Part 23

2.4K 223 23
                                    

Pekat malam!

Langkah kaki Siti terhenti sejenak, ketika ia melihat seseorang tengah terduduk lemas bersandar pada tembok kamar mandi.

Meski temaramnya lampu membuat pengelihatan Siti tidak terlalu jelas kala memperhatikan sosok yang sedang bersandar pada tembok kamar mandi. Lagi, Siti mulai memicingkan kedua matanya ke arah sosok Yerin yang tertutup oleh kegelapan.

Sejenak Siti berfikir kemungkinan besar yang ia lihat adalah sosok hantu, tetapi kemudian Siti mendekat secara perlahan ke arah Yerin berada.

Heran, itu yang Siti rasakan ketika ia melihat ke arah Yerin saat itu karena saat itu Yerin sama sekali tidak bergerak sedikitpun, bahkan kehadiran Siti di sebelahnya tidak membuatnya bergeming sedikit.

Kemudian Siti mulai menendang-nendang pelan paha Yerin. "Heh, koen menungso tah Demit?" (Hei, kamu manusia apa setan?) Tanya Siti sambil menendang pelan.

Yerin menatap kosong ke arah Siti saat itu. Bibirnya bergetar pelan seolah ingin mengatakan sesuatu namun tertahan.

Melihat tatapan mata Yerin yang sudah kering bekas air mata, Siti langsung memapah Yerin memasuki pintu dapur menuju rumah. Tidak ada percakapan di antara mereka saat itu, dan Siti yakin pasti telah terjadi sesuatu yang membuat Yerin kembali ketakutan seperti waktu pertama kalinya di datangi pocong hitam.

Hingga siang hari Siti lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur, bahkan suara gaduh yang di timbulkan oleh Yuri dan ibunya di pagi hari tidak membuatnya terbangun.

Sementara Yerin dia lebih banyak mengurung diri di dalam kamar, berkali-kali Yuri menyuruh untuk mandi karena muka kusutnya. Tapi ia tidak mengindahkan suruhan siapapun bahkan suara orang berbicara padanya seperti masuk kuping kanan dan keluar melalui kuping kiri.

***

Malam kembali datang.

Seperti malam-malam sebelumnya desa itu layaknya desa mati. Apa lagi jika malam mulai datang, tidak ada jejak kehidupan.

Para warga yang terpaksa menetap di desa karena tidak bisa mengungsi ke desa lain memilih menetap di dalam rumah dengan ketakutan mereka. Kabut putih perlahan menyelimuti seluruh desa, desa yang dulunya nampak ramai kini terlihat sepi tanpa penghuni. Bahkan setelah pagebluk yang melanda desa di nyatakan sudah menghilang karena tiada lagi tanda penduduk yang meninggal setiap harinya.

Namun teror pocong hitam terus berkelanjutan setiap malamnya, mengetuk pintu setiap rumah yang masih menyisakan penghuninya. Menyisakan ingatan mengerikan di setiap hari dengan matian satu persatu sebagian penduduk desa.

Di antara kegelapan malam terlihat Siti mengendap keluar rumah secara pelan-pelan, dan di ikuti oleh seorang gadis di belakangnya dia adalah Yerin saudara sepupunya.

Setelah menutup pintu dari luar lalu membetulkan resleting jaketnya, Yerin nampak menggosok kedua telapak tangannya sambil meniup pelan. Kemudian ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya yang di penuhi kabut tipis di malam hari.

"Uwes?" (Sudah?) Ucap Siti pelan menoleh ke arah Yerin.

Yerin mengangguk pelan, meski ragu dengan keputusan yang ia ambil untuk kesekian kalinya dengan berharap pada Siti yang jelas-jelas sudah sering melenceng dari rencana awal dan harus berakhir dengan pelarian karena ketakutan mereka.

Sambil berjalan mengikuti Siti di depannya Yerin mencoba memantapkan hati, jika keputusannya kali ini tidaklah salah. Bisikan yang tiap malam ia dengan ketika tidur, atau bahkan sampai terbawa ke alam mimpi sadarnya sangat mengusik Yerin saat itu. Hatinya bimbang jika di hadapkan pada kenyataannya jika sosok pocong Hitam yang selama ini datang padanya adalah ibu kandungnya sendiri, maka dari itu ia nekat untuk mencari tahu sendiri tentang siapa sebenarnya sosok pocong hitam itu dan apa hubungannya dengan dirinya.

KAFAN HITAM SUSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang