Chapter 8 : Your Life is Precious

291 46 3
                                    

Jangan terlalu banyak bergantung pada seseorang jika kita tidak siap untuk memenuhi apa yang diharapkannya

●◊●●◊●●◊●●◊●●◊●

Haruto mendengar teman-temannya, anggota Treasure, yang berteriak meminta tolong akibat hisapan pasir yang menyeret mereka semakin dalam. Haruto yang berada di posisi agak jauh dari mereka, berlari sekencang-kencangnya untuk mendekati orang-orang tersayangnya tersebut. Ketika ia sudah hampir menggapai mereka, dilihatnya sosok lain yang juga mendekat untuk menyelamatkan mereka. Samar samar Haruto dapat melihat wajah dari sosok tersebut. Temannya sedari kecil. Park Jeongwoo.

Mata Haruto langsung terbuka lebar, menghentikan paksa mimpi tersebut. Aku tidak pernah menyangka bahwa Jeongwoo akan menjalankan takdir ini juga, takdir yang hampir kusesali. Ia pun segera bangkit dari tempat tidur, mengambil jaket kulit dan kunci yang bertengger manis di atas meja, serta menuju ke basement, tempat dimana motor kesayangannya terparkir rapi. Seperti sebelumnya Haruto, sekarang kamu harus segera ke rumah Junkyu hyung.

.

.

Junkyu menatap foto-foto dirinya dengan bingkai yang manis, tergantung di dinding kamar. Aku benar-benar terlihat bahagia di gambar-gambar tersebut, batin Junkyu. Junkyu yang sekarang adalah Junkyu yang diidamkannya kala kecil, menjadi artis terkenal dengan ratusan fans yang memujanya. Sejak dirinya didapuk sebagai pemeran tambahan suatu web drama, popularitasnya menjadi menjulang tinggi. Berbagai tawaran pemotretan serta peran-peran lain diambilnya. Membuat popularitas semakin menanjak.

Junkyu sebenarnya sangat rindu teman-temannya. Ia sering melihat Jihoon yang mondar-mandir melayani pelanggan di café, Yoshi yang selalu tersenyum pada customer toko ataupun Junghwan yang setia menjadi customer café Jihoon. Junkyu juga sebenarnya merindukan dua sosok dongsaeng-nya, yang memutuskan hidup di Singapura dan yang menghilang tanpa sebab. Junkyu ingin sekali berkumpul lagi dengan mereka, tapi status dan jadwalnya saat ini menghalangi hal tersebut.

Tatkala ia termenung, ditatapnya handphone yang bergetar. Menunjukkan nama orang yang ingin ia hindari, tetapi orang yang berjasa besar membuatnya menikmati kehidupannya sekarang.

"Dakyung nuna?"

"Tidak bisakah kau ke rumahku hari ini, Junkyu?"

"Suamimu akan pulang malam ini."

"Tidak jadi. Ia bilang ada tambahan kegiatan sehingga baru kembali lusa."

"Aku ada jadwal pemotretan besok."

"Kau bercanda? Jadwalmu diundur."

Bisa-bisanya kamu berbohong, Junkyu. Dakyung nuna mengetahui semua tentangmu, lebih dari dirimu sendiri, batin Junkyu.

"Aku lelah hari ini. Aku ingin beristirahat."

"Kau masih muda, Junkyu. Kita tidak melakukan hal yang berlebihan semalam dan kamu mengatakan lelah?"

Junkyu menghela nafas berat.

"Kumohon, nuna. Kali ini saja biarkan aku menikmati waktuku sendiri."

Tiba-tiba pembicaraan itu hening. Tidak ada satupun yang bersedia menyambung kata.

"Suamimu baru pulang lusa kan? Besok aku akan menemanimu seharian. Tapi kumohon biarkan aku sendiri malam ini."

"Baiklah. Besok akan aku kirimkan supir untuk menjemputmu. Love you, Junkyu."

"Love you, Dakyung nuna."

Save YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang