"He Mbak, wes ilang poconge" (Hei Mbak, udah hilang pocongnya) Ucap Yerin sambil menggoyangkan pundakku."Loh, Nandi Siti?" (Loh, kemana Siti?) Tanyaku heran, karena tak kulihat sosoknya lagi yang tadi di sampingku.
"Lha iku" Jawab Yerin sambil menunjuk Siti yang berada di ujung pintu dapur, ia nampak sedang mengawasi sesuatu.
"He Sit, koen iku lapo?" (He Sit, kamu itu ngapain?) Tanyaku heran, karena di pintu itu tadi sosok pocong hitam menampakkan wujud mengerikannya.
"Lecek ae atek kepo koen iku Sit" (Penakut aja pake penasaran kamu itu Sit) Sahut Yerin.
"Dari pada koen, sangar tapi lecek. Awak kebek tato tapi, mewek" (Dari pada kamu, tampang sangar tapi penakut, Badan banyak tato tapi cengeng) Jawab Siti tak kalah sengit.
"Podo lecek'e ae eker-ekeran" (Sama-sama penakut saja ribut) Kataku menengahi.
"Opo maneh koen Yur, di ketok'i pocong ae nangis" (Apa lagi kamu Yur, melihat pocong saja menangis) Kata Siti mengejekku, "nyeleh senter'e Yer, kate tak golek'i poconge" (pinjam senternya Yer, mau aku cari pocongnya) Lanjut Siti dengan meminjam senter pada Yerin.
"Koen wes gendeng, nyapo ngolek'i pocong?" (Kamu sudah gila, ngapain mencari pocong?) Tanyaku heran, jika sebagian orang lebih memilih lari, Siti malah ingin memburu pocong tersebut.
"Kate kok gae opo seh, terus nek wes ketemu pocong kate kok kapakno?" (Mau kamu buat apa, terus kalo sudah ketemu pocongnya mau kamu apain?) Tanya Yerin pada Siti.
"Kate tak tulungi mbukak tali poconge, mesakne kafan e sampek ireng koyok ngunu iku" (Mau aku bantuin buka tali pocongnya, kasihan kafannya sampai hitam begitu) Jawab Siti dengan nada santai.
"Stres arek iki," kataku sambil terkekeh karen jawabannya. "Kate kok kumbahno?" (Mau kamu cuciin?) Tanyaku lagi.
Siti menutup kembali pintu dapur rumah Yerin, kemudian ia mengambil tali tambang yang di tata melingkar di tiang dapur.
"Pocong dancok, medeni pas wong ndak siap" (Pocong sialan, nakutin waktu orang tidak siap) Maki Siti, dengan nada tinggi ia nampak kesal.
"Nek pocong tekone ngenteni awakmu siap, iku jenenge duduk setan, tapi pocong kate kenduren goblok!" (Kalo pocong datang menunggu kamu siap, itu namanya bukan pocong, tapi pocong mau hajatan bodoh!) Maki Yerin karena tingkah aneh Siti.
"Carpak kakeh jiah," (Banyak omong kamu) sahut Siti, "Salahe ngompol, ndak isin jare" (Pake acara ngompol, tidak mau) Lanjut Siti asal, lalu menuju ruang tengah.
"Sopo ngompol Sit?" (Siapa yang mengompol Sit?) Tanyaku penasaran.
"Yerin, iku delok'en lak teles celonoe" (Yerin, iku lihat saja pasti basah celananya) Jawab Siti bangga.
Aku kembali terkekeh karena memang betul kata Siti, Yerin mengompol dan sedang menahan malu.
"Jancok koen Sit, ngunu ae di omongno" (Sialan kamu Sit, gitu aja di bicarain) Sangah Yerin karena Siti terlalu jujur.
Aku mendekat ke arah Siti ia sedang membakar terasi yang di sunduk dengan lidi panjang, "cekelen, tak bakare" (pegang, biar kubakar) Kata Siti padaku, sambil mendorkan terasi yang ia pegang padaku.
"Gae opo seh?" (Buat apa sih?) Tanyaku heran padanya, karena setahuku membakar terasi di malam hari bisa mengundang mahluk tak kasat mata.
"Wes tala, aku duwe ide jitu Yur pokok e awakmu terimo beres ae" (Sudah lah, aku punya ide jitu Yur, pokoknya kamu terima beres saja) Kata Siti dengan wajah serius.
"Terimo beres batokmu" (Terima beres jidatmu) Jawabku kesal, meski aku mengelak Siti tetap memaksaku memegang pangkal lidi dengan terasi yang ia bakar dengan korek api.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAFAN HITAM SUSAN
TerrorCerita ini Mengandung Bahasa yang kurang pantas, bagi pembaca yang kurang berkenan di mohon tidak melanjutkan membaca.