Part 22

2.2K 220 20
                                    

Malam semakin larut.

Dua gadis masih berbincang serius di pinggir parit, Siti menceritakan semua kejadian yang di alami desanya berawal dari teror pocong hitam hingga datangnya pagebluk beserta empat pocong pemikul keranda yang datang menghampiri setiap rumah saat malam datang.

Senja yang duduk di sebuah batang pohong yang tumbang mulai menghela nafas. "Sekarang kamu sudah tahu kan? Tuhan menciptakan makhluknya dengan berbagai kesaktian, termasuk juga kita manusia. Meski tidak banyak, dan hanya segelintir orang yang memiliki kesaktian." Sebelum melanjutkan kata-katanya Senja menyulut sebatang rokok, "posisi kamu sekarang adalah orang ketiga, dan asal mula konflik di desa kamu ini berawal dari mereka orang-orang yang berkuasa di kantor desa. Aku tidak bisa menyebutkan secara detail, jadi kamu sendiri yang harus mencari tahu serta menghentikan semua kejadian ini sebelum semuanya bertambah rumit."

Siti yang mendengar penuturan Senja hanya mangut-mangut, dalam pikirannya saat itu adalah ia akan berperan sebagai detektif layaknya aktor film. Dia sendiri yang akan mengakhiri teror pocong dan mencari tahu siapa saja orang yang terlibat mendatangkan pagebluk di desanya.

"Yowes, suwon Mbak!" (Ya sudah, makasih kalo gitu Mbak!) Kata Siti ia bersiap undur diri untuk pulang.

"Sit, tunggu! Yang kamu hadapi ini sangat berat, tetapi aku yakin kamu bisa menyelesaikannya. Karena aku orang seperti dirimu lah yang selalu di harapkan untuk merubah keadaan, tidak ada orang yang akan mempercayai dirimu nantinya, bahkan keluarga atau teman dekatmu sekalipun. Jika itu terjadi datanglah ke rumahku pintuku selalu terbuka untuk dirimu."

"Suwon Mbak," jawab Siti tanpa menoleh kebelakang.

Dengan bibir tersenyum Senja terus memperhatikan punggung Siti yang perlahan menghilang di kegelapan malam.

Dan Siti, ia tidak bisa menjelaskan perasaannya saat itu, sedang gembira ataukah sedih. Yang dia tahu perasaannya sangat lega, kaki jenjangnya terus melangkah di jalan setapak untuk segera pulang.

***

Rumah Yuri.

Pukul 3 dini hari setelah acara yang di pimpin oleh Gus Anwar selesai, beliau pamit pulang. Lalu semua orang terlelap tidur, Yerin tiba-tiba terbangun dari tidurnya ia tidak bisa menahan buang air kecil lebih lama lagi.

Yerin merasa tidak enak jika membangunkan Yuri, setelah mempertimbangkan akhirnya ia terpaksa membangunkan Yuri untuk menemaninya pergi ke kamar mandi. Karena letak kamar mandi di rumah Meraka terpisah dari rumah utama, dan untuk pergi ke kamar mandi ia harus melewati dapur.

"Mbak, tangio Mbak!" (Mbak, bangun Mbak!) Kata Yerin pelan sambil menggoyang-goyangkan pundak Yuri yang tidur di sebelahnya.

"Hmmm ...." Jawab Yuri tak bergeming dari posisinya dengan mata tetap terpejam.

"Ayo terno aku nguyuh." (Ayo anterin aku pipis.) Kata Yerin dengan nada suara memelas setengah memaksa.

"Budal Dewe lah" (berangkat sendiri saja) jawab Yuri sambil merubah posisinya membelakangi Yerin, lalu memeluk guling melanjutkan tidurnya.

"Wedi onok pocong e loh mbak!" (Takut ada pocongnya loh Mbak!) Kata Yerin, sambil mengulangi menggoyangkan punggung Yuri untuk kedua kalinya.

"Wes gak onok!" (Sudah tidak ada!) Jawab Yuri sambil menepis tangan Yerin di pundaknya.

Akhirnya Yerin memutuskan untuk berangkat ke kamar mandi seorang diri, ia bangkit dari posisinya yang semula tidur kini berdiri di depan pintu dapur. Lama ia berdiri di depan pintu dapur, keraguan karena trauma rasa takut yang di sebabkan oleh hantu pocong berkain kafan hitam yang menghantuinya membuatnya ragu saat itu.

KAFAN HITAM SUSANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang