalnya aku ragu untuk mengatakan kebenaran pada Yerin, setelah sebelumnya kutarik tangannya memasuki rumah karena jika Siti yang bilang mereka akan bertengkar.
Mulutku berat untuk membuka percakapan saat bola hitam mata Yerin menatapku lekat. Entah harus kumulai dari mana terlebih dahulu, takut jika Yerin terluka karena kebenaran yang akan kusampaikan padanya takut jika nanti ia tidak bisa menahan emosinya juga.
Beruntungnya saat itu Dika memasuki rumah dan berkata, "nek saumpomo aku cerito kiro-kiro awakmu bakalan ngamok? Nek wes eroh asline?" (Jika seumpama aku cerita kira-kira kamu bakalan marah? Jika sudah tahu kebenarannya?)
"Emange opo?" Tanya Yerin lirih memandang ke arah Dika yang mulai memakai jaket berbahan parasutnya.
"Ngene loh, awakmu kan selama iki sering ketemu setan buntelan Ireng iku" (Begini loh, kamu kan selama ini sering bertemu setan buntalan hitam itu) Dika menahan kata-katanya ia menarik nafas dalam-dalam terlebih dahulu. "Aku mikire mesti onok sangkut paute Karo awakmu Rin, nah nek kene kabeh njalok tulung Nang awakmu" (Aku berfikir mesti ada sangkut-pautnya dengan dirimu Rin, nah disini semua minta tolong pada kamu)
"Aku iso nulungi opo?" (Aku bisa membantu apa?) Tanya Yerin cepat sorot matanya memandang tajam ke arah Dika saat itu.
Dika menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia nampak ragu untuk menjawab pertanyaan Yerin.
"Hmmm, ngene loh Rin" sebelum kata-kataku terselesaikan Yerin sudah menyahut dengan ucapan yang membuat aku dan Dika tercengang mendengarnya.
"Aku weroh kok Mbak! Susan iku ibuk kandungku kan!" (Aku tahu kok Mbak! Susan itu ibu kandungku kan!) Sahut Yerin, pelupuk matanya sudah mulai basah oleh genangan air yang sebentar lagi akan merembes keluar.
Mulut ini serasa terkunci rapat, tak bisa mengeluarkan kata-kata lagi. Tak terasa aku ikut larut dalam kesedihan yang Yerin alami saat itu, perlahan kuraih dirinya kedalam pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFAN HITAM SUSAN
HorrorCerita ini Mengandung Bahasa yang kurang pantas, bagi pembaca yang kurang berkenan di mohon tidak melanjutkan membaca.